Doni teringat apa yang baru saja dikatakan Ervan dan yang lainnya tentang Vanessa dan Edward yang juga akan datang ke sana.Dia berdiri dan berkata, "Oke, kalau kakekmu sudah selesai, kabari aku ya.""Oke."Doni dan Agra pun keluar.Begitu mereka keluar, Dani dan Gading tiba.Keluarga Gori dan Sanjaya segera mendekat untuk menyambut mereka.Dani pun berjabat tangan dengan Ervan.Sementara Gading melihat sekeliling, "Di mana Edward dan Vanessa? Mereka belum..."Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, dia melihat Clara."Astaga!"Dia benar-benar datang.Dani tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jadi dia mengikuti tatapan Gading dan melihat Clara di sana.Sorot matanya berubah.Saat itu, Dylan terlihat berjalan menuju Clara dan Nenek Hermosa.Dani berbalik dan berkata pada Gading dan Ervan, "Aku mau pergi ke sana dan menyapa mereka."Setelah mengatakan itu, dia pergi."Pak Dylan, Bu Clara."Dylan dan Clara mendengar suaranya dan berbalik.Dylan berkata, "Oh, Pak Dani."Mendengar nama orang
Melihat Dani malah pergi bicara dengan Clara, matanya terbelalak, dan dia pun bertanya pada Gading dengan penasaran, "Kenapa Kak Dani bicara dengannya?"Tanpa menunggu Gading bicara, dia segera berjalan ke arah sana.Rita menahannya dan berkata dengan tenang, "Mereka sedang diskusi bisnis.""Bicara bisnis?""Iya."Diana mengerutkan bibirnya dan mendengus, lalu menahan rasa cemburunya, tetapi matanya selalu tertuju pada Clara dan Dani.Clara mengenakan gaun panjang musim dingin hari itu. Meski dia tidak berdandan secara khusus, dia tetap sangat menarik perhatian. Dia dan Dani yang berdiri bersama ternyata terlihat sangat serasi.Ketika Diana melihat mereka, meskipun dia tahu tidak mungkin terjadi apa-apa di antara mereka, dia tetap merasa sedikit tidak nyaman.Dia lalu menarik lengan baju Gading, "Kak Gading, apa yang mereka bicarakan? Kenapa mereka bicaranya lama banget?"Diana hampir tidak bisa menyembunyikan perasaannya pada Dani.Gading dan Dani telah saling mengenal selama bertahun
"Kak Dani."Melihat Dani kembali, Diana memanggilnya dengan suara lembut.Tapi Dani hanya mengangguk dengan dingin.Melihat Edward seperti cari seseorang, Rita berkata, "Vanessa baru saja dapat telepon, jadi dia pergi angkat."Edward berkata, "Oke, Tante."Begitu dia selesai berbicara, terjadi keramaian tak jauh dari sana.Ternyata yang muncul adalah Leo Listanto.Henry, Richard dan anggota Keluarga Listanto lainnya semuanya ada di sana.Ada begitu banyak tamu yang hadir, ketika suasana mulai tenang baru Leo mulai bicara, dia mengucapkan terima kasih pada semua orang atas kedatangannya.Clara dan Dylan berdiri relatif lebih jauh di belakang, tapi Henry masih bisa memperhatikan mereka.Dylan pun datang menyampaikan hadiah atas nama Keluarga Bramantyo. Richard sudah memberitahunya dan kakeknya.Tetapi dia tidak tahu kalau Clara juga datang.Melihat Clara, Henry mengangguk dan tersenyum padanya.Selama ini, Clara benar-benar tidak tahu hubungan antara Henry dan Leo Listanto.Melihat dia m
Vanessa berkata dengan sopan, "Terima kasih atas pujiannya."Kakek Leo memandang ke arah Dani, Doni, Richard dan yang lainnya lalu berkata sambil tersenyum, "Kalian juga harus cepetan."Pada saat itu, Henry kebetulan membawa Clara, Dylan dan yang lainnya kemari.Dia berkata pada Kakek Leo, "Ayah, ini putra bungsu Keluarga Bramantyo. Perusahaannya Morti Group telah berkembang sangat baik akhir-akhir ini dan jadi salah satu yang dapat dukungan utama dari pemerintah dalam beberapa tahun ke depan."Dia kemudian memperkenalkan Clara, "Ini Clara, ini programer inti Morti Group. Dia adalah wanita berbakat yang langka di bidang sains dan teknologi. Keberhasilan Morti Group saat ini juga berhubungan erat dengannya."Generasi tua memang lebih peduli pada masa depan negara.Mendengar perkataan Henry, Kakek Leo tersenyum dan berkata dengan ramah, "Bagus, negara kita punya begitu banyak bakat luar biasa, kita pasti bakal jadi lebih baik di masa depan."Henry juga memperkenalkan Nenek Hermosa pada K
Setelah beberapa saat, Kakek Leo menyapa semua orang dan kemudian memasuki ruangan pribadi.Sementara Clara, Dylan, Edward, Dani, Keluarga Gori, Keluarga Sanjaya dan yang lainnya semuanya masuk bersama.Ada cukup banyak orang yang masuk, dan Keluarga Gori dan Sanjaya juga tidak tampak canggung di dalam.Semua orang duduk di halaman dan aula panjang, sementara para pelayan membawakan teh dan makanan ringan.Saat ini, Kakek Leo dan Nenek Hermosa sedang mengobrol dengan sangat menyenangkan.Selain Nenek Hermosa, Kakek Leo punya dua orang teman baik lainnya yang juga telah meraih prestasi tertentu dalam seni lukis Marola.Saat mereka sedang mengobrol, Kakek Leo dan kedua temannya memutuskan untuk melukis spontan di tempat dan undang Nenek Hermosa untuk bergabung dengan mereka.Kemudian Kakek Leo berkata pada Richard, "Richard, tolong ambilkan Kakek kuas, tinta, kertas, dan batu tulis dari ruang belajar."Richard berkata, "Baik, Kek."Setelah menyelesaikan lukisannya, Kakek Leo juga memuji
Edward meletakkan cangkir di tangannya dan berkata dengan sopan, "Suatu kehormatan bagi saya bisa main catur dengan Kakek Sony."Edward berjalan mendekat, duduk berhadapan dengan Kakek Sony, dan berkata, "Kalau gitu, mohon bimbingannya."Vanessa, Dani dan lainnya pun datang untuk menonton pertandingan.Sementara Clara dan Dylan juga mendekat.Akan tetapi, mereka berdiri di belakang Kakek Sony.Vanessa, Dani dan yang lainnya semuanya tahu cara main catur.Melihat Clara datang dan melihat dengan serius, tampaknya dia mampu main catur. Jadi Dani berjalan ke arah mereka.Dia bertanya pada Clara, "Kamu bisa main catur?"Clara berkata, "Aku mengerti sedikit."Dylan tergelitik dengan jawaban Clara.Dia bukan hanya mengerti sedikit, tetapi mengerti ‘amat sangat banyak’.Namun, dia tidak mengatakan apa-apa.Mungkin karena mereka tidak berhubungan baik.Pada awalnya, langkah catur Kakek Sony dan Edward tidak tampak jelas.Namun lambat laun, setelah tahu karakter masing-masing, Kakek Sony cenderu
Clara sedang meninjau permainan catur mereka, dan ketika dia mendengar ajakan itu, hatinya tergerak.Pada saat itu, dia mendengar Vanessa berkata, "Kakek Sony, setelah lihat permainan Anda, saya pengen coba, tapi kemampuan saya terbatas. Takutnya saya nggak bisa kalahkan Edward...""Nggak apa-apa. Aku cuma bercanda tadi," kata Kakek Sony sambil tersenyum, "Karena kamu tertarik, ayo maju."Tepat saat Vanessa hendak menjawab, seseorang tertawa dan berkata, "Kalau Vanessa yang main, bakal sulit tentukan dia bakal menang atau kalah, haha.""Benar, walau Pak Edward pandai main catur, kalau dia benar-benar kalahkan Vanessa dalam permainan, takutnya dia harus berlutut saat pulang nanti, benar kan?"Begitu suara orang itu terdengar, banyak orang di sekitar tertawa terbahak-bahak.Kakek Sony tidak tahu bahwa Vanessa dan Edward pacaran.Setelah mendengar hal itu, melihat Vanessa dengan penampilan yang luar biasa, murah hati dan percaya diri, tampaknya dia memang cocok untuk Edward.Dia tersenyum
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang
Dia menatap Edward yang duduk di samping dan memperhatikan mereka, "Ayah, aku mau makan di sini. Apa kita bisa minta seseorang membawakan makanan ke sini?"Edward berkata, "Oke."Elsa menjadi gembira dan memeluk Clara lebih erat.Nenek Hermosa dan Nenek Anggasta masih punya banyak hal untuk dibicarakan.Clara duduk di samping dan hanya sesekali menyela.Setelah beberapa saat, Elsa merasa lelah dan berkata kepada Clara, "Ma, kapan pekerjaan Mama selesai?"Clara tidak ingin Nenek Hermosa mendengar, jadi dia menggendongnya dan duduk di sofa di kamar pasien sebelum berkata, "Mama belum yakin, tapi kalau nggak ada masalah, Mama pasti lebih sibuk.""Apa?"Elsa tidak menyangka akan seperti itu, dia sangat kecewa."Kalau begitu, kapan Mama punya waktu untuk mengajakku bermain ski?" Dia masih ingat kejadian itu.Clara berpikir sejenak dan berkata, "Bulan depan ya.""Yang benar?""Iya." Clara berkata, “Mama akan memberitahumu kalau Mama sudah nggak sibuk.”"Oke!" Elsa menjadi bahagia.Teringat k
Clara tidak terkejut melihatnya, dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya, "Apa kamu datang ke sini sepulang sekolah?""Iya!" Elsa sangat gembira melihatnya, lalu menyapa nenek buyutnya, “Nenek buyut.”Begitu Nenek Hermosa menjawab, Edward keluar dari kamar pasien.Melihat mereka datang, dia mengangguk kepada mereka.Nenek Hermosa tampak acuh tak acuh, namun tidak mengatakan apa pun.Clara hanya meliriknya lalu mengalihkan pandangannya.Melihat Elsa sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya, dia berkata, "Mama dan Nenek Hermosa mau melihat nenek buyutmu dulu ya.""Iya, Ma."Setelah mendengar hal itu, Elsa terpaksa mengesampingkan keinginan untuk berbicara sementara waktu, mengulurkan tangan untuk memegang tangan Clara, dan masuk ke kamar pasien bersamanya.Edward mengambil bunga dan keranjang buah yang dibawa oleh Clara dan nenek, mengikuti mereka masuk kembali ke kamar pasien.Ketika Nenek Anggasta melihat Clara dan Nenek Hermosa datang, dia tersenyum heran, "Kenapa kalian bi
Malam itu, Edward tidak pulang.Keesokan paginya, ibunya Edward, Sinta Kartajaya, Dustin dan yang lainnya bergegas kembali satu demi satu.Mengetahui bahwa Edward telah menjaga nenek di rumah sakit sepanjang malam, dia memintanya untuk kembali dan beristirahat terlebih dahulu.Edward berkata kepada neneknya, "Aku akan datang menemui Nenek lagi nanti malam."Nenek Anggasta mengabaikannya.Edward meninggalkan rumah sakit dan menelepon.Lebih dari satu jam kemudian, Keluarga Gori dan Sanjaya menerima berita bahwa mereka dikeluarkan dari tim proyek.Mereka segera menghubungi Vanessa.Vanessa berkata, "Itu ide Nenek Anggasta. Dia terjatuh tadi malam..."Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori tidak menduga hal itu akan terjadi.Mario berkata, "Kalau begitu, apa Nenek Anggasta juga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Edward putus denganmu dan memintanya untuk nggak menceraikan Clara?"Vanessa mengerutkan bibirnya, terdiam.Mereka mengobrol sebentar sebelum dia menutup telepon.Pada saa
Begitu Edward dan Elsa sampai di rumah, ponsel Edward berdering.Edward menjawab telepon.Setelah beberapa saat, dia menyimpan kembali ponselnya, mengenakan mantel yang baru saja dilepasnya, dan berkata kepada Elsa yang naik ke lantai atas bersamanya, "Nenek buyutmu terjatuh dan terluka, dia sekarang dirawat di rumah sakit. Ayah mau pergi ke rumah sakit. Kamu harus tidur lebih awal."Elsa berkata dengan cemas, "Aku juga mau pergi melihat nenek buyut...""Kamu harus pergi sekolah besok, jadi pergi ke sananya sepulang sekolah saja.""Iya…"Edward berbalik dan berjalan keluar.Pada saat itu, ponsel Elsa berdering.Dia segera mengambil ponsel dan melihatnya.Setelah melihat bahwa itu hanya spam, dia cemberut karena kecewa.Dalam perjalanan pulang tadi, dia menelepon mamanya, dia ingin tahu apakah orang yang dilihatnya di mal tadi adalah dirinya.Tetapi mamanya tidak menjawab.Sekarang ada pesan masuk di ponselnya, dan dia pikir itu dari mamanya.Tidak disangka...Memikirkan hal itu, dia me
Elsa melihat lagi, dan setelah memastikan Clara tidak ada di sana, dia pergi bersama Vanessa.Menatap punggung mereka saat pergi, Doni hendak pergi ketika dia melihat Clara berdiri tidak jauh di samping.Dia berhenti sejenak.Setelah itu, dia memutuskan untuk tidak peduli dan hendak pergi, tetapi dia melihat tatapan Clara tertuju pada Vanessa dan Elsa.Saat itu, wajah dan tatapan Clara terlihat sangat dingin.Dia merasa bahwa Clara memandang Vanessa seolah-olah dia sedang melihat musuh.Dilihat dari tatapan dinginnya, dia merasa Clara mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk pada Vanessa.Doni melihat hal itu dan merasa bahwa dia masih menyimpan dendam terhadap Vanessa.Dia berjalan mendekat.Clara membawa banyak barang di tangannya.Ada dua pot tanaman dan beberapa kerajinan tangan untuk menghias rumah.Kerajinan tangan itu dibeli secara impulsif.Sejak pindah ke rumahnya saat ini, dia sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk mendekorasi rumahnya. Rumahnya
Setelah beberapa saat, Vanessa, Doni dan Elsa keluar dari toilet.Elsa berada pada usia ketika dia sangat penasaran tentang banyak hal.Dia tertarik pada apa pun yang dilihatnya sepanjang perjalanan, melihat ke sana kemari, dan berbicara dengan Vanessa tanpa henti.Vanessa selalu menanggapi dengan senyuman.Doni melihat pemandangan itu dan merasa bahwa Vanessa sangat bertanggung jawab terhadap anaknya Edward, dan dia juga merasa bahwa membesarkan anak bukanlah hal yang mudah.Ketika kembali ke kafe, Doni pertama-tama melihat ke arah Edward dan mendapatinya sedang santai minum kopi sambil membolak-balik majalah di tangannya.Dia tampak seperti bos yang tidak mau ikut campur.Doni berhenti sebentar.Dalam perjalanan ke toilet tadi, Doni mengatakan bahwa dia juga punya janji dengan seorang teman untuk bertemu di kafe.Setelah memasuki kafe, Vanessa bertanya, "Apa temanmu sudah datang?"Doni menggelengkan kepalanya, "Belum.""Kenapa kamu nggak ikut duduk bersama kami?""Kalian berdua sedan
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara