Begitu Edward dan Elsa sampai di rumah, ponsel Edward berdering.Edward menjawab telepon.Setelah beberapa saat, dia menyimpan kembali ponselnya, mengenakan mantel yang baru saja dilepasnya, dan berkata kepada Elsa yang naik ke lantai atas bersamanya, "Nenek buyutmu terjatuh dan terluka, dia sekarang dirawat di rumah sakit. Ayah mau pergi ke rumah sakit. Kamu harus tidur lebih awal."Elsa berkata dengan cemas, "Aku juga mau pergi melihat nenek buyut...""Kamu harus pergi sekolah besok, jadi pergi ke sananya sepulang sekolah saja.""Iya…"Edward berbalik dan berjalan keluar.Pada saat itu, ponsel Elsa berdering.Dia segera mengambil ponsel dan melihatnya.Setelah melihat bahwa itu hanya spam, dia cemberut karena kecewa.Dalam perjalanan pulang tadi, dia menelepon mamanya, dia ingin tahu apakah orang yang dilihatnya di mal tadi adalah dirinya.Tetapi mamanya tidak menjawab.Sekarang ada pesan masuk di ponselnya, dan dia pikir itu dari mamanya.Tidak disangka...Memikirkan hal itu, dia me
Malam itu, Edward tidak pulang.Keesokan paginya, ibunya Edward, Sinta Kartajaya, Dustin dan yang lainnya bergegas kembali satu demi satu.Mengetahui bahwa Edward telah menjaga nenek di rumah sakit sepanjang malam, dia memintanya untuk kembali dan beristirahat terlebih dahulu.Edward berkata kepada neneknya, "Aku akan datang menemui Nenek lagi nanti malam."Nenek Anggasta mengabaikannya.Edward meninggalkan rumah sakit dan menelepon.Lebih dari satu jam kemudian, Keluarga Gori dan Sanjaya menerima berita bahwa mereka dikeluarkan dari tim proyek.Mereka segera menghubungi Vanessa.Vanessa berkata, "Itu ide Nenek Anggasta. Dia terjatuh tadi malam..."Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori tidak menduga hal itu akan terjadi.Mario berkata, "Kalau begitu, apa Nenek Anggasta juga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Edward putus denganmu dan memintanya untuk nggak menceraikan Clara?"Vanessa mengerutkan bibirnya, terdiam.Mereka mengobrol sebentar sebelum dia menutup telepon.Pada saa
Clara tidak terkejut melihatnya, dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya, "Apa kamu datang ke sini sepulang sekolah?""Iya!" Elsa sangat gembira melihatnya, lalu menyapa nenek buyutnya, “Nenek buyut.”Begitu Nenek Hermosa menjawab, Edward keluar dari kamar pasien.Melihat mereka datang, dia mengangguk kepada mereka.Nenek Hermosa tampak acuh tak acuh, namun tidak mengatakan apa pun.Clara hanya meliriknya lalu mengalihkan pandangannya.Melihat Elsa sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya, dia berkata, "Mama dan Nenek Hermosa mau melihat nenek buyutmu dulu ya.""Iya, Ma."Setelah mendengar hal itu, Elsa terpaksa mengesampingkan keinginan untuk berbicara sementara waktu, mengulurkan tangan untuk memegang tangan Clara, dan masuk ke kamar pasien bersamanya.Edward mengambil bunga dan keranjang buah yang dibawa oleh Clara dan nenek, mengikuti mereka masuk kembali ke kamar pasien.Ketika Nenek Anggasta melihat Clara dan Nenek Hermosa datang, dia tersenyum heran, "Kenapa kalian bi
Dia menatap Edward yang duduk di samping dan memperhatikan mereka, "Ayah, aku mau makan di sini. Apa kita bisa minta seseorang membawakan makanan ke sini?"Edward berkata, "Oke."Elsa menjadi gembira dan memeluk Clara lebih erat.Nenek Hermosa dan Nenek Anggasta masih punya banyak hal untuk dibicarakan.Clara duduk di samping dan hanya sesekali menyela.Setelah beberapa saat, Elsa merasa lelah dan berkata kepada Clara, "Ma, kapan pekerjaan Mama selesai?"Clara tidak ingin Nenek Hermosa mendengar, jadi dia menggendongnya dan duduk di sofa di kamar pasien sebelum berkata, "Mama belum yakin, tapi kalau nggak ada masalah, Mama pasti lebih sibuk.""Apa?"Elsa tidak menyangka akan seperti itu, dia sangat kecewa."Kalau begitu, kapan Mama punya waktu untuk mengajakku bermain ski?" Dia masih ingat kejadian itu.Clara berpikir sejenak dan berkata, "Bulan depan ya.""Yang benar?""Iya." Clara berkata, “Mama akan memberitahumu kalau Mama sudah nggak sibuk.”"Oke!" Elsa menjadi bahagia.Teringat k
Saat Clara Hermosa tiba di bandara Negara Latvin, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.Hari ini adalah hari ulang tahunnya.Begitu dia membuka ponselnya, dia menerima sekelompok ucapan selamat ulang tahun.Semuanya dari teman dan rekan kerjanya.Tapi tidak ada kabar sama sekali dari Edward Anggasta.Senyum Clara pun memudar.Ketika dia tiba di vila, sudah jam 10 lebih.Saat Bibi Sari melihatnya, dia tertegun sejenak: “Bu Clara, kenapa Ibu... bisa datang ke sini?”“Di mana Edward dan Elsa?”“Pak Edward belum pulang, Nona Elsa masih main di dalam kamar.”Clara pun memberikan barangnya pada Bibi Sari, tapi saat di lantai atas dia melihat Elsa Anggasta yang memakai baju tidur, tampak duduk di meja kecil, entah sedang memukul apa, tapi dia sangat serius, hingga bahkan tidak tahu ada orang yang masuk ke kamarnya.“Elsa?”Saat Elsa dengar suara ini, dia langsung berbalik dan menyebut dengan riang: “Mama!”Lalu, dia kembali membalikkan badan dan lanjut memukul barang di tangannya.Clara lalu
Sekitar jam 9 malam, Edward dan putrinya pun pulang.Elsa memegang ujung pakaian Edward, dan turun dari mobil dengan perlahan.Karena ibunya ada di rumah, malam ini dia sebenarnya tidak mau pulang.Tapi Tante Vanessa bilang ibunya itu pulang secara khusus untuk menemani dia dan ayahnya, jadi kalau mereka tidak pulang, ibunya bisa sedih.Ayah bilang kalau malam ini mereka tidak pulang, besok ibunya pasti akan ikut mereka ke pantai.Jadi dia terpaksa setuju pulang.Tapi dia tetap khawatir, dan bertanya dengan sedih: “Ayah, gimana kalau Ibu besok memaksa mau ikut kita keluar?”“Nggak akan.” Edward menjawab dengan yakin.Selama menikah, Clara memang selalu ingin mendekatinya.Tapi dia masih paham situasi, asalkan dia terlihat tidak senang, Clara langsung tidak akan berani membuatnya marah.Dalam ingatan Elsa, Clara selalu patuh pada Edward.Kalau dia bilang tidak akan, berarti memang tidak akan.Elsa akhirnya bisa tenang.Suasana hatinya pun membaik, mukanya yang tadi cemberut langsung ber
Farel adalah salah satu sekretaris pribadi Edward.Melihat surat pengunduran dirinya, dia tentu terkejut.Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu hubungan Edward dengannya.Semua orang dekat Edward tahu, Edward tidak menyukainya.Setelah nikah, Edward sangat dingin pada Clara, bahkan juga jarang pulang ke rumah.Agar bisa mendekati Edward, Clara pun bekerja di Anggasta Group.Tujuan awalnya adalah menjadi sekretaris pribadi Edward.Tapi Edward tidak setuju.Meski kakeknya memintanya, pria itu tetap kukuh dengan pendiriannya.Pada akhirnya, Clara terpaksa harus puas berada di divisi sekretariat menjadi salah satu sekretaris biasa Edward.Awalnya, Farel khawatir Clara akan mengacaukan divisi sekretariat. Tapi nyatanya, sungguh di luar dugaan.Meski Clara menggunakan posisinya untuk mendekati Edward, tapi dia juga paham situasi, tidak akan bertindak keterlaluan.Sebaliknya, mungkin agar Edward terkesan, Clara sangat serius dalam bekerja, kemampuannya sangat menonjol. Baik saat
Elsa langsung melompat dari atas kasur sambil menyahut, “Beneran, Yah?”“Ya.”“Tapi kenapa tadi Tante Vanessa nggak kasih tahu aku?” “Ayah baru memutuskannya, belum sempat memberitahunya.”Elsa kegirangan: “Kalau gitu Ayah jangan kasih tahu Tante Vanessa, setelah pulang, kita kasih kejutan buat Tante Vanessa oke?!” “Ya.”“Ayah memang yang terbaik! Sayang banget deh!”Setelah telepon ditutup, Elsa masih tampak kegirangan, bernyanyi dan melompat di atas kasur.Setelah beberapa saat, tiba-tiba dia teringat Clara.Beberapa hari terakhir, ibunya tidak menelepon, jadi suasana hatinya sangat bagus.Sebenarnya, agak tidak ngobrol dengan ibunya di telepon, beberapa hari lalu dia sengaja keluar rumah lebih awal, sepulang sekolah dia bahkan sengaja menaruh ponselnya jauh-jauh atau bahkan mematikannya.Setelah dua hari melakukannya, Elsa menghentikannya, dia khawatir ibunya akan marah jika mengetahuinya.Tapi tidak disangka, selama beberapa hari berikutnya ibunya tak kunjung meneleponnya.Awalny
Dia menatap Edward yang duduk di samping dan memperhatikan mereka, "Ayah, aku mau makan di sini. Apa kita bisa minta seseorang membawakan makanan ke sini?"Edward berkata, "Oke."Elsa menjadi gembira dan memeluk Clara lebih erat.Nenek Hermosa dan Nenek Anggasta masih punya banyak hal untuk dibicarakan.Clara duduk di samping dan hanya sesekali menyela.Setelah beberapa saat, Elsa merasa lelah dan berkata kepada Clara, "Ma, kapan pekerjaan Mama selesai?"Clara tidak ingin Nenek Hermosa mendengar, jadi dia menggendongnya dan duduk di sofa di kamar pasien sebelum berkata, "Mama belum yakin, tapi kalau nggak ada masalah, Mama pasti lebih sibuk.""Apa?"Elsa tidak menyangka akan seperti itu, dia sangat kecewa."Kalau begitu, kapan Mama punya waktu untuk mengajakku bermain ski?" Dia masih ingat kejadian itu.Clara berpikir sejenak dan berkata, "Bulan depan ya.""Yang benar?""Iya." Clara berkata, “Mama akan memberitahumu kalau Mama sudah nggak sibuk.”"Oke!" Elsa menjadi bahagia.Teringat k
Clara tidak terkejut melihatnya, dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya, "Apa kamu datang ke sini sepulang sekolah?""Iya!" Elsa sangat gembira melihatnya, lalu menyapa nenek buyutnya, “Nenek buyut.”Begitu Nenek Hermosa menjawab, Edward keluar dari kamar pasien.Melihat mereka datang, dia mengangguk kepada mereka.Nenek Hermosa tampak acuh tak acuh, namun tidak mengatakan apa pun.Clara hanya meliriknya lalu mengalihkan pandangannya.Melihat Elsa sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya, dia berkata, "Mama dan Nenek Hermosa mau melihat nenek buyutmu dulu ya.""Iya, Ma."Setelah mendengar hal itu, Elsa terpaksa mengesampingkan keinginan untuk berbicara sementara waktu, mengulurkan tangan untuk memegang tangan Clara, dan masuk ke kamar pasien bersamanya.Edward mengambil bunga dan keranjang buah yang dibawa oleh Clara dan nenek, mengikuti mereka masuk kembali ke kamar pasien.Ketika Nenek Anggasta melihat Clara dan Nenek Hermosa datang, dia tersenyum heran, "Kenapa kalian bi
Malam itu, Edward tidak pulang.Keesokan paginya, ibunya Edward, Sinta Kartajaya, Dustin dan yang lainnya bergegas kembali satu demi satu.Mengetahui bahwa Edward telah menjaga nenek di rumah sakit sepanjang malam, dia memintanya untuk kembali dan beristirahat terlebih dahulu.Edward berkata kepada neneknya, "Aku akan datang menemui Nenek lagi nanti malam."Nenek Anggasta mengabaikannya.Edward meninggalkan rumah sakit dan menelepon.Lebih dari satu jam kemudian, Keluarga Gori dan Sanjaya menerima berita bahwa mereka dikeluarkan dari tim proyek.Mereka segera menghubungi Vanessa.Vanessa berkata, "Itu ide Nenek Anggasta. Dia terjatuh tadi malam..."Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori tidak menduga hal itu akan terjadi.Mario berkata, "Kalau begitu, apa Nenek Anggasta juga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Edward putus denganmu dan memintanya untuk nggak menceraikan Clara?"Vanessa mengerutkan bibirnya, terdiam.Mereka mengobrol sebentar sebelum dia menutup telepon.Pada saa
Begitu Edward dan Elsa sampai di rumah, ponsel Edward berdering.Edward menjawab telepon.Setelah beberapa saat, dia menyimpan kembali ponselnya, mengenakan mantel yang baru saja dilepasnya, dan berkata kepada Elsa yang naik ke lantai atas bersamanya, "Nenek buyutmu terjatuh dan terluka, dia sekarang dirawat di rumah sakit. Ayah mau pergi ke rumah sakit. Kamu harus tidur lebih awal."Elsa berkata dengan cemas, "Aku juga mau pergi melihat nenek buyut...""Kamu harus pergi sekolah besok, jadi pergi ke sananya sepulang sekolah saja.""Iya…"Edward berbalik dan berjalan keluar.Pada saat itu, ponsel Elsa berdering.Dia segera mengambil ponsel dan melihatnya.Setelah melihat bahwa itu hanya spam, dia cemberut karena kecewa.Dalam perjalanan pulang tadi, dia menelepon mamanya, dia ingin tahu apakah orang yang dilihatnya di mal tadi adalah dirinya.Tetapi mamanya tidak menjawab.Sekarang ada pesan masuk di ponselnya, dan dia pikir itu dari mamanya.Tidak disangka...Memikirkan hal itu, dia me
Elsa melihat lagi, dan setelah memastikan Clara tidak ada di sana, dia pergi bersama Vanessa.Menatap punggung mereka saat pergi, Doni hendak pergi ketika dia melihat Clara berdiri tidak jauh di samping.Dia berhenti sejenak.Setelah itu, dia memutuskan untuk tidak peduli dan hendak pergi, tetapi dia melihat tatapan Clara tertuju pada Vanessa dan Elsa.Saat itu, wajah dan tatapan Clara terlihat sangat dingin.Dia merasa bahwa Clara memandang Vanessa seolah-olah dia sedang melihat musuh.Dilihat dari tatapan dinginnya, dia merasa Clara mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk pada Vanessa.Doni melihat hal itu dan merasa bahwa dia masih menyimpan dendam terhadap Vanessa.Dia berjalan mendekat.Clara membawa banyak barang di tangannya.Ada dua pot tanaman dan beberapa kerajinan tangan untuk menghias rumah.Kerajinan tangan itu dibeli secara impulsif.Sejak pindah ke rumahnya saat ini, dia sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk mendekorasi rumahnya. Rumahnya
Setelah beberapa saat, Vanessa, Doni dan Elsa keluar dari toilet.Elsa berada pada usia ketika dia sangat penasaran tentang banyak hal.Dia tertarik pada apa pun yang dilihatnya sepanjang perjalanan, melihat ke sana kemari, dan berbicara dengan Vanessa tanpa henti.Vanessa selalu menanggapi dengan senyuman.Doni melihat pemandangan itu dan merasa bahwa Vanessa sangat bertanggung jawab terhadap anaknya Edward, dan dia juga merasa bahwa membesarkan anak bukanlah hal yang mudah.Ketika kembali ke kafe, Doni pertama-tama melihat ke arah Edward dan mendapatinya sedang santai minum kopi sambil membolak-balik majalah di tangannya.Dia tampak seperti bos yang tidak mau ikut campur.Doni berhenti sebentar.Dalam perjalanan ke toilet tadi, Doni mengatakan bahwa dia juga punya janji dengan seorang teman untuk bertemu di kafe.Setelah memasuki kafe, Vanessa bertanya, "Apa temanmu sudah datang?"Doni menggelengkan kepalanya, "Belum.""Kenapa kamu nggak ikut duduk bersama kami?""Kalian berdua sedan
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara