Share

Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai
Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai
Author: Elenor

Bab 1

Author: Elenor
Saat Clara Hermosa tiba di bandara Negara Latvin, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Begitu dia membuka ponselnya, dia menerima sekelompok ucapan selamat ulang tahun.

Semuanya dari teman dan rekan kerjanya.

Tapi tidak ada kabar sama sekali dari Edward Anggasta.

Senyum Clara pun memudar.

Ketika dia tiba di vila, sudah jam 10 lebih.

Saat Bibi Sari melihatnya, dia tertegun sejenak: “Bu Clara, kenapa Ibu... bisa datang ke sini?”

“Di mana Edward dan Elsa?”

“Pak Edward belum pulang, Nona Elsa masih main di dalam kamar.”

Clara pun memberikan barangnya pada Bibi Sari, tapi saat di lantai atas dia melihat Elsa Anggasta yang memakai baju tidur, tampak duduk di meja kecil, entah sedang memukul apa, tapi dia sangat serius, hingga bahkan tidak tahu ada orang yang masuk ke kamarnya.

“Elsa?”

Saat Elsa dengar suara ini, dia langsung berbalik dan menyebut dengan riang: “Mama!”

Lalu, dia kembali membalikkan badan dan lanjut memukul barang di tangannya.

Clara lalu mendekat dan memeluknya, saat dia hampir menciumnya, dia didorong oleh Elsa: “Mama, aku lagi sibuk.”

Clara sudah dua bulan tidak bertemu anaknya, jadi dia rindu padanya, tentu saja ingin menciumnya, dan berbicara dengan putrinya itu.

Melihatnya begitu serius, dia juga tidak mau mengganggunya: “Seminggu lagi, Tante Vanessa berulang tahun, ini hadiah yang aku dan Ayah siapkan untuk dia! Kulit kerang ini buatan aku dan ayah sendiri pakai mesin, cantik ‘kan?”

Clara merasa tenggorokannya tercekat, sebelum dia menjawab, putrinya yang masih memunggunginya pun lanjut berkata: “Ayah juga sudah siapkan hadiah lain untuk Tante Vanessa, besok—“

Hati Clara tercekat, dia tidak tahan lagi, “Elsa... masih ingat ulang tahun Ibu?”

“Ha? Apa?” Elsa menatapnya, lalu tunduk kembali dan menatap untaian manik-manik, sambil menggerutu: “Sudah kubilang jangan bicara denganku dulu, susunan manik-manikku jadi berantakan—“

Clara melepaskan tangan yang tadi sedang memeluk putrinya, dan tidak berbicara lagi.

Dia berdiri diam begitu lama, melihat putrinya bahkan tidak melihatnya, Clara mengatup erat bibirnya, lalu pergi dalam diam.

Bibi Sari melihatnya, lalu berkata: “Bu Clara, tadi aku sudah telepon Pak Edward, dia bilang malam ini dia ada urusan, jadi dia minta Anda tidur duluan.”

“Oke.”

Clara menjawab pendek, teringat perkataan putrinya tadi, dia tertegun, dan menelepon Edward.

Setelah berdering sejenak telepon itu diangkat, tapi suaranya terdengar begitu tenang: “Aku masih ada urusan, besok saja—“

“Edward, ini sudah malam, siapa itu?”

Itu suara Vanessa Gori.

Clara menggenggam ponselnya erat-erat.

“Nggak apa.”

Sebelum Clara selesai bicara, Edward langsung mematikan telepon.

Mereka sudah 3 bulan tidak ketemu, hari ini akhirnya dia pulang ke Negara Latvin, tapi Edward malah tidak mau segera pulang, bahkan dengar teleponnya pun, dia tidak mau.

Setelah nikah begitu lama, Edward selalu gini padanya, dingin, menjauh, dan tidak sabar.

Sebenarnya dia sudah terbiasa.

Kalau dulu, dia pasti akan telepon Edward lagi, lalu dengan sabar menanyakan keberadaannya, dan apa dia bisa pulang.

Akan tetapi mungkin hari ini dia kelelahan, jadi tidak ada tenaga untuk melakukan ini.

Keesokan paginya begitu bangun, dia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menelepon Edward lagi.

Negara Latvin dan Negara Marola memiliki perbedaan 17 hingga 18 jam, jadi di Negara Latvia, hari ini barulah ulang tahunnya.

Kali ini tujuannya pulang ke Negara Latvin, selain ingin bertemu Edward dan Elsa, dia juga berharap di hari yang spesial ini, mereka bisa berkumpul, dan makan bersama.

Ini adalah doanya dalam ulang tahun kali ini.

Edward tidak mengangkat teleponnya.

Setelah begitu lama, dia baru mengirim sebuah pesan.

[Ada apa?]

Clara: [Siang ini ada waktu? Aku bawa Elsa, kita makan bareng yuk?]

[Oke, beri tahu aku setelah tahu lokasinya.]

Clara: [Oke.]

Setelah itu, Edward tidak membalas lagi.

Dia tidak teringat hari ini ulang tahunnya.

Meski Clara sudah mempersiapkan hatinya, tapi dia tetap merasa kecewa.

Setelah mandi, dia bersiap turun ke bawah, tapi saat ini dia mendengar suara putrinya dan Bibi Sari.

“Bu Clara sudah pulang, Nona Elsa nggak senang?”

“Aku dan Ayah sudah setuju mau main di pantai bersama Tante Vanessa, tapi ibu mendadak pulang, kalau dia mau ikut kami pergi, suasananya pasti nggak enak.”

“Ibu juga jahat banget, selalu nggak suka Tante Vanessa—“

“Nona, Bu Elsa itu ibumu, nggak boleh bilang gitu, nanti Bu Clara jadi sedih oke?”

“Aku tahu, tapi aku dan Ayah memang lebih suka sama Tante Vanessa, apa Tante Vanessa nggak bisa jadi ibuku saja?”

“...”

Jawaban Bibi Sari selanjutnya, tidak terdengar Clara lagi.

Itu adalah putri yang dibesarkannya sendiri, tapi setelah bersama ayahnya selama 2 tahun, dia malah jadi lebih dekat pada ayahnya, tahun lalu Edward datang ke Negara Latvin untuk buka cabang, tapi putrinya malah mau ikut juga.

Dia tidak rela, dia tentu ingin putrinya tetap di sisinya.

Tapi dia tidak tega lihat anaknya sedih, jadi dia setuju.

Tidak disangka...

Seperti dipaku di lantai, Clara berdiri tegak, wajahnya pucat, tidak bisa bergerak sama sekali.

Kali ini dia melepaskan pekerjaannya untuk datang ke Negara Latvin, karena dia ingin menemani putrinya.

Tapi tampaknya, tidak perlu lagi.

Clara kembali ke kamarnya, lalu menyimpan kembali hadiah yang dia bawa dari Negara Marola, ke dalam kopernya.

Beberapa saat kemudian, Bibi Sari meneleponnya, mengabari bahwa dia bawa Elsa keluar main, meminta Clara meneleponnya kalau ada urusan.

Clara duduk di atas tempat tidur, merasa hampa dan bingung.

Dia secara khusus melepaskan pekerjaannya untuk kemari, tapi akhirnya tidak ada yang benar-benar butuh dia.

Kedatangannya, membuatnya terlihat bodoh.

Setelah beberapa saat, dia keluar rumah.

Dia berjalan tanpa arah di negara yang asing tapi familier ini.

Saat mendekati siang, dia baru teringat, sebelumnya dia mengajak Edward makan siang.

Dia lalu teringat perkataan yang dia dengar tadi pagi, saat dia sedang ragu apakah mau pergi jemput putrinya, dia tiba-tiba menerima pesan dari Edward.

[Siang ini ada urusan, makan siangnya batal.]

Clara menatapnya lama, tidak terkejut sama sekali.

Karena dia sudah terbiasa.

Di hari Edward urusan kantor ataupun janji dengan temannya... semuanya lebih penting dari istrinya.

Walau sudah janji dengannya, Edward bisa membatalkannya sesuka hati.

Sama sekali tidak memikirkan perasaannya.

Lalu apa dia merasa kecewa?

Dulu mungkin iya.

Tapi sekarang dia sudah kebal, tidak ada rasa sama sekali.

Clara makin bingung.

Dia datang dengan senang, tapi baik suaminya, ataupun putrinya, semua dingin padanya.

Tanpa disadari, mobil yang dia kendarai tiba di sebuah restoran yang sering dikunjunginya bersama Edward.

Saat dia baru mau masuk, dia melihat Edward, Vanessa dan Elsa di dalam restoran itu.

Vanessa dan putrinya duduk di sisi yang sama dengan mesra.

Sembari bicara dengan Edward, dia bermain dengan Elsa.

Elsa tampak mengayunkan kakinya dengan senang, bermain dengan Vanessa, sambil memakan kue bekas gigitan Vanessa.

Edward menyendokkan makanan untuk mereka sambil tersenyum, tatapannya terus tertuju pada Vanessa yang ada di depannya, seakan di matanya hanya ada dia.

Inilah urusan yang dibilang Edward.

Ini juga adalah putri yang dia lahirkan dengan susah payah setelah mengandung selama 9 bulan.

Clara tersenyum getir.

Dia hanya bisa berdiri menatap mereka.

Setelah setengah jam, dia memalingkan wajahnya, membalikkan badan dan pergi.

Setelah kembali ke vila, Clara menyiapkan sebuah surat cerai.

Edward adalah impiannya saat dia masih muda, tapi Edward tidak mau menikahinya.

Dirinya yang dulu dengan bodohnya mengira, asalkan dia berusaha keras, dia pasti bisa masuk ke dalam hatinya.

Tapi kenyataan malah menghantamnya dengan keras.

Sudah hampir 7 tahun.

Ini saatnya sadar.

Dia memasukkan surat cerai itu ke dalam amplop, meminta Bibi Sari memberikannya pada Edward, lalu menarik kopernya ke dalam mobil, dan memerintahkan supirnya: “Ke bandara.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 2

    Sekitar jam 9 malam, Edward dan putrinya pun pulang.Elsa memegang ujung pakaian Edward, dan turun dari mobil dengan perlahan.Karena ibunya ada di rumah, malam ini dia sebenarnya tidak mau pulang.Tapi Tante Vanessa bilang ibunya itu pulang secara khusus untuk menemani dia dan ayahnya, jadi kalau mereka tidak pulang, ibunya bisa sedih.Ayah bilang kalau malam ini mereka tidak pulang, besok ibunya pasti akan ikut mereka ke pantai.Jadi dia terpaksa setuju pulang.Tapi dia tetap khawatir, dan bertanya dengan sedih: “Ayah, gimana kalau Ibu besok memaksa mau ikut kita keluar?”“Nggak akan.” Edward menjawab dengan yakin.Selama menikah, Clara memang selalu ingin mendekatinya.Tapi dia masih paham situasi, asalkan dia terlihat tidak senang, Clara langsung tidak akan berani membuatnya marah.Dalam ingatan Elsa, Clara selalu patuh pada Edward.Kalau dia bilang tidak akan, berarti memang tidak akan.Elsa akhirnya bisa tenang.Suasana hatinya pun membaik, mukanya yang tadi cemberut langsung ber

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 3

    Farel adalah salah satu sekretaris pribadi Edward.Melihat surat pengunduran dirinya, dia tentu terkejut.Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu hubungan Edward dengannya.Semua orang dekat Edward tahu, Edward tidak menyukainya.Setelah nikah, Edward sangat dingin pada Clara, bahkan juga jarang pulang ke rumah.Agar bisa mendekati Edward, Clara pun bekerja di Anggasta Group.Tujuan awalnya adalah menjadi sekretaris pribadi Edward.Tapi Edward tidak setuju.Meski kakeknya memintanya, pria itu tetap kukuh dengan pendiriannya.Pada akhirnya, Clara terpaksa harus puas berada di divisi sekretariat menjadi salah satu sekretaris biasa Edward.Awalnya, Farel khawatir Clara akan mengacaukan divisi sekretariat. Tapi nyatanya, sungguh di luar dugaan.Meski Clara menggunakan posisinya untuk mendekati Edward, tapi dia juga paham situasi, tidak akan bertindak keterlaluan.Sebaliknya, mungkin agar Edward terkesan, Clara sangat serius dalam bekerja, kemampuannya sangat menonjol. Baik saat

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 4

    Elsa langsung melompat dari atas kasur sambil menyahut, “Beneran, Yah?”“Ya.”“Tapi kenapa tadi Tante Vanessa nggak kasih tahu aku?” “Ayah baru memutuskannya, belum sempat memberitahunya.”Elsa kegirangan: “Kalau gitu Ayah jangan kasih tahu Tante Vanessa, setelah pulang, kita kasih kejutan buat Tante Vanessa oke?!” “Ya.”“Ayah memang yang terbaik! Sayang banget deh!”Setelah telepon ditutup, Elsa masih tampak kegirangan, bernyanyi dan melompat di atas kasur.Setelah beberapa saat, tiba-tiba dia teringat Clara.Beberapa hari terakhir, ibunya tidak menelepon, jadi suasana hatinya sangat bagus.Sebenarnya, agak tidak ngobrol dengan ibunya di telepon, beberapa hari lalu dia sengaja keluar rumah lebih awal, sepulang sekolah dia bahkan sengaja menaruh ponselnya jauh-jauh atau bahkan mematikannya.Setelah dua hari melakukannya, Elsa menghentikannya, dia khawatir ibunya akan marah jika mengetahuinya.Tapi tidak disangka, selama beberapa hari berikutnya ibunya tak kunjung meneleponnya.Awalny

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 5

    Dalam kurun waktu terakhir ini Dylan dan Clara memang jarang sekali bertemu.Tapi meski begitu, Dylan bisa melihat perubahan besar dalam diri Clara, semangat tinggi dan kuat yang dulu dia miliki sudah hilang begitu saja.Saat teringat akan sosok Clara saat itu, Dylan tidak pernah menyangka sikap rendah diri akan menempel pada wanita itu.Dylan tidak tahu banyak tentang kehidupan pernikahan Clara dan Edward.Hanya sekelumit saja yang dia ketahui.Sebenarnya ada beberapa dugaan dalam hatinya, tapi dia memilih untuk tidak mengatakannya, hanya berkata padanya dengan serius: “Nggak masalah kalau kamu pernah terpuruk dalam hidupmu, tapi kamu harus tahu, kemampuan dan bakatmu berbeda dari jenius biasa. Clar, asalkan kamu punya tekad, belum terlambat untukmu memulainya sekali lagi.”“Lalu, jangan lupa, kamu itu murid terbaik yang pernah dosenmu ajarkan.”Mendengar ini, Clara tersenyum: “Kalau dosen kita dengar ucapanmu, mungkin dia akan mencibir, bilang kalau itu semua karena muridnya yang lai

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 6

    Keesokan harinya.Setibanya di perusahaan, Edward berpapasan dengan Clara.Clara tidak tahu tentang kepulangan Edward dan Elsa ke Marola.Bertemu tiba-tiba dengan Edward di perusahaan, membuat langkah kaki Clara terhenti sejenak.Ada sedikit keterkejutan di mata Edward saat melihat Clara. Namun, dia hanya mengira Clara baru saja tiba dari perjalanan dinasnya. Yah, pria itu tidak berpikir macam-macam.Ekspresi wajah Edward tampak datar, menganggap Clara layaknya orang asing. Dia berjalan melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam perusahaan.Jika itu dulu, mungkin Clara akan senang saat mengetahui Edward kembali ke Marola. Meski tak bisa memeluknya, Clara akan merasa bahagia hanya dengan menatapnya, seolah dalam dunianya hanya ada Edward seorang. Sekalipun sikap pria itu dingin terhadapnya, Clara tetap akan menyapanya dengan ‘selamat pagi’.Namun kini, Clara hanya menatap wajah tampan itu sekilas lalu menundukkan pandangannya. Antusias dan kebahagiaan sebelumnya sudah tidak terpancar d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 7

    Dua rekan kerja di samping Clara terlihat mundur hingga ke dinding sambil melirik Vanessa.Vanessa juga menatap ke arah Clara.Namun kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan dingin. Dia menganggap Clara hanya sebagai angin lalu. Dia pun memasuki lift dengan masih ditemani para eksekutif.Begitu pintu lift tertutup, dua rekan kerja Clara menghela napas lega. Mereka mulai bergosip dengan penuh semangat.“Harusnya cewek barusan itu pacar Pak Edward, ‘kan? Astaga, cantik banget, yang dipakai barang bermerek semua, pasti mahal, tuh! Wajar sih anak ‘horang’ kaya. Auranya beda sama kita-kita, sikapnya juga tenang dan percaya diri.”“Ya, aku juga merasa seperti itu!”Sambil berbincang-bincang, mereka bertanya lembut pada Clara, “Clar, gimana menurutmu?”“Ya,” ucapnya singkat dan datar sembari menundukkan pandangannya.Vanessa sebenarnya adalah anak haram dari ayah Clara.Menyebut Vanessa sebagai anak haram mungkin kurang pas.Bagaimanapun, saat Clara berusia delapan tahun, ayah bersikeras

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 8

    “Ada apa?” tanya teman di sampingnya.“Sepertinya aku kenal sama dia,” jawab Gading sedikit ragu.Mereka sejak kecil selalu bersama. Dia tahu tentang Clara yang suka pada Edward.Kalau boleh jujur, Clara sangat cantik, tapi juga sangat pendiam. Cantiknya Clara hanya kecantikan biasa, tidak ada yang spesifik. Wanita seperti itu bukanlah kriteria yang Edward sukai.Edward selalu menjaga jarak dengan Clara. Begitu juga mereka, para sahabat Edward. Mereka juga tidak terlalu memerhatikan Clara.Mereka tidak sering bertemu dengan Clara. Bertemu pun, mereka malas untuk sekadar menyapanya.Sebenarnya, mereka bahkan tidak begitu ingat perawakan Clara. Gading masih ragu dengan apa yang dilihatnya barusan.Namun, meski wanita barusan benar-benar Clara, dia juga tak memedulikannya.Tanpa berkata-kata lagi, dia kembali masuk ke dalam ruangan.….Clara tidak memerhatikan Gading.Begitu keluar restoran, dia langsung membawa Raisa pulang. Malam itu, dia pun harus menginap di rumah Raisa untuk menjagan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 9

    Wajah Rio tampak emosional, sikapnya pun menjadi dingin. Dia merasa Clara ingin mendapatkan perlakuan khusus karena statusnya.“Bu Clara, mohon jaga sikapmu dan tetap bekerja secara profesional. Kamu pikir ini rumahmu?” ucap Rio dengan nada tinggi.Sikap Clara tidak berubah, dia pun mengambil tasnya sambil berkata, “Kalau kamu nggak suka, pecat saja aku sekarang.”“Kamu!”Sebelum ini, Rio sempat mendampingi Edward ke Latvin. Sebagai sekretaris pribadi, dia tahu soal pengajuan pengunduran diri Clara. Meski termasuk orang kepercayaan Edward, dia tidak berhak begitu saja memutuskan memecat Clara.Terlebih lagi nenek Keluarga Anggasta sangat menyukai Clara. Masalah akan semakin panjang jika Clara mengadu pada nenek Keluarga Anggasta. Meski yakin Edward akan melindunginya, dia tetap akan dirugikan.Clara tak memedulikan Rio dan berjalan melewatinya begitu saja.Rio yang merasa diabaikan semakin emosional. Dia meninggalkan divisi sekretariat dengan kesal.“Ada masalah apa?” tanya Farel saat

Latest chapter

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 194

    Clara berkata, "Sampai jumpa."Setelah itu, dia pergi tanpa ragu.Setelah sampai di Kediaman Keluarga Hermosa, Clara naik ke kamarnya, dan Rana bergosip dengan Nenek Hermosa tentang apa yang terjadi hari ini.Nenek Hermosa sangat terkejut saat mengetahui orang yang membuat janji dengan Clara sebenarnya adalah Dani.Lagi pula, Dani dan Edward adalah teman sejak kecil, dan Clara tidak pernah akrab dengannya sebelumnya, jadi kenapa mereka tiba-tiba...Bagas berkata, "Pantesan aku heran kenapa Keluarga Nainggolan tiba-tiba berinisiatif ajak kerja sama beberapa waktu lalu, dan dia juga sangat baik padaku akhir-akhir ini. Ternyata..."Arini berkata, "Berarti itu beneran?"Nenek Hermosa yang lebih mengerti Clara, berkata, "Clara belum resmi cerai. Aku rasa dia nggak punya niat seperti itu. Biarkan saja semua berjalan secara alami dan jangan terlalu ikut campur.""Iya."Keesokan harinya, Clara terbangun di rumah Keluarga Hermosa dan baru saja selesai sarapan ketika ponselnya berdering.Panggil

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 193

    Sandy dan Rana datang dan bertanya pada Tania apa dia ingin bermain di seluncuran air.Setelah menatap seluncuran air berwarna-warni tak jauh dari situ, dia mengangguk cepat.Seluncuran air di kapal pesiar berada di dalam ruangan dengan sumber air panas, jadi tidak akan dingin bahkan di musim hujan sekalipun.Faktanya, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat bermain di seluncuran air itu.Namun, biasanya ini memang dunia untuk para remaja dan anak-anak.Clara dan Dani berseluncur beberapa kali dan merasa bosan.Tetapi, Tania, Sandy dan Rana bermain seakan tidak ada bosannya.Clara duduk di samping dan berendam air panas.Pada saat itu, Dani memberinya minuman.Clara menerimanya, "Terima kasih."Dani duduk tidak jauh darinya, "Sama-sama."Lalu dia bertanya, "Berapa umur mereka?""Sandy berumur enam belas tahun, Rana sekarang empat belas tahun.""Kamu sering ajak mereka main?"Clara menggelengkan kepalanya, "Iya, dulu gitu, tapi akhir-akhir ini aku sibuk kerja, jadi nggak punya banyak w

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 192

    Clara membawa laptopnya dan bersama Dylan pergi ke rumah Prof Nian untuk makan bersama.Setelah makan, Prof Nian bantu periksa jurnal yang ditulisnya.Saat itu sudah larut malam, ketika dia masuk ke mobil dan hendak pulang, bibinya Arini menelepon.Intinya adalah dia sudah memesan tiket liburan kapal pesiar untuk besok, rencananya bawa kedua anaknya berlayar.Tapi sesuatu terjadi di rumah orang tuanya, jadi dia harus kembali dan tidak dapat temani anak-anak.Clara mendengarkan dan berkata, "Oke, Bi. Kebetulan besok aku ada waktu luang. Aku antar mereka ke sana."Tidak lama setelah dia menutup telepon, ponselnya berdering lagi.Kali ini, Dani yang menelepon.Clara menjawab panggilan itu dan berbicara lebih dulu, "Maaf, kalau ini soal Tania, aku ada urusan mendadak besok, jadi nggak bisa pergi bareng kalian."Dani tidak menutup telepon, tetapi bertanya, "Apa aku boleh tahu kenapa?" Dia berkata, "Tania pengen banget bertemu denganmu besok."Tidak ada yang perlu disembunyikan, jadi Clara

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 191

    Tiba di sekolah Elsa.Clara mendengar suara Bella, "Tante Clara."Clara menoleh dan Bella berlari ke arahnya serta berkata, "Tante, tadi malam ibuku suruh aku bawakan roti untuk Tante, tapi Tante nggak ada di rumah, jadi aku bawa pulang lagi roti itu."Clara hendak berbicara. Elsa tidak tahu Clara telah pindah sejak lama. Mendengar ucapan Bella, dia mendengus dan berkata, "Omong kosong. Mamaku jelas ada di rumah kemarin."Bella menggaruk kepalanya, "Ah? Yang benar? Terus kenapa..."Tepat saat Clara hendak berbicara, guru Elsa memanggilnya, "Bu Clara."Clara berkata, "Bu Siska."Bu Siska meminta Elsa dan Bella untuk masuk terlebih dahulu, karena dia ingin mengatakan sesuatu kepada Clara.Elsa dan Bella masuk lebih dulu.Bu Siska kemudian berkata kepada Clara, "Minggu depan ada kegiatan orang tua-anak di sekolah. Apa ibu sudah tahu?"Clara menggelengkan kepalanya, "Saya belum tahu."Elsa tidak memberitahunya.Bu Siska berkata, “Ini…”Dia sebenarnya sudah bisa menebaknya, tetapi masih ing

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 190

    Saat dia naik ke kamar, sudah hampir jam tujuh.Elsa sudah bangun.Ketika melihatnya kembali, dia segera menutup Whatsappnya.Clara pura-pura tidak memperhatikan dan berkata dengan nada normal, “Pergilah mandi dan ganti pakaianmu.”"Iya."Clara mengemasi barang-barangnya dan hendak turun sambil membawa tasnya ketika dia melihat Bibi Sari membawa piyama yang dia kenakan tadi malam untuk dicuci.Clara berkata, "Buang saja, nggak perlu dicuci."Kemudian dia menambahkan, "Barang lainnya juga. Tolong bantu aku buang ya, Bi. Aku mungkin nggak akan butuh lagi nanti."Surat cerai antara dia dan Edward akan segera dikeluarkan.Bahkan jika dia menemui Elsa di masa depan, dia tidak akan ke sini, apalagi menginap di sini.Dia tidak akan bisa menggunakan benda-benda itu lagi.Dia juga tidak ingin mengambilnya.Hubungan antara Clara dan Edward sebagai pasangan tidak pernah baik.Clara bahkan jarang kembali dalam dua atau tiga bulan terakhir, yang mengindikasikan hubungan mereka mungkin telah berakhi

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 189

    Setelah memandikan Elsa dan mengeringkan rambutnya, Clara juga bersiap untuk mandi.Barang-barangnya tidak ada di kamar Elsa, jadi dia keluar dan pergi ke kamar utama.Kamar tidur utama gelap gulita, Edward tidak ada di sana.Begitu dia menyalakan lampu, dia tertegun dan hampir curiga dia sudah memasuki ruangan yang salah.Dia telah tinggal di kamar itu selama tujuh tahun dan sangat familiar dengan segala isinya.Tetapi sekarang, apa pun yang terlihat di matanya terasa sangat asing baginya.Semua hal di ruangan itu telah berubah.Tidak bisa dibilang semuanya, setidaknya lantainya masih sama.Namun selain lantai, lampu gantung kamar, gorden, tempat tidur, nakas, meja bundar kecil di ambang jendela, sofa, meja kopi, karpet, dan lainnya, bahkan dispenser dan cangkir teh pun ikut diganti.Selain itu, meja riasnya yang biasa juga hilang.Tentu saja botol dan toples yang sering dia gunakan juga tidak ditemukan.Melihat hal itu, dia menduga semua jejak dirinya di ruangan ini pasti telah dihap

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 188

    "Syukurlah."Dani merasa lega dan berhenti bertanya.Clara pun pamit pada Dylan dan meninggalkan kantor.Ketika sampai di rumah dan memasuki kamar Elsa, Edward sedang duduk di samping meja dan sibuk bekerja.Melihatnya, dia mendongak dan menyapa, "Kamu sudah sampai?"Clara berkata, “Iya.”Dia meletakkan tasnya dan pergi ke tempat tidur untuk melihat Elsa.Elsa masih diinfus. Mungkin dia mengantuk, jadi dia tertidur dengan wajah cemberut.Dia tidak membangunkannya, dan bertanya pada Edward, "Gimana keadaannya?"“Waktu aku sampai, dia masih sakit, tapi sekarang sudah merasa baikan.”"Oke."Clara duduk di sofa di sampingnya, menemukan sebuah buku, dan berencana untuk membaca sambil menunggu Elsa bangun.Edward menoleh dan bertanya, "Apa kamu sudah makan?"Clara berkata, "Belum."Edward hendak mengatakan sesuatu yang lain ketika Elsa terbangun.Melihat Clara, dia bertanya dengan heran, "Ma? Mama sudah datang?""Iya." Clara menutup buku yang baru saja dibukanya, berjalan mendekat, dan duduk

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 187

    Setelah membahas tentang Vanessa, Clara bertanya, "Gimana dengan Anggasta Group?"Berbicara tentang hal itu, Dylan menyentuh hidungnya dan berkata, "Kamu tahu, Edward juga ada di industri kita, dan dia sangat paham teknologi."Anggasta Group juga sangat kaya.Banyak personel teknisnya merupakan talenta yang banyak dicari dalam industri ini.Selain itu, Edward sendiri juga sangat berpengetahuan tentang teknologi.Oleh karena itu, proposal yang dia ajukan ... tak tertandingi.Ini mungkin juga merupakan alasan penting mengapa Edward tidak terburu-buru mengajak Morti Group untuk bekerja sama.Clara tidak terkejut ketika mendengar hal itu.Dia berkata, "Sekarang saatnya ambil keputusan, kamu hanya perlu melihat fakta sebagaimana adanya."Bekerja dengan tim berkualitas tinggi dapat mengurangi banyak kekhawatiran.Apa yang terjadi antara dia dan Edward menjadi tidak penting jika dibandingkan dengan proyek tersebut.Sore harinya, Doni juga datang ke Morti Group.Kali ini, Dylan tidak menemuiny

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 186

    Setelah mendengar hal itu, Vanessa berkata, "Oke." Kemudian, dia menatap Clara dengan tajam dan berkata, "Kalau gitu, Bu Clara, tolong beri tahu aku masalah apa yang ada dalam proposalku, jadi aku bisa perbaiki sesuai dengan rencanamu."Ketika Clara mendengar ucapannya, dia tahu Vanessa sengaja bertanya seperti itu dan persulit dia.Clara tersenyum dan berkata, "Bu Vanessa, masalah dengan proposal itu adalah urusanmu. Bukannya cari tahu di mana letak masalahnya, tapi kamu malah tanya pada kami. Apa menurutmu itu pantas? Kami itu nggak harus kerja sama dengan kamu. Dengan bertanya seperti itu, apa maksudmu, perusahaanmu mau kerja sama dengan kami, tapi kamu bahkan nggak tahu apa yang dibutuhkan perusahaan kami? Kalau gitu, aku makin yakin kamu benar-benar nggak memenuhi persyaratan perusahaan kami."Vanessa berkata demikian karena dia curiga Clara sengaja mempersulitnya.Apa yang diucapkannya tadi sebenarnya karena dia yakin Clara juga tidak tahu apa masalah dengan proposalnya, dan seka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status