Share

Bab 7

Penulis: Elenor
Dua rekan kerja di samping Clara terlihat mundur hingga ke dinding sambil melirik Vanessa.

Vanessa juga menatap ke arah Clara.

Namun kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan dingin. Dia menganggap Clara hanya sebagai angin lalu. Dia pun memasuki lift dengan masih ditemani para eksekutif.

Begitu pintu lift tertutup, dua rekan kerja Clara menghela napas lega. Mereka mulai bergosip dengan penuh semangat.

“Harusnya cewek barusan itu pacar Pak Edward, ‘kan? Astaga, cantik banget, yang dipakai barang bermerek semua, pasti mahal, tuh! Wajar sih anak ‘horang’ kaya. Auranya beda sama kita-kita, sikapnya juga tenang dan percaya diri.”

“Ya, aku juga merasa seperti itu!”

Sambil berbincang-bincang, mereka bertanya lembut pada Clara, “Clar, gimana menurutmu?”

“Ya,” ucapnya singkat dan datar sembari menundukkan pandangannya.

Vanessa sebenarnya adalah anak haram dari ayah Clara.

Menyebut Vanessa sebagai anak haram mungkin kurang pas.

Bagaimanapun, saat Clara berusia delapan tahun, ayah bersikeras menceraikan ibunya dan menikahi ibu Vanessa. Itu dilakukan ayahnya agar ibu Vanessa tidak menderita lagi.

Setelah orang tuanya bercerai, dia bersama ibunya yang depresi tinggal bersama nenek dan paman dari pihak ibu.

Selama bertahun-tahun, bisnis paman semakin terpuruk, sedangkan bisnis Keluarga Gori berkembang pesat tiap harinya.

Dengar-dengar, ayah selalu memberikan yang terbaik untuk Vanessa. Entah berapa banyak uang yang dihabiskan untuk merawat Vanessa. Semua itu ayah lakukan untuk menebus penderitaan yang Vanessa alami sewaktu kecil.

Vanessa sendiri bisa memenuhi harapan. Berdasarkan kabar yang beredar, dia menjadi sosok wanita yang luar biasa.

Vanessa yang mulanya adalah anak haram, kini menjadi putri sah keluarga kaya.

Setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu, aura yang dimiliki Vanessa sebagai putri dari keluarga kaya semakin kuat, bahkan lebih kuat dari dirinya yang dulu adalah putri asli keluarga kaya.

Clara awalnya mengira mereka tidak akan pernah berhubungan lagi satu sama lain.

Namun takdir berkata lain. Tuhan seperti lebih sayang pada Vanessa.

Hubungan antara Clara dan Edward bagaikan pungguk merindukan bulan. Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, Edward tidak pernah memperhatikannya. Namun, saat pertama kali melihat Vanessa, Edward langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Clara, kamu nggak apa-apa?” tanya rekan kerja dengan khawatir saat melihat wajah Clara memucat.

Clara pun tersadar, lalu berkata, “Nggak apa-apa, kok.”

Dia dan Edward akan segera bercerai. Entah siapa yang nanti akan Edward cintai, dia tak lagi memedulikannya.

Pada hari itu, Clara tidak lagi memperhatikan apa yang terjadi antara Edward dan Vanessa.

Clara bekerja lembur hingga waktu mendekati pukul sembilan malam. Saat pekerjaannya hampir selesai, ponselnya berdering. Layar ponselnya muncul nama Raisa Geraldine, sahabatnya.

Clara mengangkat telepon dan diberitahu kalau Raisa sedang mabuk. Clara lantas diminta untuk menjemputnya di restoran dan membawanya pulang.

Clara buru-buru menyelesaikan dokumen terakhir lalu mengambil kunci mobil dan bergegas meninggalkan perusahaan.

Dua puluh menit kemudian, Clara tiba di restoran.

Begitu turun dari mobil dan hendak berjalan menuju pintu, terlihat seorang gadis kecil berjalan keluar dari tempat parkir di seberang.

Clara terdiam sejenak saat melihat wajah gadis kecil itu.

‘Elsa?’

‘Bukankah seharusnya Elsa sedang sekolah di Latvin? Kenapa malah… apa mungkin dia ikut pulang bersama Edward?’

Status dan jabatan Clara di perusahaan memang terbilang rendah. Dia tidak memiliki akses untuk mengecek dokumen penting dan rahasia perusahaan. Meski begitu, dia tahu Edward masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan pengembangan pasar bisnisnya di Latvin.

Dia mengira kepulangan Edward hanya untuk sementara karena harus menangani beberapa urusan.

Dia tidak menyangka putri semata wayangnya juga ikut kembali ke Marola.

Clara tidak tahu pasti kapan mereka tiba. Namun, karena pagi tadi dirinya melihat Edward, besar kemungkinan kalau mereka sudah kembali sehari lalu.

Meski begitu, sampai detik ini Elsa masih belum menghubunginya sekadar untuk memberitahu kepulangan mereka.

Setelah memikirkannya, Clara mencengkeram erat tasnya. Dia memerhatikan gadis kecil yang melompat kegirangan di depannya. Dia diam-diam mengikutinya.

Setibanya di lobi restoran, terlihat Vanessa dan beberapa teman mereka muncul di ujung koridor.

Clara pun segera menghindar ke sisi lain. Kemudian, dia mendengar putrinya memanggil Vanessa dengan gembira. “Tante Vanessa!” panggil gadis kecil itu sambil berlari ke arah Vanessa dan memeluknya.

Clara duduk di sofa membelakangi merekam memanfaatkan tanaman hias dan sandaran kursi untuk menutupi tubuhnya.

“Loh, Elsa juga ikut pulang?” tanya Vanessa.

“Tante ‘kan pulang ke Marola, aku sama ayah nggak rela ditinggal gitu aja. Ayah langsung menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan membawaku pulang. Lagian, kami juga sengaja pulang sehari sebelum ulang tahun Tante, supaya nggak melewatkan ulang tahun Tante!” celoteh Elsa.

“Ini hadiah dariku dan juga ayah. Kalung ini kubuat sendiri bersama ayah. Selamat ulang tahun Tante Vanessa,” imbuh Elsa.

“Wah, ini buatan kalian sendiri? Pasti butuh waktu dan usaha membuatnya. Elsa memang hebat, Tante suka banget sama hadiahnya. Makasih Elsa!” jawab Vanessa.

“Syukurlah kalau Tante suka,” timpal Elsa.

Elsa kemudian memeluk Vanessa sembari bersikap manja, berkata, “Seminggu nggak ketemu Tante rasanya kangen banget. Untung aja masih bisa telepon Tante, kalau nggak, mana mungkin aku bisa bertahan di Latvin.”

“Aku juga kangen sama Elsa.”

Pada saat ini, terdengar suara langkah kaki datang mendekat.

Clara terdiam mematung.

Yaps, suara langkah kaki itu berasal dari Edward.

Meski tidak melihat sosok pria itu, Clara hafal betul dengan irama suara langkah kakinya.

Alasan kenapa Clara begitu yakin, karena selama tujuh tahun pernikahan, dia selalu menunggu kedatangan Edward tiap hari.

Irama langkah kaki Edward sama persis dengan wataknya, konstan, mantap dan tenang. Bahkan ketika berhadapan dengan anggota Keluarga Anggasta yang dekat dengannya, dia tetap tenang dan tampak acuh, seolah-olah dia akan tetap seperti itu meski langit runtuh sekalipun.

Awalnya Clara mengira tidak ada seorang pun atau tidak ada apa pun di dunia ini yang akan mengubah pikiran pria itu.

Namun dia salah.

Semenjak kemunculan Vanessa, semua berubah …

Belum sempat memikirkannya lebih jauh, lamunan Clara pun harus pecah saat mendengar suara Elsa.

“Ayah!” teriak Elsa.

Teman-teman yang ada di sana juga ikut menyapanya.

Edward hanya mengangguk, lalu berkata pada Vanessa, “Selamat ulang tahun.”

“Ya,” jawab Vanessa sambil tersenyum.

“Ayah, bukannya Ayah udah menyiapkan hadiah lain buat Tante Vanessa? Cepat kasih sekarang!” timpal Elsa.

Suasana tiba-tiba menjadi hening. Selanjutnya, salah satu teman Edward terkekeh seraya menundukkan kepala. Dia mencubit gemas pipi Elsa, berkata, “Itu hadiah yang ayahmu siapkan khusus untuk Tante Vanessa. Mungkin, ayahmu ingin memberikannya secara langsung pada tante. Kita nggak usah ikut campur ya, haha.”

Yang lain pun ikut tertawa.

Namun, Edward segera berkata, “Sudah Ayah kirim.”

“Hah? Kapan?” tanya Elsa lalu lanjut berkata, “Ayah diam-diam ketemu sama Tante Vanessa tanpa aku, huh!”

Teman-teman Edward lantas tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya.

Tanpa sadar, Clara teringat akan kejadian di perusahaan pagi tadi saat Vanessa berkunjung ke Anggasta Group.

Bisa jadi saat itu Edward memberikan hadiahnya.

Vanessa tampak tersenyum canggung, lalu berkata, “Kita jangan lama-lama di sini, ayo naik ke atas.”

Suara langkah kaki mereka pun mulai menghilang.

Pikiran Clara seolah menjadi kosong.

Hatinya sakit hingga terasa di sekujur tubuh. Butuh waktu yang lama baginya untuk tersadar. Dia masuk ke dalam lift dalam diam, berniat untuk ke atas dan membawa sahabatnya turun.

Ruangan tempat Raisa makan sebenarnya masih satu lantai dengan ruangan yang Edward pesan.

Saat memapah Raisa masuk ke dalam lift, langkah kaki teman Edward, Gading Perkasa, pun terhenti.

Bab terkait

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 8

    “Ada apa?” tanya teman di sampingnya.“Sepertinya aku kenal sama dia,” jawab Gading sedikit ragu.Mereka sejak kecil selalu bersama. Dia tahu tentang Clara yang suka pada Edward.Kalau boleh jujur, Clara sangat cantik, tapi juga sangat pendiam. Cantiknya Clara hanya kecantikan biasa, tidak ada yang spesifik. Wanita seperti itu bukanlah kriteria yang Edward sukai.Edward selalu menjaga jarak dengan Clara. Begitu juga mereka, para sahabat Edward. Mereka juga tidak terlalu memerhatikan Clara.Mereka tidak sering bertemu dengan Clara. Bertemu pun, mereka malas untuk sekadar menyapanya.Sebenarnya, mereka bahkan tidak begitu ingat perawakan Clara. Gading masih ragu dengan apa yang dilihatnya barusan.Namun, meski wanita barusan benar-benar Clara, dia juga tak memedulikannya.Tanpa berkata-kata lagi, dia kembali masuk ke dalam ruangan.….Clara tidak memerhatikan Gading.Begitu keluar restoran, dia langsung membawa Raisa pulang. Malam itu, dia pun harus menginap di rumah Raisa untuk menjagan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 9

    Wajah Rio tampak emosional, sikapnya pun menjadi dingin. Dia merasa Clara ingin mendapatkan perlakuan khusus karena statusnya.“Bu Clara, mohon jaga sikapmu dan tetap bekerja secara profesional. Kamu pikir ini rumahmu?” ucap Rio dengan nada tinggi.Sikap Clara tidak berubah, dia pun mengambil tasnya sambil berkata, “Kalau kamu nggak suka, pecat saja aku sekarang.”“Kamu!”Sebelum ini, Rio sempat mendampingi Edward ke Latvin. Sebagai sekretaris pribadi, dia tahu soal pengajuan pengunduran diri Clara. Meski termasuk orang kepercayaan Edward, dia tidak berhak begitu saja memutuskan memecat Clara.Terlebih lagi nenek Keluarga Anggasta sangat menyukai Clara. Masalah akan semakin panjang jika Clara mengadu pada nenek Keluarga Anggasta. Meski yakin Edward akan melindunginya, dia tetap akan dirugikan.Clara tak memedulikan Rio dan berjalan melewatinya begitu saja.Rio yang merasa diabaikan semakin emosional. Dia meninggalkan divisi sekretariat dengan kesal.“Ada masalah apa?” tanya Farel saat

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 10

    Namun, Edward tak begitu memikirkannya dan hanya mengira Clara sedang berkunjung ke kediaman Hermosa saja.Saat memasuki kamar mandi, tiba-tiba dia teringat kebiasaan Clara yang sering membawa Elsa ketika berkunjung ke sana.Tapi hari ini dia malah tidak membawa Elsa.Apa mungkin Clara bukan ke Kediaman Hermosa?Ah, masa bodoh, mungkin terjadi sesuatu di sana.Dia semakin yakin dengan hal itu ketika teringat ucapan Rio di kantor sore tadi.Kakinya memang sempat terhenti, tapi dia tidak peduli.Keesokan paginya, sambil menyantap sarapannya, Edward berkata pada Elsa, “Semua berkas kepindahanmu sudah selesai, besok pagi langsung ke sekolah untuk daftar ulang.”“Ya, Ayah.” Elsa mengernyitkan hidungnya kemudian lanjut berkata, “Apa Ayah besok bisa mengantarku ke sekolah?”“Ayah belum tentu punya waktu.” jawab Edward.“Ya sudah.” Elsa tampak memutar matanya seolah sedang memikirkan sesuatu. Tak lama, matanya pun berbinar dan berkata dengan kegirangan, “Aku telepon Tante Vanessa saja. Minta d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 11

    Clara seakan ingin tertawa saat mendengarnya.Faktanya, Vanessa dan Edward mengenal satu sama lain setelah dirinya dan Edward menikah.Vanessa tentu tahu hubungan Edward dan dirinya. Clara tidak percaya Ervan tidak tahu kalau Edward adalah suami dari putrinya yang lain.Yah, Ervan pasti tahu!Namun, tanpa perasaan malu sedikitpun, pria itu justru berusaha menjodohkan Vanessa dan Edward.Terlihat jelas sekali bukan, betapa acuhnya perasaan Ervan terhadap putri kandungnya sendiri.Edward mengangguk tanda setuju.Setelah berbasa-basi sebentar, Ervan dan Edward berpisah. Edward tampak menunggu Ervan menaiki mobil. Setelah mobil itu pergi, barulah kemudian dirinya naik ke mobil dan pergi.Kalau melihat status dan kedudukan Edward saat ini, hanya sedikit orang saja di Keluarga Anggasta yang bisa membuatnya sampai bertindak sejauh ini.Lagi-lagi jelas sekali terlihat, Edward sangat menghormati Ervan.Bukan apa-apa, alasannya hanya satu, Ervan adalah ayah dari Vanessa.Saat memikirkannya, Clar

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 12

    Nenek tampak tak berdaya. Dia merasa Clara tak cukup kuat dan terlalu tunduk pada Edward. Banyak kesempatan yang Clara lewatkan dengan sia-sia. Akibatnya, selama bertahun-tahun hubungan mereka tak ada kemajuan.Namun, Clara sudah membuat keputusan. Nenek pun enggan memaksanya.Acara makan malam resmi dimulai. Semua orang mengobrol dan makan bersama. Suasanya cukup menyenangkan.Clara tak banyak bicara. Dia hanya menundukkan kepalanya makan dengan tenang.Sudah lebih dari sepuluh menit semenjak kedatangan Edward di kediaman Anggasta, tapi mereka berdua belum berbicara sepatah kata pun.Bahkan bisa dibilang, tidak ada komunikasi sama sekali saat acara berlangsung.Yah, beginilah cara mereka bersikap sebagai pasangan suami-istri.Sebenarnya, semua yang hadir sudah terbiasa dengan hal itu. Tidak ada yang aneh, semua tampak normal.Dulu, saat Elsa ingin memakan sesuatu, semua Clara yang mengurusnya. Sekarang, Elsa sudah terbiasa meminta bantuan pada Edward, agar Edward menyendokkan makanan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 13

    Yaps, suara Maya.Clara menatap ke arah sumber suara.Selain Maya, Edward juga ada di sana.Langkah kaki Clara pun terhenti.Edward tampak sibuk merokok tanpa menjawabnya.Pria itu berdiri membelakangi cahaya lampu, membuat Clara tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Jarak tempat Clara dan Edward berdiri juga cukup jauh.Maya lanjut berkata, “Sebenarnya, aku bisa mengerti. Aku sempat bertemu Vanessa beberapa kali. Kudengar, dia baru berusia 25 tahun, tapi sudah meraih gelar doktor dari universitas ternama di dunia. Aku yakin dia bisa mengelola bisnis keluarga dengan baik. Dia juga cantik, tapi agak liar dan sulit diatur. Tapi, justru itu yang membuatmu tertarik. Sayangnya, dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang, Edward? Kamu... ”Edward langsung memotongnya dengan berkata, “Hanya aku yang tahu wanita seperti apa yang kuinginkan.”“Tapi... ” ucap Maya mengerutkan kening, ingin melanjutkan kata-katanya. Dia memang meremehkan Clara dan Va

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 14

    Suasana hati Elsa mendadak membaik saat teringat balap mobil malam nanti. Bagaimana tidak, dia akhirnya bisa melihat Tante Vanessa memakai racing suit.Selesai memakai seragam, Elsa mengambil ponselnya.Namun, hanya dalam waktu sepersekian detik, dia mendadak mengerutkan keningnya.Vanessa masih belum membalas pesannya.Biasanya, pesan yang dia kirim selalu dibalas Vanessa dengan cepat.Tapi hari ini, dia bahkan sudah selesai mandi dan mengganti pakaian, Vanessa tetap tak kunjung membalasnya.Apa mungkin Vanessa marah?Begitu memikirkannya, dia buru-buru mengirim pesan pada Vanessa.[Tante Vanessa kenapa? Marah ya?][Tante, Tante juga tahu aku sebenarnya nggak suka diantar mama ke sekolah. Aku lebih suka Tante yang mengantar. Tante Vanessa jangan marah dong.]Selang beberapa saat, tetap tak ada balasan dari Vanessa.Di sisi lain, selesai mengemasi barang, Clara menghampiri Elsa di kamarnya. “Elsa? Sudah selesai belum? Sudah waktunya turun buat sarapan,” panggil Clara.Elsa yang belum m

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 15

    Bella tampak manis dan imut, gadis kecil yang menggemaskan. Penampilannya memancarkan kepolosan khas anak seusianya. Siapa pun yang melihatnya pasti merasa ingin merengkuh tubuh kecilnya ke dalam pelukan dan menciumi pipinya yang lembut.Dilihat dari sisi mana pun, tentu jauh dari kata menjijikkan.Tak heran jika sejak kecil, Bella selalu tumbuh dengan pujian.Namun, ini pertama kalinya seseorang mengejeknya. Hal itu begitu menusuk hatinya hingga membuatnya menangis terisak. Dia semakin erat memeluk Clara.Clara segera memeluknya sembari menghiburnya dengan berkata, “Nggak Bella, kamu nggak menjijikkan sama sekali. Kamu malah terlihat cantik dan imut, kok. Bella sendiri juga berpikir begitu, ‘kan?”Mendengar itu, suasana hati Bella mulai membaik. Tangisannya pun mulai mereda. Namun sebelum dia sempat berbicara, Elsa tiba-tiba menyela. “Mama. Aku… Aku nggak sayang Mama lagi, aku nggak mau Mama jadi ibuku!” seru Elsa dengan mata yang memerah saat melihat Clara masih memeluk dan memuji B

Bab terbaru

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 50

    Pada akhirnya, tunangan cewek itu datang dan menghentikannya, mereka pun mulai bertengkar.Sesaat setelah itu, keluarga cewek itu pun datang.Tampaknya Raisa benar mengenai keluarga cewek itu kaya, mereka tampak sombong di depan Keluarga Gori, Ervan pun terlihat merendah, seakan ingin berdamai dengan mereka, tetapi pihak cewek menolak untuk mendengarnya, dan langsung menampar Ervan.Raut wajah Keluarga Gori seketika tampak menggelap.Tampaknya, mereka dihina keluarga cewek itu.Tepat saat ini, Edward muncul.Dia langsung membuka mantelnya, dan menggunakannya untuk menutupi badan Vanessa, lalu menoleh ke arah orang tua cewek dan berbicara, kemudian menggendong Vanessa dan pergi tanpa menoleh ke belakang.Sejak kemunculan Edward, wajah keluarga cewek itu langsung berubah.Melihat Edward yang beranjak pergi, mereka mengejarnya seakan mau menjelaskan, tetapi dihalangi oleh pengawal yang disiapkan untuk pesta itu.Di akhir video, keluarga cewek itu yang awalnya sombong pun berubah menjadi s

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 49

    Edward yang tidak kunjung datang, membuat nenek Keluarga Anggasta marah, Elsa juga tidak senang.Akan tetap Clara terlihat tidak masalah sama sekali, dengan tenang dia menyeduh teh untuk nenek Keluarga Anggasta, lalu berkata: “Mungkin ada urusan mendadak di kantor, jadi nggak bisa datang.”Suasana hati nenek Keluarga Anggasta sedang tidak bagus, jadi malam itu dia tidur lebih cepat.Sementara Elsa berusaha menelepon Edward beberapa kali, tetapi tidak diangkatnya.Keesokan paginya.Saat Clara bangun tidur, tidak ada orang di sisinya.Entah ke mana perginya Elsa.Setelah Clara mandi, lalu keluar dari kamarnya dan mencari kemana-mana, dia tetap tidak menemukan mereka.Setelah bertanya dia baru tahu karena Edward tidak datang, Elsa merasa bosan, jadi pagi-pagi dia sudah turun gunung bersama pelayan, bermain di tempat lain.Sementara nenek Keluarga Anggasta kemarin malam terkena angin malam, dan jatuh sakit, jadi saat tengah malam kepalanya sakit parah, oleh karena itu, dia langsung pulang

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 48

    “Jangan gitu, Mama pulang temani Elsa dong? Vila Air Panas itu jauh banget, aku pasti bosan sendirian duduk di mobil.”Clara terdiam sejenak.‘Sudahlah.’“…oke.”Akhir-akhir ini Morti Group sedang mengembangkan aplikasi baru, setelah makan, Dylan meneleponnya untuk mendiskusikan beberapa masalah teknis.Edward dan Elsa tampak berbicara di ruang tamu, Clara berjalan ke luar untuk mengangkat telepon.Setengah jam kemudian, Clara baru selesai menelepon.Elsa menatapnya, dan berkata: “Akhir-akhir ini ada banyak yang telepon cari Mama, setiap malam pun Mama sibuk telepon, dulu Mama nggak gini… “Edward yang mendengar ini, langsung menatapnya juga.Sebelumnya, Clara sangat jarang menelepon orang lain.Apalagi menelepon begitu lama.‘Apa jangan-jangan Bu Clara selingkuh?’‘Ini…’‘Harusnya tidak mungkin, ‘kan?’Dengan perasaan Bu Clara yang dalam terhadap Edward, seharusnya tidak mungkin berselingkuh.“Ada sedikit urusan.” Clara tidak menjelaskan: “Aku mau ke lantai atas urus kerjaan dulu.”El

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 47

    Staf perusahaan Edward sangat banyak, jadi selalu sibuk.Pada dua hari ke depannya, Edward pun tidak pulang ke rumah karena ada urusan, sehingga Elsa yang berada di rumah sangat bosan, dia lalu tidak tahan dan menelepon Clara lagi.Setelah sibuk selama dua hari, masalah sebelumnya, bagi Clara sudah berlalu.Melihat telepon Elsa, dia langsung mengangkatnya.Elsa: “Mama kapan mau pulang ke rumah… “Mengetahui Edward tidak ada di rumah, setelah pulang dari kantor, Clara pun pulang mengunjungi Elsa sebentar.Begitu Clara pulang ke rumah, Elsa sangat senang, dia langsung menceritakan berbagai hal menarik yang terjadi di sekolah, dia pun menceritakan gim yang akhir-akhir ini disukainya, dan bahkan ingin mengajari Clara cara memainkannya.Setelah dia menyelesaikan PR-nya, apapun yang ingin dimainkan Elsa, asalkan tidak membahayakan, Clara selalu menurutinya, bermain bersamanya.Clara hanya perlu melihat Elsa memainkannya sebanyak dua kali, dan langsung bisa memainkan gim itu selama satu jam l

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 46

    Menurut Lily, Clara pasti iri pada Vanessa yang telah merebut Edward, makanya dia menghalangi Vanessa masuk ke Morti Group.Clara tidak berpendidikan dan bodoh, tetapi dia tetap tahu bagaimana menggunakan trik licik seperti ini, memikirkan ini, dia merasa Clara sangat lucu.Sepertinya bukan hanya dia, Edward pun pasti juga merasa seperti ini ‘kan?Sayangnya Clara sama sekali tidak menyadari hal ini, mungkin saja dia sekarang masih berbahagia karena sudah berhasil menghalangi rencana Vanessa.Saat memikirkan kemampuan Vanessa, dan teringat pada Clara, Lily menyadari bahwa mereka berdua sama sekali tidak pantas dibandingkan.Ervan menghela napas berat: “Aku tahu.”Dia juga berpikiran sama dengan Lily.“Tapi dia nggak mau dengar.”“Dia benar-benar… “Memiliki sifat yang sama dengan ibunya itu.Kata-kata ini tidak keluar dari mulut Lily, lagipula, setiap teringat orang itu, dia merasa tidak senang.“Mengenai Cuap… ““Mengenai ini tanya saja pada Vanessa setelah dia pulang.”Ervan juga sang

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 45

    Setelah berjalan jauh, Raisa menatap Clara dengan khawatir: “Clara… “Clara menggelengkan kepala, lalu berkata: “Aku nggak apa-apa.”Sejak Ervan dan ibunya bercerai, dalam hatinya, dia sudah bukan lagi ayahnya.Dia hanya merasa sedih karena beban pamannya jadi bertambah, hanya karena berhubungan dengannya.Dia juga bersedih karena cinta buta Edward.Begitu teringat bagaimana Edward hanya memperhatikan Vanessa, demi Vanessa dia melawan Dylan dan pamannya, tanpa memikirkan perasaannya sama sekali, hatinya terasa seperti ditusuk pisau.Sakitnya terasa hingga darah mengalir deras.“Clara… “Raisa memeluknya dengan kasihan.Clara memaksakan diri tersenyum, tidak berbicara sama sekali.Tidak apa-apa.Dia sudah memutuskan untuk menyerah.Hanya butuh sedikit waktu.Dia pasti bisa.“Ayo kita minum-minum?”Raisa merasa Clara butuh waktu untuk menenangkan diri.Clara menggelengkan kepala: “Nggak perlu.”Dibandingkan meminum bir, dia lebih ingin pulang dan meneliti datanya.Dengan begitu, dia bisa

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 44

    Fani pun langsung tersenyum: “Bukankah ini Clara? Lama tidak jumpa, kamu makin cantik saja.”“Ibu… “Mendengar Fani memuji Clara, Diana agak tidak senang.Dia memang tahu bahwa Clara sangat cantik.Tidak disangka setelah beberapa tahun tidak bertemu, Clara malah semakin cantik.Melihat kulit Clara yang seputih salju dan halus, dengan aura yang elegan, dia sangat iri.Akan tetapi, dia teringat, ‘memangnya kenapa kalau Clara cantik? Calon kakak iparnya tetap tidak menyukainya, hanya menyukai kakaknya Vanessa ‘kan?’Memikirkan ini, hatinya menjadi agak tenang.Ervan menatap Fani: “Kakak ipar, kenapa kamu bisa datang kemari?”“Karena Paman sudah lama tidak pulang, jadi kami datang kemari.” Diana menyela, setelah selesai bicara, dia melihat kotak brokat yang dibuka pemilik toko, lalu menatap Clara, dan dengan sengaja berkata dengan suara keras: “Paman, ini hadiah peringatan pernikahan yang Paman pesan khusus untuk Tante? Cantik banget!”Ervan tersenyum: “Iya.”“Setiap tahun peringatan pern

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 43

    Elsa tampaknya sibuk bermain dengan Vanessa, jadi pada hari Sabtu dan Minggu, dia tidak menghubungi Clara sama sekali.Pada hari Senin, Clara pun pergi ke Morti Group untuk bekerja seperti biasa.Saat akan segera pulang kerja, Raisa meneleponnya, mengajaknya untuk makan bersama.Setelah makan, Clara pun pergi ke kamar mandi.Akan tetapi, dia bertemu dengan Dani.Clara sama sekali tidak menghentikan langkahnya, dia berjalan melewati Dani seakan tidak melihatnya.Di sisi lain, Dani malah berhenti, dan menoleh melihatnya.Clara tentu tahu hal ini, tetapi dia tidak memedulikannya.Saat Clara keluar dari kamar mandi, dia melihat Dani masih berdiri di tempat mereka berpapasan tadi, tidak pergi sama sekali.Melihatnya keluar, Dani pun menoleh: “Kamu datang ke sini untuk makan?”Dani terlihat seperti sedang menunggunya.“Iya.” Selesai bicara, dia lanjut dengan dingin: “Pak Dani mau tuduh aku ikuti kalian lagi?”Dani tertegun sejenak, lalu berkata: “Bukan gitu.”Clara tidak tahu apa maksudnya.

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 42

    Begitu memikirkan ini, dia langsung berkata: “Oke, Mama segera pulang.”Malam itu, Clara membuatkan Iga Asam Manis untuk Elsa, beserta sup.Dalam dua hari ke depannya, dia pun selalu berada di sisi Elsa.Hingga pada hari Jumat, nenek Keluarga Hermosa meneleponnya, memintanya untuk pulang dan makan bersamanya.Clara lalu pulang ke rumah Keluarga Hermosa bersama Elsa.Di rumah itu, hanya ada nenek Keluarga Hermosa, sementara yang lainnya ada yang sedang dinas, dan ada yang sedang sekolah.Nenek Keluarga Hermosa awalnya belum tahu bahwa Elsa sudah pulang dari luar negeri, jadi begitu melihat Clara membawa Elsa pulang, dia sangat senang.Elsa juga dekat dengan nenek Keluarga Hermosa, dia sangat pintar dalam membuat nenek Keluarga Hermosa senang.Pada malam hari, Clara dan Elsa pun tinggal di rumah Keluarga Hermosa.Keesokan paginya, Clara bangun dan mengulen adonan yang akan dia jadikan sebagai kulit risol.Saat nenek Keluarga Hermosa melihatnya tampak terampil, dia teringat saat Clara mas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status