Share

Bab 5

Author: Elenor
Dalam kurun waktu terakhir ini Dylan dan Clara memang jarang sekali bertemu.

Tapi meski begitu, Dylan bisa melihat perubahan besar dalam diri Clara, semangat tinggi dan kuat yang dulu dia miliki sudah hilang begitu saja.

Saat teringat akan sosok Clara saat itu, Dylan tidak pernah menyangka sikap rendah diri akan menempel pada wanita itu.

Dylan tidak tahu banyak tentang kehidupan pernikahan Clara dan Edward.

Hanya sekelumit saja yang dia ketahui.

Sebenarnya ada beberapa dugaan dalam hatinya, tapi dia memilih untuk tidak mengatakannya, hanya berkata padanya dengan serius: “Nggak masalah kalau kamu pernah terpuruk dalam hidupmu, tapi kamu harus tahu, kemampuan dan bakatmu berbeda dari jenius biasa. Clar, asalkan kamu punya tekad, belum terlambat untukmu memulainya sekali lagi.”

“Lalu, jangan lupa, kamu itu murid terbaik yang pernah dosenmu ajarkan.”

Mendengar ini, Clara tersenyum: “Kalau dosen kita dengar ucapanmu, mungkin dia akan mencibir, bilang kalau itu semua karena muridnya yang lain tidak begitu bagus.”

Teringat akan dosen elegan dan berlidah tajam yang sempat mengajarnya dulu, senyum Clara mendadak memudar: “Kudengar di berita dosen kita juga pulang untuk hadir di acara ini, apa dia baik-baik saja?”

“Lumayan baik kok, tapi karena murid seperti kami yang mempermalukannya sering muncul di depannya, dia jadi sangat kesal.”

Clara lantas terkekeh mendengar ucapan Dylan, tak kuasa menahan rasa rindunya di masa ketika dipaksa menulis makalah oleh dosennya itu.

Dylan: “Kembalilah, Clara.”

Clara tampak menggenggam erat cangkir teh, lalu menarik napas dalam-dalam sembari mengangguk berkata: “Oke.”

Perlu diketahui bahwa Clara sudah mempelajari kecerdasan buatan atau “AI” sejak usia dini.

Dia benar-benar mencintai bidang ini.

Namun cintanya pada Edward yang begitu dalam membuat Clara terpaksa meninggalkan cita-citanya selama kurang lebih tujuh tahunan.

Mungkin, dia butuh waktu lama untuk mengejar ketertinggalannya itu.

Tapi dia percaya asalkan bekerja keras, segalanya mungkin bisa terjadi.

Dylan bertanya lagi: “Kira-kira kapan kamu kembali?”

“Perusahaan masih mencari orang yang akan menggantikanku, jadi masih harus menunggu beberapa waktu.”

“Nggak masalah, nggak harus sekarang.”

Clara sudah bersedia kembali, bukan masalah untuk menunggunya beberapa waktu ‘kan?

Mereka berdua lantas lanjut mengobrol, tiba-tiba Dylan melihat jam di tangannya, lalu berkata: “Aku ada janji temu sama karyawanku, dia mau ngenalin aku sama orang yang ahli dalam algoritma, katanya sih orang itu baru saja balik ke negara ini, kebetulan kita bertemu di sini, gimana kalau sekalian kamu ikut?”

Clara menggelengkan kepalanya: “Aku masih belum kenal sama karyawanmu, mungkin lain kali saja.”

“Oke deh.”

Tak lama Dylan pergi, Clara melihat Maya Anggasta kakak perempuan Edward berjalan menghampirinya.

Clara juga melihatnya di berita.

Dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu di sini.

Clara pun menyapanya, “Kak Maya.”

Maya tidak langsung menjawabnya, dia menatap Clara sambil mengerutkan kening: “Kenapa kamu di sini?”

“Hari ini perayaan ke-100 Universitas Nano, jadi aku datang buat lihat-lihat saja.”

Kalau saja Clara tidak mengatakannya, Maya pasti lupa kalau Clara juga alumni Universitas Nano.

Selain dosen dan mahasiswa aktif, semua yang hadir dalam acara tersebut adalah alumni kehormatan yang sengaja diundang oleh pihak kampus.

Tapi kenapa orang seperti Clara yang bukan siapa-siapa bisa juga hadir?

Lupakan saja.

Asalkan wanita itu tidak sembarangan bicara, mempermalukan Keluarga Anggasta, Maya malas mengobrol dengannya.

Memikirkan hal itu, Maya pun mengutarakan tujuannya, berkata, “Arya bilang dia ingin makan masakanmu, aku akan minta orang mengantarnya ke tempatmu nanti.”

Arya adalah putra Maya, usianya lebih tua satu atau dua tahun dari Elsa.

Pernikahan Maya tidak begitu harmonis, beberapa tahun terakhir dia sangat sibuk dengan pekerjaannya hingga anaknya jarang terurus, jadi dalam dua tahun ini Arya semakin memberontak, Maya pun semakin susah untuk mengaturnya.

Mengetahui Arya sangat suka makan masakan Clara, Maya lantas sering menitipkannya di tempat Clara selama dua tahun ini.

Tidak ada yang peduli padanya, selain nenek di Keluarga Anggasta.

Anak remaja cenderung meniru sikap orang dewasa.

Meski suka masakan Clara, Arya justru merendahkan Clara yang notabene adalah tantenya, dia sering menganggap tantenya sebagai pembantu yang bebas dia perintah.

Sebelumnya demi Edward, Clara selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam menjaga Arya, tidak pernah memasukkan ke dalam hati semua perlakuan tidak hormat kepadanya.

Tapi sekarang Clara sudah bersiap untuk bercerai dengan pria itu, jadi tentu dia tidak ingin melakukannya lagi.

Karena alasan itulah, Clara langsung menolak dan berkata: “Maaf Kak Maya, besok aku nggak ada waktu.”

Clara sudah bertekad untuk kembali menekuni bidangnya, semua waktu yang dimiliki tentu akan terfokus pada urusannya semata.

Setelah bercerai, dia tidak punya urusan lagi dengan Edward atau pun Maya.

Dia tidak akan membuang waktunya hanya untuk mengurusi mereka.

Maya tidak menyangka Clara akan menolaknya.

Bagaimanapun dulu, demi mendapatkan perhatian Edward, Clara selalu berusaha mengambil hati Keluarga Anggasta.

Hanya saja, Maya tidak terlalu memedulikannya.

Clara tidak pernah menolak sebelumnya, jadi saat dia mendengar bahwa Clara ada urusan, dia langsung merasa bahwa Clara memang ada urusan, kalau tidak mana mungkin dia akan melepaskan kesempatan menjilatnya?

Meski begitu, Maya tampak kesal: “Edward dan Elsa bahkan nggak ada di rumah, kamu sibuk apa?”

Begitu mendengar ini, Clara lantas tersenyum pahit.

Selama ini, dia rela membuang jati dirinya, hanya berfokus pada Edward dan putrinya.

Jadi saat mendengar perkataan Maya, dia merasa itu tidak salah.

Tapi dia yakin tidak akan seperti itu lagi.

Saat memikirkannya, Clara hendak mengatakan sesuatu, tapi, tiba-tiba muncul beberapa orang berjalan ke arah mereka.

“Bu Maya!”

Terlihat jelas kedatangan mereka untuk bertemu dengan Maya.

Mereka menatap Clara, dari atas sampai bawah lalu bertanya: “Bu Maya, siapa dia?”

Maya tidak mengakui Clara sebagai ipar, dia lantas berkata dengan nada dingin, “Cuma teman.”

“Oh, teman... ”

Mereka semua memang untuk menghadiri perayaan ke-100 Universitas Nano, tentunya mereka mempunyai status sosial yang tinggi.

Saat melihat Maya bertemu dengan seseorang, mereka mengira seseorang itu adalah orang penting.

Tapi saat melihat sikap Maya pada Clara, tidak ada seorang pun yang memerhatikan Clara lagi, kecuali ada beberapa orang yang merasa dia cantik, dan tidak tahan untuk meliriknya sebentar.

Setelah berkumpul dengan Maya, mereka langsung pergi begitu saja.

Kalau dulu, mungkin Clara akan sakit hati, setiap mendengar Maya tidak mengakuinya sebagai adik ipar.

Sekarang mah masa bodoh.

Selepas kepergian Maya, Clara juga mengambil tasnya, lalu berbalik dan pergi.

Tepat di hari itu sekitar pukul sepuluh malam lebih, pesawat yang ditumpangi Edward dan Elsa tiba di bandara tepat waktu.

Saat waktu menunjukkan hampir dini hari, barulah mereka tiba di rumah.

Sementara Elsa sudah terlarut dalam tidurnya bahkan sebelum tiba di rumah.

Edward menggendong Elsa ke atas, saat melewati kamar tidur utama, dia menyadari pintu terbuka, tapi dalam keadaan gelap tanpa cahaya.

Setelah menggendong Elsa ke kamarnya, Edward kembali ke kamar tidur utama, dia menyalakan lampu kecil di kamar, lalu melirik ke arah ranjang, tampak kosong.

Tidak ada Clara di sana.

Pada saat ini, kepala pelayan kebetulan sedang membawa koper Edward ke atas, Edward pun melonggarkan dasi di lehernya, sambil bertanya: “Ke mana dia?”

Kepala pelayan buru-buru berkata: “Bu Clara pergi dinas.”

Setengah bulan lalu, kebetulan Edward tidak berada di rumah saat Clara pergi.

Pelayan menjelaskan kalau Clara membawa koper saat pergi, seharusnya wanita itu pergi untuk urusan pekerjaan.

Tapi ada yang aneh, Clara jarang sekali pergi dinas, kalaupun pergi biasanya hanya dua atau tiga hari.

Tapi kali ini sudah setengah bulan dia belum kembali.

Edward hanya menjawab singkat, tak lanjut bertanya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 6

    Keesokan harinya.Setibanya di perusahaan, Edward berpapasan dengan Clara.Clara tidak tahu tentang kepulangan Edward dan Elsa ke Marola.Bertemu tiba-tiba dengan Edward di perusahaan, membuat langkah kaki Clara terhenti sejenak.Ada sedikit keterkejutan di mata Edward saat melihat Clara. Namun, dia hanya mengira Clara baru saja tiba dari perjalanan dinasnya. Yah, pria itu tidak berpikir macam-macam.Ekspresi wajah Edward tampak datar, menganggap Clara layaknya orang asing. Dia berjalan melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam perusahaan.Jika itu dulu, mungkin Clara akan senang saat mengetahui Edward kembali ke Marola. Meski tak bisa memeluknya, Clara akan merasa bahagia hanya dengan menatapnya, seolah dalam dunianya hanya ada Edward seorang. Sekalipun sikap pria itu dingin terhadapnya, Clara tetap akan menyapanya dengan ‘selamat pagi’.Namun kini, Clara hanya menatap wajah tampan itu sekilas lalu menundukkan pandangannya. Antusias dan kebahagiaan sebelumnya sudah tidak terpancar d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 7

    Dua rekan kerja di samping Clara terlihat mundur hingga ke dinding sambil melirik Vanessa.Vanessa juga menatap ke arah Clara.Namun kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan dingin. Dia menganggap Clara hanya sebagai angin lalu. Dia pun memasuki lift dengan masih ditemani para eksekutif.Begitu pintu lift tertutup, dua rekan kerja Clara menghela napas lega. Mereka mulai bergosip dengan penuh semangat.“Harusnya cewek barusan itu pacar Pak Edward, ‘kan? Astaga, cantik banget, yang dipakai barang bermerek semua, pasti mahal, tuh! Wajar sih anak ‘horang’ kaya. Auranya beda sama kita-kita, sikapnya juga tenang dan percaya diri.”“Ya, aku juga merasa seperti itu!”Sambil berbincang-bincang, mereka bertanya lembut pada Clara, “Clar, gimana menurutmu?”“Ya,” ucapnya singkat dan datar sembari menundukkan pandangannya.Vanessa sebenarnya adalah anak haram dari ayah Clara.Menyebut Vanessa sebagai anak haram mungkin kurang pas.Bagaimanapun, saat Clara berusia delapan tahun, ayah bersikeras

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 8

    “Ada apa?” tanya teman di sampingnya.“Sepertinya aku kenal sama dia,” jawab Gading sedikit ragu.Mereka sejak kecil selalu bersama. Dia tahu tentang Clara yang suka pada Edward.Kalau boleh jujur, Clara sangat cantik, tapi juga sangat pendiam. Cantiknya Clara hanya kecantikan biasa, tidak ada yang spesifik. Wanita seperti itu bukanlah kriteria yang Edward sukai.Edward selalu menjaga jarak dengan Clara. Begitu juga mereka, para sahabat Edward. Mereka juga tidak terlalu memerhatikan Clara.Mereka tidak sering bertemu dengan Clara. Bertemu pun, mereka malas untuk sekadar menyapanya.Sebenarnya, mereka bahkan tidak begitu ingat perawakan Clara. Gading masih ragu dengan apa yang dilihatnya barusan.Namun, meski wanita barusan benar-benar Clara, dia juga tak memedulikannya.Tanpa berkata-kata lagi, dia kembali masuk ke dalam ruangan.….Clara tidak memerhatikan Gading.Begitu keluar restoran, dia langsung membawa Raisa pulang. Malam itu, dia pun harus menginap di rumah Raisa untuk menjagan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 9

    Wajah Rio tampak emosional, sikapnya pun menjadi dingin. Dia merasa Clara ingin mendapatkan perlakuan khusus karena statusnya.“Bu Clara, mohon jaga sikapmu dan tetap bekerja secara profesional. Kamu pikir ini rumahmu?” ucap Rio dengan nada tinggi.Sikap Clara tidak berubah, dia pun mengambil tasnya sambil berkata, “Kalau kamu nggak suka, pecat saja aku sekarang.”“Kamu!”Sebelum ini, Rio sempat mendampingi Edward ke Latvin. Sebagai sekretaris pribadi, dia tahu soal pengajuan pengunduran diri Clara. Meski termasuk orang kepercayaan Edward, dia tidak berhak begitu saja memutuskan memecat Clara.Terlebih lagi nenek Keluarga Anggasta sangat menyukai Clara. Masalah akan semakin panjang jika Clara mengadu pada nenek Keluarga Anggasta. Meski yakin Edward akan melindunginya, dia tetap akan dirugikan.Clara tak memedulikan Rio dan berjalan melewatinya begitu saja.Rio yang merasa diabaikan semakin emosional. Dia meninggalkan divisi sekretariat dengan kesal.“Ada masalah apa?” tanya Farel saat

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 10

    Namun, Edward tak begitu memikirkannya dan hanya mengira Clara sedang berkunjung ke kediaman Hermosa saja.Saat memasuki kamar mandi, tiba-tiba dia teringat kebiasaan Clara yang sering membawa Elsa ketika berkunjung ke sana.Tapi hari ini dia malah tidak membawa Elsa.Apa mungkin Clara bukan ke Kediaman Hermosa?Ah, masa bodoh, mungkin terjadi sesuatu di sana.Dia semakin yakin dengan hal itu ketika teringat ucapan Rio di kantor sore tadi.Kakinya memang sempat terhenti, tapi dia tidak peduli.Keesokan paginya, sambil menyantap sarapannya, Edward berkata pada Elsa, “Semua berkas kepindahanmu sudah selesai, besok pagi langsung ke sekolah untuk daftar ulang.”“Ya, Ayah.” Elsa mengernyitkan hidungnya kemudian lanjut berkata, “Apa Ayah besok bisa mengantarku ke sekolah?”“Ayah belum tentu punya waktu.” jawab Edward.“Ya sudah.” Elsa tampak memutar matanya seolah sedang memikirkan sesuatu. Tak lama, matanya pun berbinar dan berkata dengan kegirangan, “Aku telepon Tante Vanessa saja. Minta d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 11

    Clara seakan ingin tertawa saat mendengarnya.Faktanya, Vanessa dan Edward mengenal satu sama lain setelah dirinya dan Edward menikah.Vanessa tentu tahu hubungan Edward dan dirinya. Clara tidak percaya Ervan tidak tahu kalau Edward adalah suami dari putrinya yang lain.Yah, Ervan pasti tahu!Namun, tanpa perasaan malu sedikitpun, pria itu justru berusaha menjodohkan Vanessa dan Edward.Terlihat jelas sekali bukan, betapa acuhnya perasaan Ervan terhadap putri kandungnya sendiri.Edward mengangguk tanda setuju.Setelah berbasa-basi sebentar, Ervan dan Edward berpisah. Edward tampak menunggu Ervan menaiki mobil. Setelah mobil itu pergi, barulah kemudian dirinya naik ke mobil dan pergi.Kalau melihat status dan kedudukan Edward saat ini, hanya sedikit orang saja di Keluarga Anggasta yang bisa membuatnya sampai bertindak sejauh ini.Lagi-lagi jelas sekali terlihat, Edward sangat menghormati Ervan.Bukan apa-apa, alasannya hanya satu, Ervan adalah ayah dari Vanessa.Saat memikirkannya, Clar

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 12

    Nenek tampak tak berdaya. Dia merasa Clara tak cukup kuat dan terlalu tunduk pada Edward. Banyak kesempatan yang Clara lewatkan dengan sia-sia. Akibatnya, selama bertahun-tahun hubungan mereka tak ada kemajuan.Namun, Clara sudah membuat keputusan. Nenek pun enggan memaksanya.Acara makan malam resmi dimulai. Semua orang mengobrol dan makan bersama. Suasanya cukup menyenangkan.Clara tak banyak bicara. Dia hanya menundukkan kepalanya makan dengan tenang.Sudah lebih dari sepuluh menit semenjak kedatangan Edward di kediaman Anggasta, tapi mereka berdua belum berbicara sepatah kata pun.Bahkan bisa dibilang, tidak ada komunikasi sama sekali saat acara berlangsung.Yah, beginilah cara mereka bersikap sebagai pasangan suami-istri.Sebenarnya, semua yang hadir sudah terbiasa dengan hal itu. Tidak ada yang aneh, semua tampak normal.Dulu, saat Elsa ingin memakan sesuatu, semua Clara yang mengurusnya. Sekarang, Elsa sudah terbiasa meminta bantuan pada Edward, agar Edward menyendokkan makanan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 13

    Yaps, suara Maya.Clara menatap ke arah sumber suara.Selain Maya, Edward juga ada di sana.Langkah kaki Clara pun terhenti.Edward tampak sibuk merokok tanpa menjawabnya.Pria itu berdiri membelakangi cahaya lampu, membuat Clara tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Jarak tempat Clara dan Edward berdiri juga cukup jauh.Maya lanjut berkata, “Sebenarnya, aku bisa mengerti. Aku sempat bertemu Vanessa beberapa kali. Kudengar, dia baru berusia 25 tahun, tapi sudah meraih gelar doktor dari universitas ternama di dunia. Aku yakin dia bisa mengelola bisnis keluarga dengan baik. Dia juga cantik, tapi agak liar dan sulit diatur. Tapi, justru itu yang membuatmu tertarik. Sayangnya, dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang, Edward? Kamu... ”Edward langsung memotongnya dengan berkata, “Hanya aku yang tahu wanita seperti apa yang kuinginkan.”“Tapi... ” ucap Maya mengerutkan kening, ingin melanjutkan kata-katanya. Dia memang meremehkan Clara dan Va

Latest chapter

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 194

    Clara berkata, "Sampai jumpa."Setelah itu, dia pergi tanpa ragu.Setelah sampai di Kediaman Keluarga Hermosa, Clara naik ke kamarnya, dan Rana bergosip dengan Nenek Hermosa tentang apa yang terjadi hari ini.Nenek Hermosa sangat terkejut saat mengetahui orang yang membuat janji dengan Clara sebenarnya adalah Dani.Lagi pula, Dani dan Edward adalah teman sejak kecil, dan Clara tidak pernah akrab dengannya sebelumnya, jadi kenapa mereka tiba-tiba...Bagas berkata, "Pantesan aku heran kenapa Keluarga Nainggolan tiba-tiba berinisiatif ajak kerja sama beberapa waktu lalu, dan dia juga sangat baik padaku akhir-akhir ini. Ternyata..."Arini berkata, "Berarti itu beneran?"Nenek Hermosa yang lebih mengerti Clara, berkata, "Clara belum resmi cerai. Aku rasa dia nggak punya niat seperti itu. Biarkan saja semua berjalan secara alami dan jangan terlalu ikut campur.""Iya."Keesokan harinya, Clara terbangun di rumah Keluarga Hermosa dan baru saja selesai sarapan ketika ponselnya berdering.Panggil

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 193

    Sandy dan Rana datang dan bertanya pada Tania apa dia ingin bermain di seluncuran air.Setelah menatap seluncuran air berwarna-warni tak jauh dari situ, dia mengangguk cepat.Seluncuran air di kapal pesiar berada di dalam ruangan dengan sumber air panas, jadi tidak akan dingin bahkan di musim hujan sekalipun.Faktanya, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat bermain di seluncuran air itu.Namun, biasanya ini memang dunia untuk para remaja dan anak-anak.Clara dan Dani berseluncur beberapa kali dan merasa bosan.Tetapi, Tania, Sandy dan Rana bermain seakan tidak ada bosannya.Clara duduk di samping dan berendam air panas.Pada saat itu, Dani memberinya minuman.Clara menerimanya, "Terima kasih."Dani duduk tidak jauh darinya, "Sama-sama."Lalu dia bertanya, "Berapa umur mereka?""Sandy berumur enam belas tahun, Rana sekarang empat belas tahun.""Kamu sering ajak mereka main?"Clara menggelengkan kepalanya, "Iya, dulu gitu, tapi akhir-akhir ini aku sibuk kerja, jadi nggak punya banyak w

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 192

    Clara membawa laptopnya dan bersama Dylan pergi ke rumah Prof Nian untuk makan bersama.Setelah makan, Prof Nian bantu periksa jurnal yang ditulisnya.Saat itu sudah larut malam, ketika dia masuk ke mobil dan hendak pulang, bibinya Arini menelepon.Intinya adalah dia sudah memesan tiket liburan kapal pesiar untuk besok, rencananya bawa kedua anaknya berlayar.Tapi sesuatu terjadi di rumah orang tuanya, jadi dia harus kembali dan tidak dapat temani anak-anak.Clara mendengarkan dan berkata, "Oke, Bi. Kebetulan besok aku ada waktu luang. Aku antar mereka ke sana."Tidak lama setelah dia menutup telepon, ponselnya berdering lagi.Kali ini, Dani yang menelepon.Clara menjawab panggilan itu dan berbicara lebih dulu, "Maaf, kalau ini soal Tania, aku ada urusan mendadak besok, jadi nggak bisa pergi bareng kalian."Dani tidak menutup telepon, tetapi bertanya, "Apa aku boleh tahu kenapa?" Dia berkata, "Tania pengen banget bertemu denganmu besok."Tidak ada yang perlu disembunyikan, jadi Clara

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 191

    Tiba di sekolah Elsa.Clara mendengar suara Bella, "Tante Clara."Clara menoleh dan Bella berlari ke arahnya serta berkata, "Tante, tadi malam ibuku suruh aku bawakan roti untuk Tante, tapi Tante nggak ada di rumah, jadi aku bawa pulang lagi roti itu."Clara hendak berbicara. Elsa tidak tahu Clara telah pindah sejak lama. Mendengar ucapan Bella, dia mendengus dan berkata, "Omong kosong. Mamaku jelas ada di rumah kemarin."Bella menggaruk kepalanya, "Ah? Yang benar? Terus kenapa..."Tepat saat Clara hendak berbicara, guru Elsa memanggilnya, "Bu Clara."Clara berkata, "Bu Siska."Bu Siska meminta Elsa dan Bella untuk masuk terlebih dahulu, karena dia ingin mengatakan sesuatu kepada Clara.Elsa dan Bella masuk lebih dulu.Bu Siska kemudian berkata kepada Clara, "Minggu depan ada kegiatan orang tua-anak di sekolah. Apa ibu sudah tahu?"Clara menggelengkan kepalanya, "Saya belum tahu."Elsa tidak memberitahunya.Bu Siska berkata, “Ini…”Dia sebenarnya sudah bisa menebaknya, tetapi masih ing

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 190

    Saat dia naik ke kamar, sudah hampir jam tujuh.Elsa sudah bangun.Ketika melihatnya kembali, dia segera menutup Whatsappnya.Clara pura-pura tidak memperhatikan dan berkata dengan nada normal, “Pergilah mandi dan ganti pakaianmu.”"Iya."Clara mengemasi barang-barangnya dan hendak turun sambil membawa tasnya ketika dia melihat Bibi Sari membawa piyama yang dia kenakan tadi malam untuk dicuci.Clara berkata, "Buang saja, nggak perlu dicuci."Kemudian dia menambahkan, "Barang lainnya juga. Tolong bantu aku buang ya, Bi. Aku mungkin nggak akan butuh lagi nanti."Surat cerai antara dia dan Edward akan segera dikeluarkan.Bahkan jika dia menemui Elsa di masa depan, dia tidak akan ke sini, apalagi menginap di sini.Dia tidak akan bisa menggunakan benda-benda itu lagi.Dia juga tidak ingin mengambilnya.Hubungan antara Clara dan Edward sebagai pasangan tidak pernah baik.Clara bahkan jarang kembali dalam dua atau tiga bulan terakhir, yang mengindikasikan hubungan mereka mungkin telah berakhi

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 189

    Setelah memandikan Elsa dan mengeringkan rambutnya, Clara juga bersiap untuk mandi.Barang-barangnya tidak ada di kamar Elsa, jadi dia keluar dan pergi ke kamar utama.Kamar tidur utama gelap gulita, Edward tidak ada di sana.Begitu dia menyalakan lampu, dia tertegun dan hampir curiga dia sudah memasuki ruangan yang salah.Dia telah tinggal di kamar itu selama tujuh tahun dan sangat familiar dengan segala isinya.Tetapi sekarang, apa pun yang terlihat di matanya terasa sangat asing baginya.Semua hal di ruangan itu telah berubah.Tidak bisa dibilang semuanya, setidaknya lantainya masih sama.Namun selain lantai, lampu gantung kamar, gorden, tempat tidur, nakas, meja bundar kecil di ambang jendela, sofa, meja kopi, karpet, dan lainnya, bahkan dispenser dan cangkir teh pun ikut diganti.Selain itu, meja riasnya yang biasa juga hilang.Tentu saja botol dan toples yang sering dia gunakan juga tidak ditemukan.Melihat hal itu, dia menduga semua jejak dirinya di ruangan ini pasti telah dihap

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 188

    "Syukurlah."Dani merasa lega dan berhenti bertanya.Clara pun pamit pada Dylan dan meninggalkan kantor.Ketika sampai di rumah dan memasuki kamar Elsa, Edward sedang duduk di samping meja dan sibuk bekerja.Melihatnya, dia mendongak dan menyapa, "Kamu sudah sampai?"Clara berkata, “Iya.”Dia meletakkan tasnya dan pergi ke tempat tidur untuk melihat Elsa.Elsa masih diinfus. Mungkin dia mengantuk, jadi dia tertidur dengan wajah cemberut.Dia tidak membangunkannya, dan bertanya pada Edward, "Gimana keadaannya?"“Waktu aku sampai, dia masih sakit, tapi sekarang sudah merasa baikan.”"Oke."Clara duduk di sofa di sampingnya, menemukan sebuah buku, dan berencana untuk membaca sambil menunggu Elsa bangun.Edward menoleh dan bertanya, "Apa kamu sudah makan?"Clara berkata, "Belum."Edward hendak mengatakan sesuatu yang lain ketika Elsa terbangun.Melihat Clara, dia bertanya dengan heran, "Ma? Mama sudah datang?""Iya." Clara menutup buku yang baru saja dibukanya, berjalan mendekat, dan duduk

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 187

    Setelah membahas tentang Vanessa, Clara bertanya, "Gimana dengan Anggasta Group?"Berbicara tentang hal itu, Dylan menyentuh hidungnya dan berkata, "Kamu tahu, Edward juga ada di industri kita, dan dia sangat paham teknologi."Anggasta Group juga sangat kaya.Banyak personel teknisnya merupakan talenta yang banyak dicari dalam industri ini.Selain itu, Edward sendiri juga sangat berpengetahuan tentang teknologi.Oleh karena itu, proposal yang dia ajukan ... tak tertandingi.Ini mungkin juga merupakan alasan penting mengapa Edward tidak terburu-buru mengajak Morti Group untuk bekerja sama.Clara tidak terkejut ketika mendengar hal itu.Dia berkata, "Sekarang saatnya ambil keputusan, kamu hanya perlu melihat fakta sebagaimana adanya."Bekerja dengan tim berkualitas tinggi dapat mengurangi banyak kekhawatiran.Apa yang terjadi antara dia dan Edward menjadi tidak penting jika dibandingkan dengan proyek tersebut.Sore harinya, Doni juga datang ke Morti Group.Kali ini, Dylan tidak menemuiny

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 186

    Setelah mendengar hal itu, Vanessa berkata, "Oke." Kemudian, dia menatap Clara dengan tajam dan berkata, "Kalau gitu, Bu Clara, tolong beri tahu aku masalah apa yang ada dalam proposalku, jadi aku bisa perbaiki sesuai dengan rencanamu."Ketika Clara mendengar ucapannya, dia tahu Vanessa sengaja bertanya seperti itu dan persulit dia.Clara tersenyum dan berkata, "Bu Vanessa, masalah dengan proposal itu adalah urusanmu. Bukannya cari tahu di mana letak masalahnya, tapi kamu malah tanya pada kami. Apa menurutmu itu pantas? Kami itu nggak harus kerja sama dengan kamu. Dengan bertanya seperti itu, apa maksudmu, perusahaanmu mau kerja sama dengan kami, tapi kamu bahkan nggak tahu apa yang dibutuhkan perusahaan kami? Kalau gitu, aku makin yakin kamu benar-benar nggak memenuhi persyaratan perusahaan kami."Vanessa berkata demikian karena dia curiga Clara sengaja mempersulitnya.Apa yang diucapkannya tadi sebenarnya karena dia yakin Clara juga tidak tahu apa masalah dengan proposalnya, dan seka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status