Share

Chapter 17

Penulis: APStory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 19:43:02
Hati Mireya sedikit menghangat ketika Mervyn menawarkan makanan untuknya. Kebetulan perutnya masih kosong karena belum diisi apa-apa. Namun, dia juga sungkan menerima tawaran dari Mervyn.

Karena Mireya tidak menjawab pertanyaannya, Mervyn menganggap itu sebagai persetujuan. “Tunggu sebentar! Aku akan segera kembali,” ucapnya.

Mervyn melangkah menuju mobil yang bertengger di area parkir, mengambil kotak makanan serta beberapa camilan yang tersedia di dalam sana. Kemudian, dia kembali menghampiri Mireya.

“Ini untukmu.”

Mireya yang masih duduk di trotoar segera mendongak, mendapati Mervyn sudah berdiri di hadapannya sembari menyodorkan beberapa makanan.

“Makanlah!” ucap Mervyn lembut. Ada segaris senyuman di ujung bibir yang sengaja dia tunjukkan demi membuat Mireya nyaman berada di dekatnya.

Jujur, Mireya ragu untuk menerima pemberian Mervyn—terlebih lagi, dia masih ingat bagaimana cara Mervyn berpikir tentang dirinya yang dinilai hanya memanfaatkan kebaikan Sania. Bukankah a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 18

    Mervyn dan Mireya menoleh ke sumber suara—yang mana saat ini Felly terlihat sedang berjalan menghampiri keduanya.Begitu sampai di hadapan kedua manusia itu, Felly melirik Mervyn dan mengatakan, “Aku menunggu kamu sejak tadi, tapi ternyata kamu ada di sini.”Mervyn segera bangkit berdiri, lalu menatap Felly dengan tenang. “Apa ada yang salah?” Dia bertanya seperti orang yang tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. “Mireya sedang lapar, jadi aku memberinya beberapa makanan. Apa itu menyinggung perasaan kamu?”Felly tidak buru-buru menjawab. Dia sebetulnya cemburu melihat kepedulian Mervyn pada Mireya, hanya saja dia juga bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang.Kalau terlalu sering marah, Felly khawatir hal itu hanya akan membuat Mervyn muak akan sikapnya.“Aku tidak marah karena kamu memberi makanan untuk Kakak, tapi aku hanya sedikit cemas karena kamu belum juga kembali dari toilet,” ucap Felly seraya menghela napas setelahnya. “Maaf, aku tidak bermaksud merusak suas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 19

    Mervyn mendengkus gusar. Sejujurnya dia malas sekali menanggapi wanita itu. Melihat wajahnya saja sudah muak, apalagi jika harus terlibat komunikasi?“Kapan Ibu akan pergi lagi?” Mervyn bertanya dengan wajah datar, seolah menegaskan bahwa kepulangan Sarah, ibunya bukanlah sesuatu yang cukup mampu membuatnya senang.Sarah sebetulnya sudah sangat terbiasa menghadapi sikap dingin Mervyn, hanya saja dia tidak menyangka bahwa Mervyn akan menunjukkan rasa tidak suka itu secara terbuka di depannya.“Sayang, setidaknya peluklah ibumu. Kenapa kamu buru-buru sekali ingin melihat Ibu pergi lagi?” tanya Sarah. Sebagai seorang ibu, tentu saja dia kecewa melihat reaksi anaknya.Sarah mendekat, merentangkan tangan hendak memeluk Mervyn untuk melepas rindu. Namun, Mervyn sudah lebih dulu menghindar tanpa memberinya peluang untuk sekadar menyentuh kulitnya.“Ada perlu apa?” Mervyn berjalan menuju pantry, mengambil gelas kosong berbahan kaca, lalu mengisinya dengan air minum dari dalam water dispenser.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 20

    “Kamu serius?” Sarah masih tidak menyangka bahwa Mervyn akan move on secepat itu dari Lila.Tanpa ragu, Mervyn mengangguk. “Ya, kami akan segera menikah,” tekannya.Sarah tidak banyak berkomentar, meskipun banyak sekali kalimat tanya yang berjejalan di dalam kepala. Namun, pada akhirnya dia hanya berkata kepada Mervyn, “Kenalkan dia padaku. Aku ingin tahu wanita seperti apa yang akan kamu nikahi.”Setelah itu, Sarah pergi entah ke mana. Menyisakan Mervyn yang masih terdiam duduk di atas sofa beludru.Pria itu menghela napas berat, lalu termenung selama beberapa saat.Sebetulnya yang dia katakan barusan semata-mata hanya untuk membungkam mulut Sarah, agar wanita itu berhenti membicarakan omong kosong tentang perjodohan yang tidak dia inginkan.Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Mervyn terlanjur membeberkan niatnya mengenai rencana menikahi seseorang, tetapi dia sendiri sebenarnya merasa ragu dengan perkataannya.Dalam benaknya, dia bertanya, siapa yang harus dinikahi? Apakah Felly?Sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 21

    Sepulang dari kantor, Mervyn langsung menepati janjinya untuk mengantarkan jaket Mireya ke lokasi yang telah Sania sebutkan alamat lengkapnya. Setibanya di tempat tujuan, Mervyn didampingi oleh Rayyan untuk menemui pemilik rumah kost terlebih dahulu dan meminta izin menemui Mireya. Usai menjalani proses pemeriksaan serta menjawab beberapa pertanyaan, mereka akhirnya diizinkan masuk dan diberitahu berapa nomor kamar Mireya. Berhenti di kamar nomor enam belas, Mervyn mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya sang pemilik kamar membukakan pintu untuknya. “Pak Mervyn ...?” Mireya tertegun sejenak, bertanya-tanya maksud dari kedatangan Mervyn kemari. Mervyn menunduk sopan seraya menyelipkan senyuman tipis. “Halo!” Sementara itu, Rayyan yang berdiri di samping Mervyn tampak tercengang saat matanya menangkap fitur wajah Mireya yang seperti tak asing dalam ingatan. “Silakan masuk dulu!” ajak Mireya. Kemudian, kedua pria di hadapannya mulai melangkah masuk dengan pintu yang sen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 22

    Mervyn yang semula masih bisa bersikap santai, seketika menautkan alis setelah mendengar pernyataan Rayyan. “Siapa wanita itu?” tanya Mervyn penasaran. Sorot matanya menunjukkan betapa Mervyn sedang tidak ingin main-main untuk saat ini. Jika Rayyan menganggap masalah ini sebagai lelucon, dia berjanji akan menenggelamkan pria itu ke Palung Mariana dengan kedua tangannya sendiri! Sempat ada keraguan di hati Rayyan sebelum menjawab pertanyaan Mervyn. Padahal, mulutnya sudah terbuka dan kalimat itu telah naik ke tenggorokan, tetapi entah kenapa dia khawatir akan menimbulkan masalah setelah bicara. “Ah, t–tidak jadi, Pak. Jangan terlalu serius, saya hanya bercanda,” ujar Rayyan sembari memainkan tangan dengan resah. Pria itu berusaha menyembunyikan gugup dengan tawa kecil, tetapi Mervyn malah melotot seakan siap menelannya bulat-bulat. “Kamu sudah bosan hidup?” sindir Mervyn, membuat bulu kuduk Rayyan meremang. Di sebelah Mervyn, ada Hasmi yang sedang mengemudikan mobil dan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 23

    “Selamat bergabung dengan tim restoran! Semoga kita bisa membangun kerja sama yang baik,” ucap laki-laki dengan jabatan manajer yang tertulis jelas pada ID card di lehernya. Mireya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di raut wajahnya setelah mendengar ucapan selamat dari atasan barunya tersebut. “Terima kasih, Pak!” ucapnya sumringah. Dia bahkan hampir ingin melompat saking girangnya. “Ya, sama-sama.” Pria bernama David itu segera pamit undur diri dan menjauh dari hadapan Mireya. Saat melewati tikungan, David mengeluarkan ponsel dari saku bajunya dan menelepon Asisten Rayyan. Setelah panggilan terhubung, dia pun mengatakan, “Aku sudah menerimanya bekerja menjadi pelayan. Selanjutnya apa lagi?” ‘Pak Mervyn akan memberikan uang sebagai kompensasi. Berapa nominal yang kamu mau?’ David terdiam, berpikir sejenak. Ini akan menjadi kesempatan yang sangat langka dan dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin. “Dua ratus juta,” putusnya. ‘Apa?!’ Rayyan tercengang. Menurutnya, ju

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 24

    Mireya mengikuti Mervyn yang berjalan menuju meja kosong, duduk di atas kursi, lalu melihat-lihat buku menu yang Mireya sodorkan ke arahnya.Tidak sampai satu menit, Mervyn menutup kembali buku tersebut dan memandang Mireya yang sejak tadi berdiam diri di samping meja.“Rekomendasikan aku makanan yang paling enak di tempat ini,” ucap laki-laki yang tampak gagah dengan kemeja cokelat muda yang membalut tubuh idealnya.Mireya tertegun, berpikir sejenak, mencoba memberikan jawaban terbaik. Meskipun tergolong baru bekerja di sini, dia tetap harus bersikap profesional.“Setiap menu yang kami sediakan dipilih dengan cermat untuk memenuhi standar kuliner terbaik dan berkualitas tinggi, tetapi kalau Anda bingung menentukan pilihan, saya akan merekomendasikan Hungarian Goulash Soup. Mungkin Anda tertarik untuk mencobanya?”Selama beberapa saat Mervyn terkesan dengan cara Mireya mempromosikan bahwa setiap hidangan di restoran memiliki kualitas terbaik—seakan Mireya sudah paham betul bagaimana m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 25

    Sekarang Mireya tidak punya alasan untuk menolak lagi. Jadi, dia terpaksa duduk di kursi kosong yang berhadapan langsung dengan Mervyn.Saat wanita itu bertanya, “Apa yang ingin Anda katakan?” Mervyn malah menjawab dengan kalimat, “Makanlah dulu! Setelah itu baru kita bicara.”Mireya tidak protes sama sekali. Selain karena malas berdebat, dia juga berpikir bahwa protes hanya akan menambah lebih banyak interaksi dengan Mervyn. Jadilah dia mengalah dan mulai menyentuh menu utama di atas meja.Sambil mengunyah makanan, Mervyn sesekali melirik ke arah Mireya. Sejenak dia terkesima ketika merasakan energi yang berbeda dari dalam diri Mireya.Meskipun wanita itu tidak pernah bercerita apa pun padanya, tapi ketika Mervyn menyelami manik matanya lebih dalam, entah kenapa hati kecilnya seolah ditarik paksa masuk ke sudut gelap dan sempit yang hanya diisi oleh Mireya dan luka-lukanya.Bahkan setiap kali Mireya tersenyum, itu belum cukup mampu untuk mengusir banyaknya sesak yang mendominasi. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 114

    Di ruang CEO, Mervyn tampak duduk di kursi putar seraya menatap Rayyan yang berdiri di depan meja kerjanya.“Apa sudah kamu informasikan kepada orang-orang itu mengenai kedatangan istriku hari ini?” tanya sang CEO.Rayyan menjawab, “Sudah, Pak. Persiapannya juga sudah matang.”“Bagus!” Mervyn mengangguk, merasa puas mendengar jawaban asistennya. “Bagaimana dengan hadiah yang aku bicarakan kemarin?”“Hadiahnya juga aman, Pak. Saya sudah menyuruh seseorang untuk memberikan hadiahnya kepada Nyonya, Tuan dan Nona Kecil ketika mereka sampai di rumah.”“Kerja bagus!” puji Mervyn. Rayyan memang selalu dapat diandalkan kapan dan di mana pun dia membutuhkannya.***Beberapa jam setelah melakukan perjalanan, Mireya, Marcell dan Michelle akhirnya tiba di lokasi tujuan.Kedatangan Mireya bersama kedua anaknya di tempat kediaman Mervyn disambut oleh banyak orang yang telah dipekerjakan oleh Mervyn dengan posisi bagian dan tugas yang berbeda-beda.Saat melewati pintu, ada beberapa penjaga yang lang

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 113

    Mervyn meraih telapak tangan Mireya untuk digenggam. “Kamu tahu, ‘kan, alasan dari kedatangan aku ke sini hanya untuk mengurus project anak perusahaan Grup Jordan?”Mireya mengangguk pelan, tetapi dia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang ingin disampaikan oleh Mervyn.“Dan sekarang urusannya sudah selesai. Aku berencana akan membawa kamu dan anak-anak kembali ke kota A. Apa kamu keberatan?” tanya Mervyn tanpa banyak basa-basi. Sebab, cepat atau lambat dia memang harus bicara jujur pada Mireya.Wajah Mireya berubah murung ketika mendengar ucapan Mervyn.Bagi Mireya, kota A menyimpan banyak kenangan pahit yang telah lama berusaha dia kubur bersama luka-lukanya.Dari sejuta mimpi buruk yang dia miliki di kota tersebut, satu-satunya yang bisa dia syukuri hingga sekarang hanyalah kehadiran anak kembar dalam hidupnya. Sementara sisanya tak lebih dari tumpukan benang yang hanya akan memperparah bongkahan luka di dada.“Maksud kamu, kita akan tinggal di sana?” tanya Mireya dengan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 112

    Pertanyaan polos Michelle membuat Mireya gelagapan. Napasnya berhenti sejenak seiring kelopak mata yang terbuka lebar. Dengan cepat dia pun menyembunyikan jejak kemerahan di lehernya menggunakan telapak tangan.“I–ini ....” Mireya mencoba menemukan alasan yang masuk akal.Tapi apa?Tak jauh darinya, Mireya melihat Mervyn sedang berdiam diri di depan pintu toilet sembari menahan tawa. Membuatnya melotot kesal.Bisa-bisanya pria itu tertawa dengan sikap yang begitu tenang, sementara Mireya sedang pusing memikirkan jawaban!Padahal, tanda merah yang Mireya dapatkan jelas-jelas dibuat olehnya!Mireya kembali menatap Michelle. “Elle bisa tanya langsung pada Papi. Karena, Papi lebih tahu,” ucapnya seraya tersenyum lebar.“A–apa?” Mervyn mengerjap. Raut wajahnya berubah datar hanya dalam hitungan detik. “Kenapa harus aku yang jawab?”Mireya tersenyum miring. Merasa puas menyaksikan reaksi sang suami. “Bukankah kamu yang menyebabkan ini terjadi? Jadi, kamu saja yang jawab!” putusnya secara mu

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 111

    Mervyn dan Mireya terkejut ketika ada yang mengetuk pintu dari luar. Setelah itu, suara imut khas anak kecil mulai terdengar.“Mami, Papi! Acell dan adik boleh buka pintunya, tidak?” tanya Marcell.Sepasang suami dan istri itu tampak kelimpungan. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kedua anak itu masuk dalam keadaan tubuh yang tidak mengenakan apa pun?Ah, kecuali Mervyn yang hanya memakai celana panjang.“T–tunggu sebentar! Mami akan membukanya,” sahut Mireya, lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan segera mengenakannya.Usai keduanya mengenakan kembali pakaian mereka, Mireya pun berjalan untuk membukakan kunci pintu.“Elle, Acell, ada apa?” tanya Mireya, sementara Mervyn baru saja masuk ke toilet untuk buang air kecil.“Mami ... eum, ada yang ingin kami katakan, tapi kami khawatir Mami akan marah,” ujar Marcell dengan raut wajah terlihat sedikit cemas.Mireya mengernyit. “Bagaimana kalian bisa tahu Mami akan marah atau tidak, sedangkan kalian saja belum mengatakan apa-a

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 110

    Di atas kasur, Mireya tampak mengenakan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh polosnya.Wanita itu memandang Mervyn yang baru saja memungut celana dan kaos miliknya yang berserakan di lantai, lalu mulai memakainya kembali.Mireya cukup terkejut menerima perlakuan suaminya yang tiba-tiba menjadi begitu liar dan brutal.Dugaan sementara, Mireya menaruh curiga bahwa semua yang dilakukan Mervyn disebabkan oleh rasa cemburu akibat kesalahpahaman antara pria itu, Mireya dan juga Julian.Selesai mengenakan celana panjang berbahan levis, dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, Mervyn naik ke atas kasur untuk kembali mendekati istrinya.Cup!Mervyn mendekap wanita itu seraya mengecup pelipisnya sekilas. “Ingat apa yang tadi kukatakan? Kamu, dan semua yang ada pada dirimu adalah milikku, Mireya. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya!”Mireya mengangguk, tetapi perasaannya tidak kunjung lega meskipun dirinya kini sedang ada dalam dekapan hangat sang suami.“Kenapa menatapku begitu, h

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 109

    Brak!Mervyn membuka pintu kamar, mendapati Mireya yang kini sedang melipat pakaian sembari duduk di tepi kasur bermotif bunga mawar.Wanita itu mendongak saat mendengar derit pintu, lalu bergegas bangkit menghampiri suaminya yang baru pulang ke rumah entah dari mana.“Kamu sudah kembali?” sambut Mireya seraya tersenyum manis.Mervyn, dengan wajah garang serta sorot mata yang menunjukkan amarah, sama sekali tidak menjawab kalimat tanya yang diajukan oleh Mireya.Di sepanjang jalan menuju ke rumah, Mervyn sudah terlalu banyak menahan emosi, dan sekarang kemarahan itu bertambah semakin besar saat dia melihat ekspresi lugu istrinya yang terkesan seakan tidak melakukan kesalahan apa pun di belakangnya.Mireya menyadari ada yang tidak beres dari raut wajah Mervyn. Lantas pada saat dirinya berada di hadapan Mervyn, dia segera mengangkat satu tangan guna menyentuh pipi pria itu.“Mervyn, apa yang terjadi?” tanya Mireya lembut. “Apa kamu baru saja mendapatkan masalah?” tambahnya.Tatapan Merv

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 108

    Mireya pun menjelaskan kejadian mengenai Felix yang membohonginya dengan mengatakan bahwa Henry, ayah mereka, sedang mengalami kritis di rumah sakit. Namun, ternyata Felix malah membawanya ke tempat asing dan menjadikannya jaminan utang. “Felix?” Mervyn mengerutkan dahi saat mendengar nama yang tak dia kenal. “Siapa dia?” “Dia kakak laki-lakiku. Kami lahir dari ibu yang berbeda, tetapi masih satu ayah,” terang Mireya. “Kalau begitu, artinya dia juga kakaknya Felly?” tebak pria itu. Lantas Mireya mengangguk. “Ya, mereka satu ibu,” tambahnya. Mervyn manggut-manggut paham, lalu terdiam setelahnya. Akan tetapi, isi kepalanya terus bekerja memikirkan sosok Felix yang telah membuat istri kesayangannya hampir menjadi korban pemerkosaan. Mervyn bersumpah, suatu saat Felix pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya! “Mervyn, kenapa melamun?” Mireya menyentuh sebelah pipi Mervyn dan membuatnya sedikit terkejut. Mervyn menunduk, menatap ke dalam mata cantik ist

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 107

    “Hey ... apa yang kamu pikirkan?” Mervyn menyelipkan anak rambut Mireya ke belakang telinga wanita itu. “Aku tidak pernah menganggap kamu pembawa sial. Sebaliknya, aku justru merasa lebih bahagia setelah bertemu kembali dengan kamu dan anak-anak. Siapa bilang kalau kamu pembawa sial?”Mireya merasa sedikit lebih lega. Namun, perasaan sedih dan bersalah itu masih belum hilang sepenuhnya dari dalam diri. Melihat kondisi Mervyn yang tidak berdaya seperti saat ini membuatnya sangat sedih.“Mervyn, apa boleh aku menceritakan alasan yang sebenarnya?” tanya Mireya seraya mendongak, menatap mata sang suami dengan lebih serius dan dalam.Cup!Mervyn mengecup pelipis Mireya lekat-lekat. “Ceritakanlah,” balasnya.Mireya menghela napas sejenak. “Sebenarnya ... saat tiba di rumah sakit, aku duduk menunggu kamu di luar ruangan. Aku terus mendoakan untuk keselamatan kamu. Kemudian, tiba-tiba Ibu datang bersama Lisa. Aku menjelaskan pada Ibu mengenai apa yang terjadi dengan kamu, lalu Ibu menyalahkan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 106

    Setelah menjalani rawat inap selama hampir satu minggu di rumah sakit, Mervyn akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter hari ini. Akan tetapi, dia tetap membutuhkan banyak istirahat di rumah, supaya proses penyembuhan luka di perutnya lebih cepat selesai.Malam itu, di saat Marcell dan Michelle sedang belajar bersama di kamar mereka, Mireya membuatkan segelas susu hangat untuk Mervyn.Mireya menghampiri Mervyn yang berbaring di atas kasur, meletakkan sejenak gelas di atas meja. Kemudian, membantu Mervyn mengubah posisi menjadi duduk dengan kedua kaki diluruskan serta punggung yang bersandar pada kepala kasur.“Minumlah ...” ucap Mireya sembari menyodorkan kembali susu di dalam gelas berbahan kaca ke arah Mervyn.“Terima kasih,” ucap Mervyn seraya mengambil alih benda itu dan mulai meneguk minumannya pelan-pelan.“Mireya, aku mau tanya sesuatu.” Mervyn meletakkan gelas di atas meja, lalu menatap istrinya dengan serius.“Tanyakan saja,” kata Mireya yang tengah duduk di tepi kasur, menun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status