Share

Chapter 18

Penulis: APStory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 14:43:59

Mervyn dan Mireya menoleh ke sumber suara—yang mana saat ini Felly terlihat sedang berjalan menghampiri keduanya.

Begitu sampai di hadapan kedua manusia itu, Felly melirik Mervyn dan mengatakan, “Aku menunggu kamu sejak tadi, tapi ternyata kamu ada di sini.”

Mervyn segera bangkit berdiri, lalu menatap Felly dengan tenang. “Apa ada yang salah?” Dia bertanya seperti orang yang tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. “Mireya sedang lapar, jadi aku memberinya beberapa makanan. Apa itu menyinggung perasaan kamu?”

Felly tidak buru-buru menjawab. Dia sebetulnya cemburu melihat kepedulian Mervyn pada Mireya, hanya saja dia juga bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang.

Kalau terlalu sering marah, Felly khawatir hal itu hanya akan membuat Mervyn muak akan sikapnya.

“Aku tidak marah karena kamu memberi makanan untuk Kakak, tapi aku hanya sedikit cemas karena kamu belum juga kembali dari toilet,” ucap Felly seraya menghela napas setelahnya. “Maaf, aku tidak bermaksud merusak suas
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 19

    Mervyn mendengkus gusar. Sejujurnya dia malas sekali menanggapi wanita itu. Melihat wajahnya saja sudah muak, apalagi jika harus terlibat komunikasi?“Kapan Ibu akan pergi lagi?” Mervyn bertanya dengan wajah datar, seolah menegaskan bahwa kepulangan Sarah, ibunya bukanlah sesuatu yang cukup mampu membuatnya senang.Sarah sebetulnya sudah sangat terbiasa menghadapi sikap dingin Mervyn, hanya saja dia tidak menyangka bahwa Mervyn akan menunjukkan rasa tidak suka itu secara terbuka di depannya.“Sayang, setidaknya peluklah ibumu. Kenapa kamu buru-buru sekali ingin melihat Ibu pergi lagi?” tanya Sarah. Sebagai seorang ibu, tentu saja dia kecewa melihat reaksi anaknya.Sarah mendekat, merentangkan tangan hendak memeluk Mervyn untuk melepas rindu. Namun, Mervyn sudah lebih dulu menghindar tanpa memberinya peluang untuk sekadar menyentuh kulitnya.“Ada perlu apa?” Mervyn berjalan menuju pantry, mengambil gelas kosong berbahan kaca, lalu mengisinya dengan air minum dari dalam water dispenser.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 20

    “Kamu serius?” Sarah masih tidak menyangka bahwa Mervyn akan move on secepat itu dari Lila.Tanpa ragu, Mervyn mengangguk. “Ya, kami akan segera menikah,” tekannya.Sarah tidak banyak berkomentar, meskipun banyak sekali kalimat tanya yang berjejalan di dalam kepala. Namun, pada akhirnya dia hanya berkata kepada Mervyn, “Kenalkan dia padaku. Aku ingin tahu wanita seperti apa yang akan kamu nikahi.”Setelah itu, Sarah pergi entah ke mana. Menyisakan Mervyn yang masih terdiam duduk di atas sofa beludru.Pria itu menghela napas berat, lalu termenung selama beberapa saat.Sebetulnya yang dia katakan barusan semata-mata hanya untuk membungkam mulut Sarah, agar wanita itu berhenti membicarakan omong kosong tentang perjodohan yang tidak dia inginkan.Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Mervyn terlanjur membeberkan niatnya mengenai rencana menikahi seseorang, tetapi dia sendiri sebenarnya merasa ragu dengan perkataannya.Dalam benaknya, dia bertanya, siapa yang harus dinikahi? Apakah Felly?Sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 21

    Sepulang dari kantor, Mervyn langsung menepati janjinya untuk mengantarkan jaket Mireya ke lokasi yang telah Sania sebutkan alamat lengkapnya. Setibanya di tempat tujuan, Mervyn didampingi oleh Rayyan untuk menemui pemilik rumah kost terlebih dahulu dan meminta izin menemui Mireya. Usai menjalani proses pemeriksaan serta menjawab beberapa pertanyaan, mereka akhirnya diizinkan masuk dan diberitahu berapa nomor kamar Mireya. Berhenti di kamar nomor enam belas, Mervyn mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya sang pemilik kamar membukakan pintu untuknya. “Pak Mervyn ...?” Mireya tertegun sejenak, bertanya-tanya maksud dari kedatangan Mervyn kemari. Mervyn menunduk sopan seraya menyelipkan senyuman tipis. “Halo!” Sementara itu, Rayyan yang berdiri di samping Mervyn tampak tercengang saat matanya menangkap fitur wajah Mireya yang seperti tak asing dalam ingatan. “Silakan masuk dulu!” ajak Mireya. Kemudian, kedua pria di hadapannya mulai melangkah masuk dengan pintu yang sen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 22

    Mervyn yang semula masih bisa bersikap santai, seketika menautkan alis setelah mendengar pernyataan Rayyan. “Siapa wanita itu?” tanya Mervyn penasaran. Sorot matanya menunjukkan betapa Mervyn sedang tidak ingin main-main untuk saat ini. Jika Rayyan menganggap masalah ini sebagai lelucon, dia berjanji akan menenggelamkan pria itu ke Palung Mariana dengan kedua tangannya sendiri! Sempat ada keraguan di hati Rayyan sebelum menjawab pertanyaan Mervyn. Padahal, mulutnya sudah terbuka dan kalimat itu telah naik ke tenggorokan, tetapi entah kenapa dia khawatir akan menimbulkan masalah setelah bicara. “Ah, t–tidak jadi, Pak. Jangan terlalu serius, saya hanya bercanda,” ujar Rayyan sembari memainkan tangan dengan resah. Pria itu berusaha menyembunyikan gugup dengan tawa kecil, tetapi Mervyn malah melotot seakan siap menelannya bulat-bulat. “Kamu sudah bosan hidup?” sindir Mervyn, membuat bulu kuduk Rayyan meremang. Di sebelah Mervyn, ada Hasmi yang sedang mengemudikan mobil dan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 23

    “Selamat bergabung dengan tim restoran! Semoga kita bisa membangun kerja sama yang baik,” ucap laki-laki dengan jabatan manajer yang tertulis jelas pada ID card di lehernya. Mireya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di raut wajahnya setelah mendengar ucapan selamat dari atasan barunya tersebut. “Terima kasih, Pak!” ucapnya sumringah. Dia bahkan hampir ingin melompat saking girangnya. “Ya, sama-sama.” Pria bernama David itu segera pamit undur diri dan menjauh dari hadapan Mireya. Saat melewati tikungan, David mengeluarkan ponsel dari saku bajunya dan menelepon Asisten Rayyan. Setelah panggilan terhubung, dia pun mengatakan, “Aku sudah menerimanya bekerja menjadi pelayan. Selanjutnya apa lagi?” ‘Pak Mervyn akan memberikan uang sebagai kompensasi. Berapa nominal yang kamu mau?’ David terdiam, berpikir sejenak. Ini akan menjadi kesempatan yang sangat langka dan dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin. “Dua ratus juta,” putusnya. ‘Apa?!’ Rayyan tercengang. Menurutnya, ju

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 24

    Mireya mengikuti Mervyn yang berjalan menuju meja kosong, duduk di atas kursi, lalu melihat-lihat buku menu yang Mireya sodorkan ke arahnya.Tidak sampai satu menit, Mervyn menutup kembali buku tersebut dan memandang Mireya yang sejak tadi berdiam diri di samping meja.“Rekomendasikan aku makanan yang paling enak di tempat ini,” ucap laki-laki yang tampak gagah dengan kemeja cokelat muda yang membalut tubuh idealnya.Mireya tertegun, berpikir sejenak, mencoba memberikan jawaban terbaik. Meskipun tergolong baru bekerja di sini, dia tetap harus bersikap profesional.“Setiap menu yang kami sediakan dipilih dengan cermat untuk memenuhi standar kuliner terbaik dan berkualitas tinggi, tetapi kalau Anda bingung menentukan pilihan, saya akan merekomendasikan Hungarian Goulash Soup. Mungkin Anda tertarik untuk mencobanya?”Selama beberapa saat Mervyn terkesan dengan cara Mireya mempromosikan bahwa setiap hidangan di restoran memiliki kualitas terbaik—seakan Mireya sudah paham betul bagaimana m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 25

    Sekarang Mireya tidak punya alasan untuk menolak lagi. Jadi, dia terpaksa duduk di kursi kosong yang berhadapan langsung dengan Mervyn.Saat wanita itu bertanya, “Apa yang ingin Anda katakan?” Mervyn malah menjawab dengan kalimat, “Makanlah dulu! Setelah itu baru kita bicara.”Mireya tidak protes sama sekali. Selain karena malas berdebat, dia juga berpikir bahwa protes hanya akan menambah lebih banyak interaksi dengan Mervyn. Jadilah dia mengalah dan mulai menyentuh menu utama di atas meja.Sambil mengunyah makanan, Mervyn sesekali melirik ke arah Mireya. Sejenak dia terkesima ketika merasakan energi yang berbeda dari dalam diri Mireya.Meskipun wanita itu tidak pernah bercerita apa pun padanya, tapi ketika Mervyn menyelami manik matanya lebih dalam, entah kenapa hati kecilnya seolah ditarik paksa masuk ke sudut gelap dan sempit yang hanya diisi oleh Mireya dan luka-lukanya.Bahkan setiap kali Mireya tersenyum, itu belum cukup mampu untuk mengusir banyaknya sesak yang mendominasi. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 1

    “Kamu ... siapa?” Kelopak mata Mireya mengerjap lambat seirama dengan rasa sakit di kepala yang luar biasa. Sekujur tubuhnya begitu remuk bagaikan tergilas mobil bermuatan besar. Dalam kondisi setengah sadar, Mireya dikejutkan oleh keberadaan seseorang di atas tubuhnya. Dia ingin menolak kecupan lembut yang berjejak di leher dan bibir, tapi segalanya terjadi begitu cepat, hingga dia kehilangan peluang untuk mengumpulkan tenaga dan melawan. Mireya terjebak di antara kedua lengan kekar yang berotot. Tak ada yang bisa dia lakukan saat pria asing itu mulai menarik gaunnya dengan kasar dan meninggalkan robekan di beberapa bagian. Pria itu beraksi tanpa suara. Meski begitu, Mireya bisa mencium aroma alkohol yang cukup menyengat, menyatu dengan wangi parfum mahal yang menguar dari tubuhnya. Di bawah cahaya remang lampu hias, Mireya melihat dengan jelas sepasang mata elang yang menatapnya liar dan penuh hasrat. Saat menjelang pagi, wanita itu masih meringkuk di atas kasur dengan se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 25

    Sekarang Mireya tidak punya alasan untuk menolak lagi. Jadi, dia terpaksa duduk di kursi kosong yang berhadapan langsung dengan Mervyn.Saat wanita itu bertanya, “Apa yang ingin Anda katakan?” Mervyn malah menjawab dengan kalimat, “Makanlah dulu! Setelah itu baru kita bicara.”Mireya tidak protes sama sekali. Selain karena malas berdebat, dia juga berpikir bahwa protes hanya akan menambah lebih banyak interaksi dengan Mervyn. Jadilah dia mengalah dan mulai menyentuh menu utama di atas meja.Sambil mengunyah makanan, Mervyn sesekali melirik ke arah Mireya. Sejenak dia terkesima ketika merasakan energi yang berbeda dari dalam diri Mireya.Meskipun wanita itu tidak pernah bercerita apa pun padanya, tapi ketika Mervyn menyelami manik matanya lebih dalam, entah kenapa hati kecilnya seolah ditarik paksa masuk ke sudut gelap dan sempit yang hanya diisi oleh Mireya dan luka-lukanya.Bahkan setiap kali Mireya tersenyum, itu belum cukup mampu untuk mengusir banyaknya sesak yang mendominasi. Ada

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 24

    Mireya mengikuti Mervyn yang berjalan menuju meja kosong, duduk di atas kursi, lalu melihat-lihat buku menu yang Mireya sodorkan ke arahnya.Tidak sampai satu menit, Mervyn menutup kembali buku tersebut dan memandang Mireya yang sejak tadi berdiam diri di samping meja.“Rekomendasikan aku makanan yang paling enak di tempat ini,” ucap laki-laki yang tampak gagah dengan kemeja cokelat muda yang membalut tubuh idealnya.Mireya tertegun, berpikir sejenak, mencoba memberikan jawaban terbaik. Meskipun tergolong baru bekerja di sini, dia tetap harus bersikap profesional.“Setiap menu yang kami sediakan dipilih dengan cermat untuk memenuhi standar kuliner terbaik dan berkualitas tinggi, tetapi kalau Anda bingung menentukan pilihan, saya akan merekomendasikan Hungarian Goulash Soup. Mungkin Anda tertarik untuk mencobanya?”Selama beberapa saat Mervyn terkesan dengan cara Mireya mempromosikan bahwa setiap hidangan di restoran memiliki kualitas terbaik—seakan Mireya sudah paham betul bagaimana m

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 23

    “Selamat bergabung dengan tim restoran! Semoga kita bisa membangun kerja sama yang baik,” ucap laki-laki dengan jabatan manajer yang tertulis jelas pada ID card di lehernya. Mireya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di raut wajahnya setelah mendengar ucapan selamat dari atasan barunya tersebut. “Terima kasih, Pak!” ucapnya sumringah. Dia bahkan hampir ingin melompat saking girangnya. “Ya, sama-sama.” Pria bernama David itu segera pamit undur diri dan menjauh dari hadapan Mireya. Saat melewati tikungan, David mengeluarkan ponsel dari saku bajunya dan menelepon Asisten Rayyan. Setelah panggilan terhubung, dia pun mengatakan, “Aku sudah menerimanya bekerja menjadi pelayan. Selanjutnya apa lagi?” ‘Pak Mervyn akan memberikan uang sebagai kompensasi. Berapa nominal yang kamu mau?’ David terdiam, berpikir sejenak. Ini akan menjadi kesempatan yang sangat langka dan dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin. “Dua ratus juta,” putusnya. ‘Apa?!’ Rayyan tercengang. Menurutnya, ju

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 22

    Mervyn yang semula masih bisa bersikap santai, seketika menautkan alis setelah mendengar pernyataan Rayyan. “Siapa wanita itu?” tanya Mervyn penasaran. Sorot matanya menunjukkan betapa Mervyn sedang tidak ingin main-main untuk saat ini. Jika Rayyan menganggap masalah ini sebagai lelucon, dia berjanji akan menenggelamkan pria itu ke Palung Mariana dengan kedua tangannya sendiri! Sempat ada keraguan di hati Rayyan sebelum menjawab pertanyaan Mervyn. Padahal, mulutnya sudah terbuka dan kalimat itu telah naik ke tenggorokan, tetapi entah kenapa dia khawatir akan menimbulkan masalah setelah bicara. “Ah, t–tidak jadi, Pak. Jangan terlalu serius, saya hanya bercanda,” ujar Rayyan sembari memainkan tangan dengan resah. Pria itu berusaha menyembunyikan gugup dengan tawa kecil, tetapi Mervyn malah melotot seakan siap menelannya bulat-bulat. “Kamu sudah bosan hidup?” sindir Mervyn, membuat bulu kuduk Rayyan meremang. Di sebelah Mervyn, ada Hasmi yang sedang mengemudikan mobil dan di

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 21

    Sepulang dari kantor, Mervyn langsung menepati janjinya untuk mengantarkan jaket Mireya ke lokasi yang telah Sania sebutkan alamat lengkapnya. Setibanya di tempat tujuan, Mervyn didampingi oleh Rayyan untuk menemui pemilik rumah kost terlebih dahulu dan meminta izin menemui Mireya. Usai menjalani proses pemeriksaan serta menjawab beberapa pertanyaan, mereka akhirnya diizinkan masuk dan diberitahu berapa nomor kamar Mireya. Berhenti di kamar nomor enam belas, Mervyn mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya sang pemilik kamar membukakan pintu untuknya. “Pak Mervyn ...?” Mireya tertegun sejenak, bertanya-tanya maksud dari kedatangan Mervyn kemari. Mervyn menunduk sopan seraya menyelipkan senyuman tipis. “Halo!” Sementara itu, Rayyan yang berdiri di samping Mervyn tampak tercengang saat matanya menangkap fitur wajah Mireya yang seperti tak asing dalam ingatan. “Silakan masuk dulu!” ajak Mireya. Kemudian, kedua pria di hadapannya mulai melangkah masuk dengan pintu yang sen

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 20

    “Kamu serius?” Sarah masih tidak menyangka bahwa Mervyn akan move on secepat itu dari Lila.Tanpa ragu, Mervyn mengangguk. “Ya, kami akan segera menikah,” tekannya.Sarah tidak banyak berkomentar, meskipun banyak sekali kalimat tanya yang berjejalan di dalam kepala. Namun, pada akhirnya dia hanya berkata kepada Mervyn, “Kenalkan dia padaku. Aku ingin tahu wanita seperti apa yang akan kamu nikahi.”Setelah itu, Sarah pergi entah ke mana. Menyisakan Mervyn yang masih terdiam duduk di atas sofa beludru.Pria itu menghela napas berat, lalu termenung selama beberapa saat.Sebetulnya yang dia katakan barusan semata-mata hanya untuk membungkam mulut Sarah, agar wanita itu berhenti membicarakan omong kosong tentang perjodohan yang tidak dia inginkan.Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Mervyn terlanjur membeberkan niatnya mengenai rencana menikahi seseorang, tetapi dia sendiri sebenarnya merasa ragu dengan perkataannya.Dalam benaknya, dia bertanya, siapa yang harus dinikahi? Apakah Felly?Sem

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 19

    Mervyn mendengkus gusar. Sejujurnya dia malas sekali menanggapi wanita itu. Melihat wajahnya saja sudah muak, apalagi jika harus terlibat komunikasi?“Kapan Ibu akan pergi lagi?” Mervyn bertanya dengan wajah datar, seolah menegaskan bahwa kepulangan Sarah, ibunya bukanlah sesuatu yang cukup mampu membuatnya senang.Sarah sebetulnya sudah sangat terbiasa menghadapi sikap dingin Mervyn, hanya saja dia tidak menyangka bahwa Mervyn akan menunjukkan rasa tidak suka itu secara terbuka di depannya.“Sayang, setidaknya peluklah ibumu. Kenapa kamu buru-buru sekali ingin melihat Ibu pergi lagi?” tanya Sarah. Sebagai seorang ibu, tentu saja dia kecewa melihat reaksi anaknya.Sarah mendekat, merentangkan tangan hendak memeluk Mervyn untuk melepas rindu. Namun, Mervyn sudah lebih dulu menghindar tanpa memberinya peluang untuk sekadar menyentuh kulitnya.“Ada perlu apa?” Mervyn berjalan menuju pantry, mengambil gelas kosong berbahan kaca, lalu mengisinya dengan air minum dari dalam water dispenser.

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 18

    Mervyn dan Mireya menoleh ke sumber suara—yang mana saat ini Felly terlihat sedang berjalan menghampiri keduanya.Begitu sampai di hadapan kedua manusia itu, Felly melirik Mervyn dan mengatakan, “Aku menunggu kamu sejak tadi, tapi ternyata kamu ada di sini.”Mervyn segera bangkit berdiri, lalu menatap Felly dengan tenang. “Apa ada yang salah?” Dia bertanya seperti orang yang tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. “Mireya sedang lapar, jadi aku memberinya beberapa makanan. Apa itu menyinggung perasaan kamu?”Felly tidak buru-buru menjawab. Dia sebetulnya cemburu melihat kepedulian Mervyn pada Mireya, hanya saja dia juga bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang.Kalau terlalu sering marah, Felly khawatir hal itu hanya akan membuat Mervyn muak akan sikapnya.“Aku tidak marah karena kamu memberi makanan untuk Kakak, tapi aku hanya sedikit cemas karena kamu belum juga kembali dari toilet,” ucap Felly seraya menghela napas setelahnya. “Maaf, aku tidak bermaksud merusak suas

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 17

    Hati Mireya sedikit menghangat ketika Mervyn menawarkan makanan untuknya. Kebetulan perutnya masih kosong karena belum diisi apa-apa. Namun, dia juga sungkan menerima tawaran dari Mervyn. Karena Mireya tidak menjawab pertanyaannya, Mervyn menganggap itu sebagai persetujuan. “Tunggu sebentar! Aku akan segera kembali,” ucapnya. Mervyn melangkah menuju mobil yang bertengger di area parkir, mengambil kotak makanan serta beberapa camilan yang tersedia di dalam sana. Kemudian, dia kembali menghampiri Mireya. “Ini untukmu.” Mireya yang masih duduk di trotoar segera mendongak, mendapati Mervyn sudah berdiri di hadapannya sembari menyodorkan beberapa makanan. “Makanlah!” ucap Mervyn lembut. Ada segaris senyuman di ujung bibir yang sengaja dia tunjukkan demi membuat Mireya nyaman berada di dekatnya. Jujur, Mireya ragu untuk menerima pemberian Mervyn—terlebih lagi, dia masih ingat bagaimana cara Mervyn berpikir tentang dirinya yang dinilai hanya memanfaatkan kebaikan Sania. Bukankah a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status