“Dimana dia? Bakalan aku cincang tu orang!”
Celin menggerutu sambil melihat ke semua sudut cafe.Celin baru saja menyelesaikan interviewnya di salah satu hotel ternama. Setelah interview, Kamila, salah satu sahabat memintanya bertemu.Celin menyeringai saat melihat dua orang yang terlihat sangat mirip itu duduk di paling ujung dekat jendela. Saat dia sudah dekat, Celin tidak segan untuk memukul kepala salah satu wanita, tidak terlalu keras karena dia juga memiliki perasaan tetapi bisa membuat wanita yang dia pukul itu menjerit kesakitan.“Awww!” jerit Kamila sambil memegang kepalanya.Bukan hanya Kamila yang menjerit kesakitan, Karmel yang menjadi kembaran Kamila pun sangat kaget ketika Celin memukul kepala kembarannya.Kamila menatap Celin dengan tatapan seperti ingin menerkamnya, sedangkan Celin tanpa bersalah dia duduk di samping Kamila.“Kenapa kamu pukul kepala aku sih? Kamu mau bikin aku geger otak tau gimana? Tanya Kamila tidak terima kalau kepalanya dipukul.Celin mengambil minuman yang ada di depan Kamila. “Bagus deh kalau kepala kamu geger otak!” jawab Celin dengan tatapan kesalnya.“Lagian kamu kenapa sih Lin main pukul kepada kakak aku?” tanya Karmel.Celin menghela nafasnya.“Salah kakak kamu sendiri yang udah nakut-nakutin aku!” gerutu Celin.Kamila yang awalnya merasa kesal karena kepalanya dipukul dia langsung tertawa, dia langsung mengerti apa yang dibicarakan oleh Celin. “Jadi kamu percaya sama omongan aku?” cemooh Kamila sambil tertawa. “Iya! Gara-gara kamu aku jadi gugup setelah mati tau gak!”Bagaimana tidak, semalam Kamila mengotori pikirannya tentang betapa mengerikannya interview user. Tetapi pada kenyataannya, tidak semengerikan itu.“Ya maaf, aku pikir kamu gak bakalan mudah percaya aja sama apa yang aku omongin,” jawab Kamila sambil menahan tawanya.Celin menganggukkan kepalanya, seharusnya dia tidak percaya dengan Kamila yang memiliki sifat jahil seperti ini. “Yaudah lupain aja! kalian berdua mau ngapain ngajakin aku buat ketemu hari ini?” Kamila dan Karmel saling bertatapan, hal itu membuat Celin penasaran dan curiga. “Ada apa sih?”Kamila tiba-tiba menggenggam tangannya, Celin semakin dibuat kebingungan. “Aku mau minta bantuan kamu, Lin!”Celin mengerutkan keningnya. “Bantuan apa?”“Gini….. Kamu mau gak bantuin aku buat ketemu sama cowok pilihan papah aku?”Celin menarik tangannya yang digenggam oleh Kamila. “Enggak ah aku gak mau, ngapain juga ketemu sama cowok yang aku sama sekali gak kenal dia!” tolak Celin.Kamila menggenggam tangan Celin kembali. “Please bantuin aku, kali ini aja!” “Kenapa kamu gak minta bantuan Karmel aja sih?” tanya Celin sambil menunjuk kepada Karmel yang sibuk meminum minumannya.Karmel yang mendengar itu pun langsung berbicara. “Aku juga gak mau, ini bukan pertama kalinya aku gantiin kak Kamila buat ketemu sama cowok pilihan papah. Aku gak mau ujungnya aku bakalan bertengkar sama Mike dan aku gak mau hubungan aku hancur cuma gara-gara bantuin kak Kamila!”“Tuh kan adik aku satu-satunya ini itu tega sama aku Lin, dia gak mau bantuin!” adu Kamila pada Celin.Celin menggelengkan kepalanya. Dia sangat tidak mengerti dengan jalan pikiran Kamila yang dari jaman sekolah sampai sekarang dia sudah bekerja di perusahaan papahnya, dia sama sekali tidak mau berpacaran.“Gak! Aku tetap gak mau. Lagian apa susahnya sih kamu temuin dulu, siapa tau kalau kamu udah ketemu dengan dia kamu bakalan suka!”Kamila menggelengkan kepalanya. “Gak! Kamu tau kan kalau aku itu gak mau pacaran apalagi dengan paksaan seperti ini. Aku mau jatuh cinta sendiri tanpa harus dijodohkan! Jadi please bantuin aku Lin!”Celin menatap Kamila yang menatapnya penuh harapan, lalu tatapannya berpindah pada Karmel yang ada di depannya. Dia menganggukkan kepalanya kepada Celin.“Aku gak mau Kamila, kalau misalnya papah kamu tau nanti aku yang bakalan kena omelannya!” Celin memang sudah dekat dengan papah Kamila dan Karmel.“Aku bakalan ngasih kamu imbalan berapa pun yang kamu minta, aku pasti bakalan ngasih!” bujuk KamilaCelin merasa tersinggung dengan ucapan Kamila. “Kamu kira aku apaan? Kamu pikir aku mau ngelakuin apapun demi uang gitu?” tanya Celin. “Jangan mentang-mentang kamu banyak uang jadi kamu bisa bayar orang!”“Enggak bukan gitu maksud aku!” ujar Kamila merasa bersalah pada Celin, dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung perasaaan Celin. “Please bantuin aku, kali ini aja!”“Iya kamu bantuin dulu kakak aku Lin, cuma sekali ini aja kok dan kamu gak bakalan ngelakuin hal yang sama lagi!”“Kalau papah kalian tau gimana?”“Kita yang bakalan tanggung jawab!”((((Celin berjalan menuju rumahnya, dia terpaksa berjalan karena lokasi rumahnya yang jauh dari jalan. Selama berjalan, Celin terus memikirkan permintaan Kamila yang belum dia setujui.Celin sebentar lagi akan sampai di depan rumahnya tapi, dia mendengar suara gaduh. Saat Celin melihat asal suara gaduh tersebut, ternyata suara gaduh itu berasal dari dua orang yang ada depan rumahnya.Yang membuat Celin kaget adalah, dua orang yang menggunakan baju serba hitam itu sedang membentak kedua orang tuanya.Karena penasaran, Celin langsung menghampiri mereka. “Ada apa ini bu, pak?” tanya Celin pada orang tuanya. “Mereka siapa?”“Saya gak mau tau, hutang kalian berdua harus dibayar hari ini juga!” tunjuk salah seorang pria bertubuh kekar kepada bapak Celin.Celin terdiam kaget. Dia sama sekali tidak mengetahui kalau kedua orang tuanya memiliki hutang kepada dua orang pria berjaket hitam ini. “Hutang? Bapak sama ibu punya hutang apa sama mereka?” kedua orang tua Celin diam tidak menjawab pertanyaan. “Berapa hutang kedua orang tua saya?”“Sepuluh juta dan saya ingin uang saya kembali hari ini juga!”Celin syok saat mendengar nominal uang yang dipinjam oleh kedua orang tuanya. Uang sepuluh juta sangatlah besar baginya, bahkan sekarang dia tidak mempunyai uang sebesar itu.“Pak saya mohon, kasih saya waktu untuk melunasi hutang saya. Saya janji akan melunasinya!” bujuk ibu Celin.Pria yang satunya lagi berdecak pinggang sambil melangkah satu langkah ke depan.“Minggu lalu kalian berdua meminta waktu satu minggu dan kalian berjanji akan melunasi hutang kalian. Tapi sekarang kalian malah minta waktu lagi?” pria itu menggelengkan kepalanya.“Saya tidak mau tau, pokoknya hari ini kalian harus membayar hutang kalian!”Celin langsung mendekati pria itu lalu menggenggam tangannya.“Pak saya mohon pak, beri kami waktu untuk melunasi hutang orang tua saya pak. Saya janji, kali ini saya akan melunasinya, tolong beri saya waktu pak!” kata Celin dengan tatapan sendunya, berharap mendapat kasian dari orang itu.Pria itu menarik tangannya paksa. “Baiklah saya kasih waktu kalian satu minggu untuk melunasi hutang kalian. Kalau tidak saya akan mengambil semua barang yang ada di dalam rumah kalian!”Setelah berhasil mengacak-acak rumahnya, orang-orang itu pun pergi dengan wajah menyeramkan.Celin menatap tajam kedua orang tuanya yang tepat duduk di sampingnya. Celin sungguh tidak menyangka kalau kedua orang tuanya meminjam uang pada rentenir.“Bapak sama ibu gak mau jelasin sama aku?” tanya Celin sambil melipat kedua tangannya di dada. “Bagaimana bisa kalian punya hutang sama rentenir? Tolong jelasin sama aku pak, bu!”Adik Celin yang bernama Kevin itu menyadari kalau kakaknya sedang menahan emosinya, dia langsung mendekat dan duduk disamping kakaknya.“Kak sabar kak, ibu sama bapak pasti ada alasannya!” ucap Kevin.“Diem Vin!”Celin geram melihat kedua orang tuanya yang masih terdiam, lalu tatapannya berpindah pada bapaknya.“Pak!”“Kami emang punya alasan kenapa kami meminjam uang pada rentenir itu!” kata Rahman bapak Celin.“Kamu tau usaha warung makan kita sekarang ini sepi, kamu juga tau kalau bapak sama ibu harus membiayai adik kamu yang masih sekolah. Itu alasan kami kenapa harus minjam ke rentenir!”Celin menggelengkan kepalanya, dia tetap tidak bisa menerima. “Tapi kan bapak sama ibu bisa bilang sama aku!”“Bagaimana? Kalau pun kami berbicara tentang hal ini sama kamu, kamu belum bisa bantu kami Celin. Itu semua percuma saja! Ibu tidak masalah kamu marah, karena itu sudah hak kamu sebagai anak tertua!”Celin tiba-tiba merasa bersalah kepada kedua orang tuanya. Di saat semua yang berusia seperti dirinya sudah mendapatkan pekerjaan, tetapi dirinya sampai saat ini pun belum diterima di perusahaan.Celin menghela nafasnya, lalu dia mendekat kepada kedua orang tuanya. Dia memeluk kedua orang tuanya dengan sangat erat.“Bu, pak. Maafin Celin, karena Celin belum bisa bantu kalian. Bahkan sampe saat ini Celin masih mencari kerja!” kata Celin sambil meneteskan air matanya. Dia merasa bersalah karena sempat berfikir yang tidak baik kepada kedua orang tuanya.“Celin janji, setelah ini Celin bakalan bantu bapak sama ibu buat ngelunasin hutang itu!”Detik itu, Celin langsung teringat dengan ajakan Kamila, tetapi dia juga merasa ragu dengan ajakan temannya itu, dengan melakukan hal seperti itu sama aja dengan dia menipu orang lain dan juga papah Kamila. Celin mengambil handphone-nya, lalu pergi ke luar dari rumah untuk menelepon Kamila. Celin sangat terpaksa melakukan hal ini demi kedua orang tuanya. “Mila, aku mau bantuin kamu. Tapi aku juga mau kamu bantuin aku!”Pagi kemarin, Celin mendapatkan kabar kalau dia sudah diterima di Hotel tempat dia melamar. Tentu saja hal itu membuat Celin beserta keluarganya senang. Saat ini Celin sedang bersiap-siap untuk menjalani hari pertamanya sebagai pegawai hotel.Saat hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba handphone yang ada didalam tasnya berbunyi. Saat melihat nama yang ada dilayar handphonenya Celin merasa malas untuk mengangkat telepon itu, tetapi dia tetap menekan tombol hijau. “Apa?” ketus Celin.“Biasa aja dong!” jawab Kamila. “Cepetan kamu mau ngomong apa Mil? Bentar lagi aku mau kerja soalnya!” gerutu Celin. “Kamu udah keterima di hotel kemarin?” tanya Kamila, “Selamat yah, akhirnya kamu gak jadi pengangguran lagi!” ucap Kamila dia turut senang. “Iya makasih Kamila! Cepetan kamu mau ngomong apa, aku gak mau telat cuma gara-gara nerima telepon dari kamu!” “Tenang aja, aku cuma mau ngingetin kamu jangan sampe lupa dengan janji kita hari ini. Kamu bakalan ketemu sama cowok pilihan papah aku nan
“Mati aku!” gumam Celin. Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi. Dia adalah anak dari pemilik hotel tempat dia bekerja.“Kamila!”“Ah, iya!” ucap Celin sambil tersenyum.Celin berusaha untuk menutupi rasa kagetnya. “Aduh gimana ini, masa aku nipu anak bos aku sendiri? Ah enggak enggak enggak, aku pasti bisa, lagian aku gak bakalan ketemu dia kalaupun kita ketemu dia pasti gak bakalan ngenalin aku secara si kembar dandanin aku secantik ini jadi dia gak bakalan ngenalin aku. Aku harus inget apa yang diucapkan oleh Kamila tadi!”Lalu Celin membuka blazer yang dia kenakan dan hanya memperlihatkan baju tanpa lengan saja. Seperti yang Celin harapkan, wajah lelaki yang ada didepannya itu tampak terkejut. Lalu Celin berdiri mendekati Adimas, dia mencondongkan badannya dan dengan sengaja dia mencium pipi Adimas. “Ya ampun, ini pertama kalinya aku lakuin hal seperti ini!” gerutu Celin di dalam dirinya. Tapi
Celin akhirnya bisa meloloskan dirinya, dia berlari menuju lift dan menggerutu karena liftnya sangat lama. “Cepet dong bukanya cepet dong!”Saat lift terbuka celin langsung masuk ke dalam dan dia asal memencet tombol, lalu setelah dia keluar dia langsung menuju toilet yang tidak dia sadari kalau itu adalah toilet khusus pria.Nafas celin terengah-engah. “Capek banget! ” Celin menumpu tangannya di wastafel. “Karena panik aku langsung lari. Gimana caranya biar aku bisa ngehindarin dia yah?” lalu Celin melihat tampilan rambutnya di depan kaca yang tampak berantakkan. “"Aduh jadi berantakan gini lagi!” Celin melepaskan jepitan rambutnya, dan sedikit menata rambutnya terlebih dahulu sambil melihat ke arah belakang melalui kaca. Celin membulatkan matanya saat dia melihat tempat pria membuang air kecil. Lalu dia membalikkan badannya untuk memastikan bahwa penglihatannya salah. Saat mengetahui kalau itu benar, Celin langsung menutup kedua mulutnya.((((“Keadaan bu Mega bagaimana, Pak, s
Adimas yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum. Dia dengan tergesa-gesa menyusul kedua orang itu dan langsung meraih tangan Celin. “Maaf dia sedang berkencan dengan saya!” “Saya pacar Kamila, jadi pengawal gak usah sok ngaku-ngaku jadi pacar Kamila!” tegas Kevin.Adimas tertawa, “Pacar? Kamila sendiri pernah mengakui kalau dia tidak punya pacar!”Celin membulatkan matanya, dia baru teringat kalau dia berbicara seperti itu kepada Adimas. “Itu kemarin, dan hari ini dia pacar aku!” mendengar jawaban dari Celin membuat Adimas menahan tawanya.“Tuh denger, anda siapa hah?”“Saya teman kencannya sekarang, karena papahnya ingin Kamila menikah dengan saya!” Adimas berusaha untuk menarik Celin dari rangkulan Kevin sedangkan Kevin dia tetap merangkul Celin, sehingga terjadilah adegan tarik menarik yang membuat Celin merasa kesakitan dibagian tangan dan bahunya. Celin yang sudah tidak tahan pun memilih untuk menarik paksa tangannya yang digenggam oleh Adimas. “Stop!” Celin mengus
Adimas sudah melihat semua cctv, tentu saja hal itu membuat dia kesal karena dugaan dia benar. Lydia masuk ke dalam rumahnya, walaupun tidak tau apa yang telah diperbuat oleh wanita itu, tapi Adimas yakin kalau Lydia telah berbuat sesuatu terhadap mamahnya sehingga penyakit jantung mamahnya kembali.Adimas memperhatikan selang influsan yang ada disampingnya, memastikan kalau itu berjalan lancar. “Dimas…” lirih bu Mega.Adimas segara duduk disamping ranjang mamahnya. “Mamah udah bangun? Mamah ngerasa sakit atau apa?” tanya Adimas.Bu Mega menggelengkan kepalanya, “Enggak kok!” jawab bu Mega, “Kenapa kamu jam segini belum tidur nak?”Adimas tersenyum pada mamahnya, “Dimas mau jagain mamah di sini!”“Kamu harus istirahat, kamu pasti capek nak!” Adimas menggelengkan kepalanya, “Enggak kok mah, Dimas sama sekali gak capek!”Bu Mega meraih tangan Adimas, dia mengusap-ngusap tangan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Makasih yah nak!” Adimas tersenyum sambil menganggukkan kepalany
Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Ka
Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.“Terpaksa!” jawab Adimas malas.Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”((((Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak me
Celin terengah-engah karena tadi dia berlari untuk menghalangi liftnya tertutup. Saat dia berhasil menghalangi pintu lift itu dengan kakinya, Celin tersenyum karena dia tidak perlu menghantarkan ponsel milik tamu itu keatas. “Syukurlah!” Celin sedikit membereskan bajunya yang kusut akibat dia berlari barusan.Pintu lift pun terbuka, menampilkan tiga orang lelaki ada di dalam. Senyuman Celin langsung hilang saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Adimas yang berada di dalam lift. Celin langsung saja sedikit menundukkan kepalanya dan memiringkan kepalanya agar Adimas tidak dapat melihat wajah Celin. “P…pak, ini…. Ini ponsel bapak ketinggalan di lobby!” kata Celin, dia sangat gugup bertemu dengan Adimas/Celin tetap berdiri didepan lift. Lalu tamu itu pun menghampiri Celin. “Ah iya, makasih karena sudah menghantarkan ponsel saya!” ucap tamu.Celin sedikit melirik ke arah Adimas yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. “Iya pak, sama-sama! Kalau begitu saya permisi dulu!” setelah memb
“Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe
Tanpa pikir panjang Adimas pun langsung menelepon balik, tak lama panggilannya diangkat. “Pak, bapak kemana aja? Saya nungguin bapak dari tadi!”Adimas mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu menunggu saya Kamila?”Adimas tentu saja sangat bingung dan keheranan kenapa Kamila palsu memanggilnya dengan sebutan “pak”. Hal itu membuat Adimas menaruh curiga kepada Celin. “Hallo?” panggil Adimas karena Celin hanya diam tidak merespon.“Ah…. Salah sambung!” jawab Celin.Adimas mengangkat satu alisnya, “Salah sambung?”“I…iya salah sambung! Mohon maaf, aku tutup teleponnya dulu!” Celin langsung mematikan panggilan teleponnya.“Eh tunggu!” tapi panggilan telepon itu sudah terputus. Adimas masih menatap layar handphone dengan kerutan di keningnya. “Ada apa dengan dia?” tak lama, Adimas pun tersenyum miring. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.((((“Bodoh, bodoh, bodoh!” gerutu Celin pada dirinya sendiri, “Gimana aku bisa lupa coba kalau pak Adimas tau nomor aku kan sebagai Kamila, lalu dengan bodohn
Adimas hendak pergi ke tempat pembukaan hotel tersebut, tapi dia mendapatkan kiriman video dari Zidan yang dimana isi dari video tersebut adalah percakapan Lydia dengan mamahnya.Adimas yang tersurut emosinya pun saat melihat mamahnya terlihat sekali tertekan. “Sialan!” umpat Adimas. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya, bukan untuk pergi ke hotel barunya, melainkan ke bandara. Tapi sebelum itu, dia sempat menyuruh Zidan untuk memberitahu kepada pengatur acara kalau dia tidak akan datang dan akan di wakilkan oleh Celin.((((Celin mondar-mandir sambil menggingit jarinya. “Lama banget sih, perasaan deket deh tempat nginepnya!” gerutu Celin. “Jangan bikin saya khawatir dong pak!” Celin menatap kearah depan, dia sangat berharap kalau Adimas datang saat ini juga. “Kenapa belum datang juga sih?”Celin langsung mengeluarkan handphonenya, untuk menelepon Adimas tanpa dia ingat kalau dia sangat menghindari hal itu. Tapi sayangnya, Adimas sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana s
Adimas menatap Celin. “Dorong mobil ini! Mobil ini mogok!”“Hah? Dorong mobil?”Celin menatap Adimas, dia sama sekali tidak habis pikir dengan manajernya ini. Masa dia menyuruh seorang wanita untuk mendorong mobil. “Loh kok saya yang dorong pak? Saya mana kuat buat dorong mobil pak!”“Kalau saya yang dorong, terus siapa yang nyertir mobilnya?” Pertanyaan dari Adimas membuat Celin diam. “Saya bisa nyetir pak!” jawab Celin. Sedangkan Adimas, dia menatap Celin ragu. “Serius pak, saya bisa cuma emang gak punya mobil jadi gak pernah bawa mobil pak!” curhat Celin.Adimas menatap ke jalanan depan, ternyata tak jauh dari sana Adimas melihat ada bengkel mobil. “Yasudah, kamu masuk ke dalam biar saya yang coba dorong!” ucap Adimas.“Serius pak?” Celin memastikan.Adimas menunjukkan ke arah bengkel mobil, “Di sana ada bengkel! Cepetan kamu masuk ke dalam, setir yang bener!”“Iya pak!” Celin pun masuk ke dalam mobil.Walaupun jarak bengkel mobil itu terbilang dekat, tetapi karena hanya Adimas s
Adimas berdecih saat melihat Kamila masih saja diam tidak berbicara, dia lalu melipat kedua tangannya di dada. “Jawab pertanyaan saya!”Kamila tersentak, dia berusaha untuk menelan ludahnya tapi Kamila mengalami kesulitan. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. “Emm… begini!” Kamila menjadi sangat gugup sekali.Adimas melipat kedua tangannya di dada. “Silahkan!”Kamila menarik nafasnya panjang. Lalu dia melirik kea rah Zidan yang sama-sama sedang menatapnya. “Saya…” Kamila menggelengkan kepalanya, “Wanita yang menggantikan saya itu…..” jeda Kamila. “Wanita itu adalah….. teman saya!” jawab Kamila. Dia langsung merasa sangat lemas, dengan terpaksa Kamila jujur karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk dia berbohong lagi.Adimas memiringkan kepalanya, “Teman kamu? Siapa nama dia?” tanya Adimas.Kamila langsung menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah mengakui kalau itu bukan dia tapi Kamila tidak akan pernah memberitahu nama Celin. Kamila juga tidak ingin kalau Celin
Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men
Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E
Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan
Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan