Pagi kemarin, Celin mendapatkan kabar kalau dia sudah diterima di Hotel tempat dia melamar. Tentu saja hal itu membuat Celin beserta keluarganya senang.
Saat ini Celin sedang bersiap-siap untuk menjalani hari pertamanya sebagai pegawai hotel.Saat hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba handphone yang ada didalam tasnya berbunyi. Saat melihat nama yang ada dilayar handphonenya Celin merasa malas untuk mengangkat telepon itu, tetapi dia tetap menekan tombol hijau.“Apa?” ketus Celin.“Biasa aja dong!” jawab Kamila. “Cepetan kamu mau ngomong apa Mil? Bentar lagi aku mau kerja soalnya!” gerutu Celin. “Kamu udah keterima di hotel kemarin?” tanya Kamila, “Selamat yah, akhirnya kamu gak jadi pengangguran lagi!” ucap Kamila dia turut senang. “Iya makasih Kamila! Cepetan kamu mau ngomong apa, aku gak mau telat cuma gara-gara nerima telepon dari kamu!” “Tenang aja, aku cuma mau ngingetin kamu jangan sampe lupa dengan janji kita hari ini. Kamu bakalan ketemu sama cowok pilihan papah aku nanti sore jam 5, awas kalau lupa!”Celin sangat terpaksa menerima ajakan Kamila karena hanya itu jalan satu-satunya agar dia bisa dengan cepat mendapatkan uang untuk membantu kedua orang tuanya.“Iya bawel deh ah. Aku tutup dulu!”Walaupun Kamila masih berbicara, Celin langsung menutup teleponnya. Bisa Celin pastikan kalau temannya itu menggerutu tidak jelas kepadanya.Tetapi Celin tidak mempermasalahkan hal itu, hari pertama dia kerja tidak boleh ada masalah sedikit pun, dia harus menampilkan citra yang baik didepan para karyawan dan atasannya.((((Saat sudah sampai di hotel tempat Celin kerja, dia dan para karyawan baru mendapatkan beberapa pengarahan dari para atasan. Setelah itu mereka semua dibawa ke tempat masing-masing dan Celin ditempatkan di bagian lobby, karena dia memang melamar pada posisi tersebut.Celin mendapatkan beberapa teman baru dan juga satu atasan yang memang berjaga disana. Walaupun atasannya itu memiliki wajah yang jutek tetapi pada saat berbicara dengannya Celin dapat merasakan kalau dia adalah orang yang baik.“Bu, kata karyawan yang lain kalau hari ini anak dari CEO kita bakalan datang?” kata Vina.Bu Rahma menganggukkan kepalanya, “Iya, dia bakalan jadi manager disini. Nanti kita juga bakalan ke aula buat nyambut dia!”“Lalu yang jaga lobby siapa bu?” tanya Jihan. “Celin anak baru ikut juga gak bu?”“Kita semuanya ikut, paling acaranya sebentar kok!”“Bu, boleh saya izin ke toilet dulu?”Bu Rahma menganggukkan kepalanya, “Silahkan, tapi jangan lama-lama acaranya akan dimulai bentar lagi!”“Iya bu!”Celin pergi ke toilet karena dia ingin membuang air kecil. Setelah dia selesai, Celin tidak sengaja melihat seseorang yang sedang mendorong seorang ibu-ibu yang ada di kursi roda menuju keluar hotel sambil bercanda tawa.Ibu tersebut tampak pucat sekali, tapi dia tetap tertawa mendengar ucapan dari laki-laki itu.Celin tersenyum melihat pemandangan itu. “Ternyata laki-laki yang tampan dan baik seperti itu masih ada di dunia ini!” gumam Celin.Dia melihat ke jam tangan yang ada di pergelangan tangannya dan langsung buru-buru untuk menuju aula.Celin dan teman-temannya pun kini sedang duduk di dalam aula. Sudah banyak karyawan lainnya yang sedang menunggu kedatangan anak dari pemilik hotel ini.Lalu tak lama kemudian pintu aula yang awalnya tertutup itu pun terbuka. Hal itu membuat semua orang yang ada di dalam aula langsung berdiri.Ada dua orang yang masuk ke dalam saru orang berjalan di depan dan yang satunya lagi berjalan di belakang. Dapat Celin tebak kalau dua orang itu adalah anak CEO dan asistennya.Celin membulatkan matanya saat dia melihat orang yang berjalan di depan itu adalah laki-laki yang dia lihat dari sedang mendorong ibu-ibu, Celin sangat tidak menyangka kalau dia adalah anak CEO hotel ini.Celin merasa kagum dengan lelaki yang mulai menaiki panggung yang ada di depannya tersebut. “Selamat Siang semuanya, perkenalkan namanya Adimas Putra manajer baru di Hotel ini!”Bahkan dari suaranya pun sangat nyaman masuk ke dalam telinga Celin.“Ganteng banget!” gumam Celin yang terpana melihat Adimas.Vina yang berada di samping Celin pun melirik pada Celin, “Sayangnya kita gak bisa milikin dia!”“Kejauhan banget sih, aku gak mikir sampe situ. Tapi pak manajer baru itu emang ganteng banget!” walaupun begitu, Celin berharap bisa mendapatkan lelaki seperti yang dia lihat didepan.((((Setelah menyelesaikan pekerjaan barunya, Celin pun sudah pulang. Tapi karena dia memiliki janji dengan si kembar, Celin pun menemui mereka berdua di salah satu butik.“Kamu lama banget sih Lin!” gerutu Kamila.Celin yang baru saja duduk di sofa itu pun menatap Kamila dengan tatapan kesal. “Maklum aja namanya juga Jakarta, kalau karyawan pada pulang ya macet. Gak ngerti amat sih!”“Udah-udah, ini bukan waktunya kita berantem. Waktu kita gak lama, ayok mulai!”Mereka bertiga langsung memilih baju apa yang akan dipakai lebih tepatnya hanya Karmel dan Kamila yang sibuk memilihkan baju untuknya, sedangkan Celin hanya mengikuti kemauan mereka saja dan setelah memilih baju selesai, mereka berdua mulai mendandani Celin.Belum apa-apa Celin sudah merasa capek, bagaimana tidak memilih baju sampai make up pun harus memakan waktu sampai berjam-jam sedangkan hal yang sering dia lakukan itu tidak pernah memakan waktu satu jam.Kini Celin dan si kembar pun sudah berdiri di depan salah satu cafe yang di mana dia akan bertemu dengan lelaki yang menjadi pilihan papahnya Kamila tersebut.“Harus natural, inget kata-kata aku dan jangan sampe gagal!” titah Kamila.“Iya!” sejujurnya Celin sangat gugup sekali. Ini kali pertama dia melakukan hal seperti ini.Celin pun masuk ke dalam cafe tersebut. Tidak ada orang di cafe itu karena laki-laki yang akan dijodohkan dengan Kamila tersebut telah memesan cafe ini. Laki-laki itu terlalu niat sekali untuk sebuah pertemuan dengan wanita yang sama sekali belum dia kenal.Celin memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di dekat jendela dan melihat ke arah jalanan sambil menyemangati dirinya di dalam hati kalau dia bisa melakukannya dengan lancar agar kedua orang tuanya mendapatkan uang untuk melunasi hutang-hutangnya.Karena terlalu fokus dengan pikirannya, Celin bahkan tidak menyadari kalau ada seorang lelaki yang sedang berdiri di depannya.“Kamila Sanja?”Celin yang sadar pun langsung mengalihkan pandangannya. “Iya saya Kamila San…….ja,”Celin begitu terpaku saat melihat laki-laki yang ada didepannya itu, dia menarik kursi yang ada di depan Celin. “Saya Adimas Putra!”“Mati aku!”Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi.“Mati aku!” gumam Celin. Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi. Dia adalah anak dari pemilik hotel tempat dia bekerja.“Kamila!”“Ah, iya!” ucap Celin sambil tersenyum.Celin berusaha untuk menutupi rasa kagetnya. “Aduh gimana ini, masa aku nipu anak bos aku sendiri? Ah enggak enggak enggak, aku pasti bisa, lagian aku gak bakalan ketemu dia kalaupun kita ketemu dia pasti gak bakalan ngenalin aku secara si kembar dandanin aku secantik ini jadi dia gak bakalan ngenalin aku. Aku harus inget apa yang diucapkan oleh Kamila tadi!”Lalu Celin membuka blazer yang dia kenakan dan hanya memperlihatkan baju tanpa lengan saja. Seperti yang Celin harapkan, wajah lelaki yang ada didepannya itu tampak terkejut. Lalu Celin berdiri mendekati Adimas, dia mencondongkan badannya dan dengan sengaja dia mencium pipi Adimas. “Ya ampun, ini pertama kalinya aku lakuin hal seperti ini!” gerutu Celin di dalam dirinya. Tapi
Celin akhirnya bisa meloloskan dirinya, dia berlari menuju lift dan menggerutu karena liftnya sangat lama. “Cepet dong bukanya cepet dong!”Saat lift terbuka celin langsung masuk ke dalam dan dia asal memencet tombol, lalu setelah dia keluar dia langsung menuju toilet yang tidak dia sadari kalau itu adalah toilet khusus pria.Nafas celin terengah-engah. “Capek banget! ” Celin menumpu tangannya di wastafel. “Karena panik aku langsung lari. Gimana caranya biar aku bisa ngehindarin dia yah?” lalu Celin melihat tampilan rambutnya di depan kaca yang tampak berantakkan. “"Aduh jadi berantakan gini lagi!” Celin melepaskan jepitan rambutnya, dan sedikit menata rambutnya terlebih dahulu sambil melihat ke arah belakang melalui kaca. Celin membulatkan matanya saat dia melihat tempat pria membuang air kecil. Lalu dia membalikkan badannya untuk memastikan bahwa penglihatannya salah. Saat mengetahui kalau itu benar, Celin langsung menutup kedua mulutnya.((((“Keadaan bu Mega bagaimana, Pak, s
Adimas yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum. Dia dengan tergesa-gesa menyusul kedua orang itu dan langsung meraih tangan Celin. “Maaf dia sedang berkencan dengan saya!” “Saya pacar Kamila, jadi pengawal gak usah sok ngaku-ngaku jadi pacar Kamila!” tegas Kevin.Adimas tertawa, “Pacar? Kamila sendiri pernah mengakui kalau dia tidak punya pacar!”Celin membulatkan matanya, dia baru teringat kalau dia berbicara seperti itu kepada Adimas. “Itu kemarin, dan hari ini dia pacar aku!” mendengar jawaban dari Celin membuat Adimas menahan tawanya.“Tuh denger, anda siapa hah?”“Saya teman kencannya sekarang, karena papahnya ingin Kamila menikah dengan saya!” Adimas berusaha untuk menarik Celin dari rangkulan Kevin sedangkan Kevin dia tetap merangkul Celin, sehingga terjadilah adegan tarik menarik yang membuat Celin merasa kesakitan dibagian tangan dan bahunya. Celin yang sudah tidak tahan pun memilih untuk menarik paksa tangannya yang digenggam oleh Adimas. “Stop!” Celin mengus
Adimas sudah melihat semua cctv, tentu saja hal itu membuat dia kesal karena dugaan dia benar. Lydia masuk ke dalam rumahnya, walaupun tidak tau apa yang telah diperbuat oleh wanita itu, tapi Adimas yakin kalau Lydia telah berbuat sesuatu terhadap mamahnya sehingga penyakit jantung mamahnya kembali.Adimas memperhatikan selang influsan yang ada disampingnya, memastikan kalau itu berjalan lancar. “Dimas…” lirih bu Mega.Adimas segara duduk disamping ranjang mamahnya. “Mamah udah bangun? Mamah ngerasa sakit atau apa?” tanya Adimas.Bu Mega menggelengkan kepalanya, “Enggak kok!” jawab bu Mega, “Kenapa kamu jam segini belum tidur nak?”Adimas tersenyum pada mamahnya, “Dimas mau jagain mamah di sini!”“Kamu harus istirahat, kamu pasti capek nak!” Adimas menggelengkan kepalanya, “Enggak kok mah, Dimas sama sekali gak capek!”Bu Mega meraih tangan Adimas, dia mengusap-ngusap tangan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Makasih yah nak!” Adimas tersenyum sambil menganggukkan kepalany
Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Ka
Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.“Terpaksa!” jawab Adimas malas.Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”((((Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak me
Celin terengah-engah karena tadi dia berlari untuk menghalangi liftnya tertutup. Saat dia berhasil menghalangi pintu lift itu dengan kakinya, Celin tersenyum karena dia tidak perlu menghantarkan ponsel milik tamu itu keatas. “Syukurlah!” Celin sedikit membereskan bajunya yang kusut akibat dia berlari barusan.Pintu lift pun terbuka, menampilkan tiga orang lelaki ada di dalam. Senyuman Celin langsung hilang saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Adimas yang berada di dalam lift. Celin langsung saja sedikit menundukkan kepalanya dan memiringkan kepalanya agar Adimas tidak dapat melihat wajah Celin. “P…pak, ini…. Ini ponsel bapak ketinggalan di lobby!” kata Celin, dia sangat gugup bertemu dengan Adimas/Celin tetap berdiri didepan lift. Lalu tamu itu pun menghampiri Celin. “Ah iya, makasih karena sudah menghantarkan ponsel saya!” ucap tamu.Celin sedikit melirik ke arah Adimas yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. “Iya pak, sama-sama! Kalau begitu saya permisi dulu!” setelah memb
“Acaranya sekitar dua minggu lagi, kamu akan menemani pak Adimas disana!” ujar Bima.“Pak Adimas?” Celin berusaha menyadarkan dirinya kalau dia salah dengar nama.“Iya betul!” Celin merasakan kalau jantungnya akan copot sekarang juga. Dari kemarin dia berusaha untuk menghindari laki-laki itu, tapi dia malah disuruh untuk menemani Adimas.((((Celin terduduk lemas. Dia masih berpikir bagaimana dia bisa bersama dengan Adimas nanti. Celin menarik rambutnya. “Ahhhhh!” dia merasa pusing sekarang ditambah dengan ada rasa sedikit menyesal dia menggantikan Kamila yang membuat dia merasa pusing seperti ini.“Celin, kamu kenapa?” tanya ibu Celin.Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Celin sedang berada di warung milik keluarganya yang letaknya tidak jauh dari lokasi rumahnya. Celin yang sedang duduk menghadap ke etalase makanan pun langsung membalikkan badannya dan melihat ibunya sedang berdiri tepat di belakang. Celin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ah.. enggak kok bu, Cel
“Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe
Tanpa pikir panjang Adimas pun langsung menelepon balik, tak lama panggilannya diangkat. “Pak, bapak kemana aja? Saya nungguin bapak dari tadi!”Adimas mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu menunggu saya Kamila?”Adimas tentu saja sangat bingung dan keheranan kenapa Kamila palsu memanggilnya dengan sebutan “pak”. Hal itu membuat Adimas menaruh curiga kepada Celin. “Hallo?” panggil Adimas karena Celin hanya diam tidak merespon.“Ah…. Salah sambung!” jawab Celin.Adimas mengangkat satu alisnya, “Salah sambung?”“I…iya salah sambung! Mohon maaf, aku tutup teleponnya dulu!” Celin langsung mematikan panggilan teleponnya.“Eh tunggu!” tapi panggilan telepon itu sudah terputus. Adimas masih menatap layar handphone dengan kerutan di keningnya. “Ada apa dengan dia?” tak lama, Adimas pun tersenyum miring. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.((((“Bodoh, bodoh, bodoh!” gerutu Celin pada dirinya sendiri, “Gimana aku bisa lupa coba kalau pak Adimas tau nomor aku kan sebagai Kamila, lalu dengan bodohn
Adimas hendak pergi ke tempat pembukaan hotel tersebut, tapi dia mendapatkan kiriman video dari Zidan yang dimana isi dari video tersebut adalah percakapan Lydia dengan mamahnya.Adimas yang tersurut emosinya pun saat melihat mamahnya terlihat sekali tertekan. “Sialan!” umpat Adimas. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya, bukan untuk pergi ke hotel barunya, melainkan ke bandara. Tapi sebelum itu, dia sempat menyuruh Zidan untuk memberitahu kepada pengatur acara kalau dia tidak akan datang dan akan di wakilkan oleh Celin.((((Celin mondar-mandir sambil menggingit jarinya. “Lama banget sih, perasaan deket deh tempat nginepnya!” gerutu Celin. “Jangan bikin saya khawatir dong pak!” Celin menatap kearah depan, dia sangat berharap kalau Adimas datang saat ini juga. “Kenapa belum datang juga sih?”Celin langsung mengeluarkan handphonenya, untuk menelepon Adimas tanpa dia ingat kalau dia sangat menghindari hal itu. Tapi sayangnya, Adimas sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana s
Adimas menatap Celin. “Dorong mobil ini! Mobil ini mogok!”“Hah? Dorong mobil?”Celin menatap Adimas, dia sama sekali tidak habis pikir dengan manajernya ini. Masa dia menyuruh seorang wanita untuk mendorong mobil. “Loh kok saya yang dorong pak? Saya mana kuat buat dorong mobil pak!”“Kalau saya yang dorong, terus siapa yang nyertir mobilnya?” Pertanyaan dari Adimas membuat Celin diam. “Saya bisa nyetir pak!” jawab Celin. Sedangkan Adimas, dia menatap Celin ragu. “Serius pak, saya bisa cuma emang gak punya mobil jadi gak pernah bawa mobil pak!” curhat Celin.Adimas menatap ke jalanan depan, ternyata tak jauh dari sana Adimas melihat ada bengkel mobil. “Yasudah, kamu masuk ke dalam biar saya yang coba dorong!” ucap Adimas.“Serius pak?” Celin memastikan.Adimas menunjukkan ke arah bengkel mobil, “Di sana ada bengkel! Cepetan kamu masuk ke dalam, setir yang bener!”“Iya pak!” Celin pun masuk ke dalam mobil.Walaupun jarak bengkel mobil itu terbilang dekat, tetapi karena hanya Adimas s
Adimas berdecih saat melihat Kamila masih saja diam tidak berbicara, dia lalu melipat kedua tangannya di dada. “Jawab pertanyaan saya!”Kamila tersentak, dia berusaha untuk menelan ludahnya tapi Kamila mengalami kesulitan. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. “Emm… begini!” Kamila menjadi sangat gugup sekali.Adimas melipat kedua tangannya di dada. “Silahkan!”Kamila menarik nafasnya panjang. Lalu dia melirik kea rah Zidan yang sama-sama sedang menatapnya. “Saya…” Kamila menggelengkan kepalanya, “Wanita yang menggantikan saya itu…..” jeda Kamila. “Wanita itu adalah….. teman saya!” jawab Kamila. Dia langsung merasa sangat lemas, dengan terpaksa Kamila jujur karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk dia berbohong lagi.Adimas memiringkan kepalanya, “Teman kamu? Siapa nama dia?” tanya Adimas.Kamila langsung menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah mengakui kalau itu bukan dia tapi Kamila tidak akan pernah memberitahu nama Celin. Kamila juga tidak ingin kalau Celin
Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men
Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E
Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan
Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan