“Mati aku!” gumam Celin.
Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi.Dia adalah anak dari pemilik hotel tempat dia bekerja.“Kamila!”“Ah, iya!” ucap Celin sambil tersenyum.Celin berusaha untuk menutupi rasa kagetnya.“Aduh gimana ini, masa aku nipu anak bos aku sendiri? Ah enggak enggak enggak, aku pasti bisa, lagian aku gak bakalan ketemu dia kalaupun kita ketemu dia pasti gak bakalan ngenalin aku secara si kembar dandanin aku secantik ini jadi dia gak bakalan ngenalin aku. Aku harus inget apa yang diucapkan oleh Kamila tadi!”Lalu Celin membuka blazer yang dia kenakan dan hanya memperlihatkan baju tanpa lengan saja. Seperti yang Celin harapkan, wajah lelaki yang ada didepannya itu tampak terkejut.Lalu Celin berdiri mendekati Adimas, dia mencondongkan badannya dan dengan sengaja dia mencium pipi Adimas.“Ya ampun, ini pertama kalinya aku lakuin hal seperti ini!” gerutu Celin di dalam dirinya.Tapi agar rencananya sukses, dia akan melakukan cara ini agar dia terlihat seperti wanita yang tidak baik di hadapan Adimas.Adimas tentu saja dia sangat kaget dengan Celin yang tiba-tiba mencium pipinya. Hal itu membuat Adimas berdeham.“Kenapa? Kamu gak nyaman yah?” tanya Celin sambil kembali duduk. “Aku sering ngelakuin hal itu kalau ketemu sama cowok!”“Sering?”Celin menganggukkan kepalanya, “Itu udah jadi kebiasaan!” Celin merasa sangat gembira sekali setelah melihat raut wajah Adimas.Dia merasa kalau rencananya akan berjalan mulus. “Bisa langsung ke intinya saja, kenapa kamu mau dijodohkan dengan aku?” tanya Celin sambil mengibaskan rambutnya.Adimas sedikit berdeham, dia sedikit tidak nyaman dengan sikap Celin. “Karena saya harus melakukannya!”Lalu Celin tertawa keras.“Jujur aja nih yah, aku mau ngomong jujur sama kamu kalau kamu itu sama sekali bukan tipeku. Kamu itu jauh dari kata standar ketampanan menurutku! Lagian kalau aku nikah sama kamu, aku gak bakalan bisa ngelakuin kebiasaan aku lagi dan itu sangat merugikan buatku!” Adimas hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.“Bukannya hal itu lebih bagus, setidaknya kamu bisa melepas kebiasaan buruk kamu itu!”“Bagus menurut kamu? Kamu harus tau, aku gak bisa hidup dengan satu lelaki!” sanggah Celin “Pesen makanan dulu yah, aku laper dan setelah acara makan malam selesai aku harus ke hotel, aku mau ketemu sama pacarku!”Adimas tertawa pelan. “Silahkan, kebetulan saya juga belum makan malam dan kalau kamu mau ke hotel pun saya tidak masalah karena mungkin dia pacar kamu!”“Bukan pacar, tapi aku emang sering melakukan hal itu dengan dia!” ketus Celin.Walaupun dia merasa sangat degdegan, karena secara tidak langsung dia menjelekkan dirinya sendiri.Adimas hanya dapat melongo melihat Celin yang memesan makanan sangat banyak. “Kamu yakin bisa menghabiskan semua makanan ini?”Celin tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Tentu saja!” katanya.“Bagaimana bisa aku abisin makanan sebanyak ini? Tapi demi pertunangan itu gagal, aku bakalan bikin dia ilfeel!” gumam Celin di dalam hatinya.Celin benar-benar menghabiskan makanan yang ada di depannya dengan sangat tidak anggun. Celin makan makanan tersebut menggunakan tangannya bahkan sebelum makan pun Celin sempat menggaruk ketiaknya.Sedangkan Adimas dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Celin.Celin bersendawa dengan keras. “Kamu bayar makanan ini yah, aku pergi dulu!” kata Celin sambil berdiri.Saat berdiri sejajar dengan Adimas, dengan sengaja Celin menyentuh tangan Celin yang masih kotor.“Aduh maaf yah. Lagian baju lo gak banget sih jadinya cocok gue jadiin lap tangan aku!” Celin melupakan kalau orang yang dia perlakukan tidak baik itu adalah anak bosnya.“Oh iya, perjodohan ini kita batalin yah!” ujar Celin.Adimas tertawa hal itu membuat Celin mengerutkan keningnya.“Saya tau kamu melakukan hal seperti ini dengan sengaja karena kamu ingin membatalkan rencana orang tua kita!”Adimas lalu mengambil tisu yang ada di atas meja lalu dia berdiri dan membersihkan tangan Celin yang kotor, Celin sangat terpaku.“Boleh juga saya jujur, saya tidak mau dijodohkan. Tapi kali ini saya berubah pikiran dan saya tidak akan membatalkannya, kalau kamu masih ingin membatalkan perjodohan ini bagaimana kalau kita melakukan pendekatan dulu?”((((“Gimana?” tanya Kamila di panggilan video. “Gimana dengan rencana kita tadi? Sukseskan?”Celin merebahkan badannya di kasur dia melakukan panggilan video dengan si kembar.“Sukses apanya? Asal kamu tau aja, rencana kita itu gagal total!” gerutu Celin.“What? Kenapa bisa?” tanya Karmel heboh.“Aku kan udah ngasih tau kamu hal apa yang bikin cowok itu ilfeel!”Celin memutarkan matanya. “Aku udah ngelakuin apa yang kamu omongin tadi, aku juga udah cium dia udah bersikap seolah aku bukan wanita baik dan menggunakan kata kamu dan aku, tapi apa kenyataannya? Dia malah ngajakin aku buat ketemu lagi besok!”“What?” teriak Kamila dan Karmel. “Nah kan kamu juga kaget, yang paling penting itu adalah ciuman pertama aku!”“Ya Udahlah lagian bukan di bibir, besok kamu bikin dia ilfeel lagi aja. Nanti aku bakalan kasih saran lagi sama kamu apa yang bener-bener bakalan bikin dia gak suka sama kamu!” ucap Karmel.Celin merasa kesal dengan ucapan Karmel. Walaupun bukan di bibir, seenggaknya itu adalah hal yang baru pertama kali Celin lakukan apalagi dia mencium pipi laki-laki yang dia sama sekali tidak mengenalinya.“Nah bener, aku sama Karmel bakalan bantuin kamu. Gimanapun juga perjodohan ini harus batal!”((((“Celin!”“Iya Han?” tanya Celin pada Jihan. Saat ini Celin dengan Jihan sedang berjaga di lobby, sedangkan Vina dan juga Bu Rahma mereka berdua sedang dipanggil oleh atasan.“Nanti kan jam istirahat bagian bu Rahma sama Vina jaga lobby. Kita makan di kantin yah, aku gak mau sendirian soalnya!”Celin menganggukkan kepalanya, tidak mungkin juga dia menolak ajak Jihan. “Boleh!”Para tamu mulai berdatangan dan Celin pun mulai melakukan tugasnya.“Pak, bagaimana dengan kencan malam bapak tadi malam?” tanya Zidan asisten Adimas.Adimas yang sedang berjalan sambil melihat dokumen yang diberikan oleh Zidan. “Lancar!” jawab Dimas, lalu dia memberikan dokumen itu kembali kepada Zidan. “Kamu kosongkan jadwal saya sore ini!”Zidan kemudian memasukkan dokumen itu ke dalam tasnya. “Apa bapak ada janji kencan lagi?”Celin merasa dia sangat tidak asing dengan suara itu. Celin melihat ke arah depan dirinya, tak jauh dari tempat dirinya berdiri dia melihat manajernya dan juga asistennya yang terlihat berjalan menuju kearahnya.Seketika Celin langsung menundukkan wajahnya dan menutupinya dengan buku. “Iya saya membuat janji dengan dia, kamu saya tugaskan untuk berjaga di rumah!”Zidan menganggukkan kepalanya, sebagai asisten pribadi dia juga sudah terbiasa melakukan hal-hal pribadinya Adimas salah satunya adalah bergantian menjaga Bu Mega yang sedang sakit.“Baik pak!”Celin membulatkan matanya, dia mendengar percakapan itu.“Gimana ini? Gimana kalau dia ngenalin aku?” tanya Celin pada dirinya sendiri.Melihat tingkah Celin yang aneh, Jihan mengerutkan keningnya. “Kamu kenapa sih Lin?”Tanpa mengangkat kepalanya, Celin menatap Jihan lalu dia memegang perutnya. “Tiba-tiba perut aku sakit banget!”“Hah?”“A…aku harus ke air dulu!” Celin hendak pergi dari tempatnya, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara manajernya.“Kenapa kamu tiba-tiba jadi sakit kayak gini? Perasaan tadi kamu baik-baik aja deh?”Celin tetap berpura-pura perutnya sakit. “Aku juga gak tau, tiba-tiba aja pengen ke air!”“Tapi itu ada….!”“Selamat pagi!” sapa Zidan.“Selamat pagi pak!”Celin sedikit mengintip, dan sialnya tatapan matanya tertangkap basah oleh Adimas. Buru-buru Celin mengarahkan pandangannya kearah lain.“Boleh saya tau kamu kenapa?” tanya Adimas kepada Celin.“Pe…perut saya sakit, Pak!” jawab Celin sambil berpura-pura perutnya kesakitan.Adimas mengerutkan keningnya. “Kenapa suara kamu…..”Celin membulatkan matanya.“Apa dia kenal suara aku?"Celin akhirnya bisa meloloskan dirinya, dia berlari menuju lift dan menggerutu karena liftnya sangat lama. “Cepet dong bukanya cepet dong!”Saat lift terbuka celin langsung masuk ke dalam dan dia asal memencet tombol, lalu setelah dia keluar dia langsung menuju toilet yang tidak dia sadari kalau itu adalah toilet khusus pria.Nafas celin terengah-engah. “Capek banget! ” Celin menumpu tangannya di wastafel. “Karena panik aku langsung lari. Gimana caranya biar aku bisa ngehindarin dia yah?” lalu Celin melihat tampilan rambutnya di depan kaca yang tampak berantakkan. “"Aduh jadi berantakan gini lagi!” Celin melepaskan jepitan rambutnya, dan sedikit menata rambutnya terlebih dahulu sambil melihat ke arah belakang melalui kaca. Celin membulatkan matanya saat dia melihat tempat pria membuang air kecil. Lalu dia membalikkan badannya untuk memastikan bahwa penglihatannya salah. Saat mengetahui kalau itu benar, Celin langsung menutup kedua mulutnya.((((“Keadaan bu Mega bagaimana, Pak, s
Adimas yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum. Dia dengan tergesa-gesa menyusul kedua orang itu dan langsung meraih tangan Celin. “Maaf dia sedang berkencan dengan saya!” “Saya pacar Kamila, jadi pengawal gak usah sok ngaku-ngaku jadi pacar Kamila!” tegas Kevin.Adimas tertawa, “Pacar? Kamila sendiri pernah mengakui kalau dia tidak punya pacar!”Celin membulatkan matanya, dia baru teringat kalau dia berbicara seperti itu kepada Adimas. “Itu kemarin, dan hari ini dia pacar aku!” mendengar jawaban dari Celin membuat Adimas menahan tawanya.“Tuh denger, anda siapa hah?”“Saya teman kencannya sekarang, karena papahnya ingin Kamila menikah dengan saya!” Adimas berusaha untuk menarik Celin dari rangkulan Kevin sedangkan Kevin dia tetap merangkul Celin, sehingga terjadilah adegan tarik menarik yang membuat Celin merasa kesakitan dibagian tangan dan bahunya. Celin yang sudah tidak tahan pun memilih untuk menarik paksa tangannya yang digenggam oleh Adimas. “Stop!” Celin mengus
Adimas sudah melihat semua cctv, tentu saja hal itu membuat dia kesal karena dugaan dia benar. Lydia masuk ke dalam rumahnya, walaupun tidak tau apa yang telah diperbuat oleh wanita itu, tapi Adimas yakin kalau Lydia telah berbuat sesuatu terhadap mamahnya sehingga penyakit jantung mamahnya kembali.Adimas memperhatikan selang influsan yang ada disampingnya, memastikan kalau itu berjalan lancar. “Dimas…” lirih bu Mega.Adimas segara duduk disamping ranjang mamahnya. “Mamah udah bangun? Mamah ngerasa sakit atau apa?” tanya Adimas.Bu Mega menggelengkan kepalanya, “Enggak kok!” jawab bu Mega, “Kenapa kamu jam segini belum tidur nak?”Adimas tersenyum pada mamahnya, “Dimas mau jagain mamah di sini!”“Kamu harus istirahat, kamu pasti capek nak!” Adimas menggelengkan kepalanya, “Enggak kok mah, Dimas sama sekali gak capek!”Bu Mega meraih tangan Adimas, dia mengusap-ngusap tangan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Makasih yah nak!” Adimas tersenyum sambil menganggukkan kepalany
Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Ka
Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.“Terpaksa!” jawab Adimas malas.Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”((((Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak me
Celin terengah-engah karena tadi dia berlari untuk menghalangi liftnya tertutup. Saat dia berhasil menghalangi pintu lift itu dengan kakinya, Celin tersenyum karena dia tidak perlu menghantarkan ponsel milik tamu itu keatas. “Syukurlah!” Celin sedikit membereskan bajunya yang kusut akibat dia berlari barusan.Pintu lift pun terbuka, menampilkan tiga orang lelaki ada di dalam. Senyuman Celin langsung hilang saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Adimas yang berada di dalam lift. Celin langsung saja sedikit menundukkan kepalanya dan memiringkan kepalanya agar Adimas tidak dapat melihat wajah Celin. “P…pak, ini…. Ini ponsel bapak ketinggalan di lobby!” kata Celin, dia sangat gugup bertemu dengan Adimas/Celin tetap berdiri didepan lift. Lalu tamu itu pun menghampiri Celin. “Ah iya, makasih karena sudah menghantarkan ponsel saya!” ucap tamu.Celin sedikit melirik ke arah Adimas yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. “Iya pak, sama-sama! Kalau begitu saya permisi dulu!” setelah memb
“Acaranya sekitar dua minggu lagi, kamu akan menemani pak Adimas disana!” ujar Bima.“Pak Adimas?” Celin berusaha menyadarkan dirinya kalau dia salah dengar nama.“Iya betul!” Celin merasakan kalau jantungnya akan copot sekarang juga. Dari kemarin dia berusaha untuk menghindari laki-laki itu, tapi dia malah disuruh untuk menemani Adimas.((((Celin terduduk lemas. Dia masih berpikir bagaimana dia bisa bersama dengan Adimas nanti. Celin menarik rambutnya. “Ahhhhh!” dia merasa pusing sekarang ditambah dengan ada rasa sedikit menyesal dia menggantikan Kamila yang membuat dia merasa pusing seperti ini.“Celin, kamu kenapa?” tanya ibu Celin.Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Celin sedang berada di warung milik keluarganya yang letaknya tidak jauh dari lokasi rumahnya. Celin yang sedang duduk menghadap ke etalase makanan pun langsung membalikkan badannya dan melihat ibunya sedang berdiri tepat di belakang. Celin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ah.. enggak kok bu, Cel
“Kamu sedang apa?” tanya Celin, dia melihat Adimas yang berjalan sambil memengang handphonenya.“Ah.. ini aku mau melihat ada karyawan lobby yang akan ikut dalam acara pembukaan hotel!”Celin membulatkan matanya, itu artinya Adimas akan melihat data dirinya. Karena tidak ingin Adimas tau tentang dirinya, Celin reflek menepuk handphone Adimas sehingga jatuh ke lantai.Adimas melihat ke arah handphonenya yang sudah rusak di lantai. “Apa-apaan sih?” kenapa kamu rusak handphone saya?” tanya Adimas tidak terima.Celin pun tidak tau kalau pukulannya akan membuat handphone milik Adimas langsung rusak seperti itu. “Ah… itu tadi aku liat ada lalat di atas handphone kamu jadi aku pukul tapi malah handphone kamu yang rusak!” alibi Celin.Adimas menghela nafasnya, dia berjongkok lalu mengambil handphonenya. “Den, biar bibi saja yang ambil!” kata seorang pembantu yang sudah membawa sapu dan serokan.“Ah iya boleh bi!” Adimas pun kembali berdiri. “Lain kali hati-hati!”“Iya maaf!” jawab Celin.Adim
“Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe
Tanpa pikir panjang Adimas pun langsung menelepon balik, tak lama panggilannya diangkat. “Pak, bapak kemana aja? Saya nungguin bapak dari tadi!”Adimas mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu menunggu saya Kamila?”Adimas tentu saja sangat bingung dan keheranan kenapa Kamila palsu memanggilnya dengan sebutan “pak”. Hal itu membuat Adimas menaruh curiga kepada Celin. “Hallo?” panggil Adimas karena Celin hanya diam tidak merespon.“Ah…. Salah sambung!” jawab Celin.Adimas mengangkat satu alisnya, “Salah sambung?”“I…iya salah sambung! Mohon maaf, aku tutup teleponnya dulu!” Celin langsung mematikan panggilan teleponnya.“Eh tunggu!” tapi panggilan telepon itu sudah terputus. Adimas masih menatap layar handphone dengan kerutan di keningnya. “Ada apa dengan dia?” tak lama, Adimas pun tersenyum miring. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.((((“Bodoh, bodoh, bodoh!” gerutu Celin pada dirinya sendiri, “Gimana aku bisa lupa coba kalau pak Adimas tau nomor aku kan sebagai Kamila, lalu dengan bodohn
Adimas hendak pergi ke tempat pembukaan hotel tersebut, tapi dia mendapatkan kiriman video dari Zidan yang dimana isi dari video tersebut adalah percakapan Lydia dengan mamahnya.Adimas yang tersurut emosinya pun saat melihat mamahnya terlihat sekali tertekan. “Sialan!” umpat Adimas. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya, bukan untuk pergi ke hotel barunya, melainkan ke bandara. Tapi sebelum itu, dia sempat menyuruh Zidan untuk memberitahu kepada pengatur acara kalau dia tidak akan datang dan akan di wakilkan oleh Celin.((((Celin mondar-mandir sambil menggingit jarinya. “Lama banget sih, perasaan deket deh tempat nginepnya!” gerutu Celin. “Jangan bikin saya khawatir dong pak!” Celin menatap kearah depan, dia sangat berharap kalau Adimas datang saat ini juga. “Kenapa belum datang juga sih?”Celin langsung mengeluarkan handphonenya, untuk menelepon Adimas tanpa dia ingat kalau dia sangat menghindari hal itu. Tapi sayangnya, Adimas sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana s
Adimas menatap Celin. “Dorong mobil ini! Mobil ini mogok!”“Hah? Dorong mobil?”Celin menatap Adimas, dia sama sekali tidak habis pikir dengan manajernya ini. Masa dia menyuruh seorang wanita untuk mendorong mobil. “Loh kok saya yang dorong pak? Saya mana kuat buat dorong mobil pak!”“Kalau saya yang dorong, terus siapa yang nyertir mobilnya?” Pertanyaan dari Adimas membuat Celin diam. “Saya bisa nyetir pak!” jawab Celin. Sedangkan Adimas, dia menatap Celin ragu. “Serius pak, saya bisa cuma emang gak punya mobil jadi gak pernah bawa mobil pak!” curhat Celin.Adimas menatap ke jalanan depan, ternyata tak jauh dari sana Adimas melihat ada bengkel mobil. “Yasudah, kamu masuk ke dalam biar saya yang coba dorong!” ucap Adimas.“Serius pak?” Celin memastikan.Adimas menunjukkan ke arah bengkel mobil, “Di sana ada bengkel! Cepetan kamu masuk ke dalam, setir yang bener!”“Iya pak!” Celin pun masuk ke dalam mobil.Walaupun jarak bengkel mobil itu terbilang dekat, tetapi karena hanya Adimas s
Adimas berdecih saat melihat Kamila masih saja diam tidak berbicara, dia lalu melipat kedua tangannya di dada. “Jawab pertanyaan saya!”Kamila tersentak, dia berusaha untuk menelan ludahnya tapi Kamila mengalami kesulitan. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. “Emm… begini!” Kamila menjadi sangat gugup sekali.Adimas melipat kedua tangannya di dada. “Silahkan!”Kamila menarik nafasnya panjang. Lalu dia melirik kea rah Zidan yang sama-sama sedang menatapnya. “Saya…” Kamila menggelengkan kepalanya, “Wanita yang menggantikan saya itu…..” jeda Kamila. “Wanita itu adalah….. teman saya!” jawab Kamila. Dia langsung merasa sangat lemas, dengan terpaksa Kamila jujur karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk dia berbohong lagi.Adimas memiringkan kepalanya, “Teman kamu? Siapa nama dia?” tanya Adimas.Kamila langsung menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah mengakui kalau itu bukan dia tapi Kamila tidak akan pernah memberitahu nama Celin. Kamila juga tidak ingin kalau Celin
Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men
Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E
Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan
Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan