Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.
“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Kamila yang sedang enak tiduran sambil membaca novel pun sedikit terkejut melihat Celin datang ke kamarnya. Segara Kamila merubah posisinya menjadi duduk. Celin duduk di samping Kamila, sebelum duduk tak lupa Celin menutup pintu dengan rapat. “Ada apa?” tanya Kamila.“Celin katanya mau ngomongin soal cowok itu!” ujar Karmel.Mata Kamila langsung berninar-binar. “Apa kamu udah berhasil buat gagalin perjodohan aku?” tanya Kamila tidak sabar mendengar jawaban dari Celin. “Serius?”Celin terdiam, dia juga sangat kebingungan bagaimana dia menjelaskan kepada Kamila. “Ah… Jadi bingung!”“Kenapa kamu bingung Lin? Kamu gagal?” tanya Kamila.Celin menghela nafasnya. “Dibilang gagal enggak dibilang rencana kita lancar juga enggak!”“Terus maksud kamu itu gimana?” tanya Karmel geram.“Gini…. Aku emang beberapa kali udah ketemu sama cowok itu dan kalian harus tau kalau cowok yang bakalan dijodohin sama kamu itu….. Manajer hotel aku!”Karmel yang sedang minum minuman yang tidak jauh ada diatas meja pun yang langsung menyemburkan minumannya tersebut. “Kamu serius Lin?” tanya Karmel dan Celin hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Karmel membersihkan sisa air yang ada disekitar bibirnya. “Aku sama sekali gak nyangka kalau dia adalah manajer kamu Lin!”“Yang mau dijodohin sama aku itu manajer kamu?” tanya Kamila dengan tatapan tidak percaya.“Iya, aku juga sama sekali gak nyangka kalau lelaki itu adalah pak Adimas, dia anak CEO hotel aku!”“Terus-terus gimana tampang dia? Ganteng atau jelek?” tanya Karmel.Kamila langsung menepuk pundak Karmel, tentu saja tindakan Kamila itu membuat Karmel merasa kesakitan. “Apa itu sekarang penting?”“Kan aku cuma penasaran aja kak!” gerutu Karmel sambil mengusap-ngusap pundaknya yang terasa sangat sakit.“Aku akui dia itu ganteng, tapi bukan itu masalahnya!”Kedua orang itu pun menatap Celin. “Jadi apa masalahnya?”“Gini… aku kan udah berusaha untuk menggagalkan perjodohan itu, aku udah beberapa kali berusaha tapi dia tetap menolak. Tapi malam tadi, dia itu ngajak aku ketemuan dan disana dia bilang kalau dia akan membatalkan perjodohan ini jika aku mau berpura-pura menjadi pacar dia selama satu bulan!”“Kalau begitu rencana kita lancar dong, kamu tinggal turutin aja kemauan dia. Masalah selesai kan?” ucap Karmel.Celin menghela nafasnya, “Masalahnya bukan Cuma itu Mel!”“Terus apa dong?”“Kalian berdua tau kalau aku itu kerja sama dia, lalu bagaimana kalau dia tau kalau aku nipu dia? Bukan cuma itu aja, kalian berdua juga tau kalau orang tua aku itu punya hutang ke rentenir dan mereka memberi kami waktu untuk membayar hutang itu seminggu sedangkan waktunya tinggal beberapa hari lagi lalu perjanjian aku dengan Kamila itu setelah aku menggagalkan perjodohan aku baru dapat uang!” setelah itu Celin menundukkan kepalanya, dia merasa sangat pusing dengan apa yang ada didalam pikirannya.Karmel dan Kamila saling bertatap-tatapan lalu tatapan mereka kembali kepada Celin yang masih menundukkan kepalanya. “Kalau begitu, aku anggap kamu berhasil menjalankan misi kita Lin!” ujar Kamila.Mendengar ucapan Kamila tersebut membuat Celin langsung menegakkan kepalanya lagi. “Tapi Mil, dia mengundur waktunya satu bulan. Bagaimana kamu bisa menganggap kalau semuanya berjalan dengan lancar?” tanya Celin.Kamila tersenyum lalu dia sedikit menggeser badannya mendekat pada Celin. “Yang terpenting dia sudah setuju kalau dia bakalan membatalkan perjodohan ini, lagian menurut aku yah dia juga gak bakalan ngenalin kamu. Buktinya pada saat kalian bertemu pun dia sama sekali gak tau kalau kamu adalah karyawannya kan?” Celin menganggukkan kepalanya. “Kamu tenang aja, karena aku bakalan membayar uang yang aku janjikan sama kamu buat membayar hutang orang tua kamu Lin!”Celin menatap Kamila dengan tatapan dalam dan sendu. “Maaf Mil, aku tidak bermaksud untuk seolah-olah menagih!”Kamila menggelengkan kepalanya. “Enggak kok, lagian itu kan udah janji aku sama kamu Lin dan kamu sudah menjalankan tugas kamu dengan lancar, jadi aku wajib untuk menepati janji aku!”Celin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Kamila. “Makasih yah Mil!”“Tapi kamu udah ngasih tau kalau kamu setuju sekarang?” tanya Karmel.Celin pun teringat kalau dia sama sekali belum menjawab pertanyaan Adimas. Dia pun segera mengeluarkan ponselnya dia berniat untuk memberitahu Adimas. “Ini aku mau ngasih tau dia dulu!”“Yaudah lo telepon dia dulu gih!” usul Kamila dan Celin pun langsung menurutinya.((((Celin sampai sore pun masih berada di rumah kedua temannya, dia memang berniat akan menghabiskan waktu di rumah ini. Walaupun hanya tiduran dan diam di kamar setidaknya Celin bisa ngobrol dan saling berbagi cerita dengan mereka berdua.Lalu tak lama kemudian, pak Hamdi papah dari Kamila dan Karmel pun masuk ke dalam kamar Kamila.“Mila!” panggil pak Hamdi.“Iya pah?” tanya Kamila.Pak Hamdi menatap Celin. “Loh ada Celin, kamu kapan kesini nak?” tanya pak Hamdi.Celin pun berjalan menuju arah pak Hamdi lalu dia mencium tangannya. “Dari tadi om!” jawab Celin.Pak Hamdi mendekat kepada Kamila dan menunjukkan ponsel yang sedang dia pengang. “Barusan Adimas nelepon papah, dia minta izin untuk membawa kamu jalan-jalan malam ini dan dia juga akan datang ke sini!”Mereka bertiga langsung terkejut, terutama Celin. “Ah….. Adimas gak…. Ngasih tau aku pah!” jawab Kamila ragu.“Gak apa-apa, yang penting kamu temenin dia mala mini dan jangan lupa dandan yang cantik! Papah masih ada urusan dulu!” pak Hamdi pun keluar dari kamar.Kamila langsung menghampiri Celin. “Tadi si Adimas ngajak kamu jalan-jalan Lin?”Celin menggelengkan kepalanya. “Enggak kok, makanya aku kaget!”“Oke-oke gini aja, kita langsung make up Celin dan kita ubah aja tempat ketemunya!” usul Karmel.“Oke!”((((Celin menatap jalanan yang ada didepannya, lalu dia menoleh ke arah belakang yang dimana masih ada kedua temannya yang memantau dirinya. Celin mengubah tempat jemputnya, walaupun sempat ada cekcok sedikit pada akhirnya Adimas menuruti kemauan Celin.Tak lama kemudian terlihat mobil yang sangat mewah berhenti didepan Celin berdiri. Adimas keluar dari mobilnya dan lansung menghampiri Celin yang masih terpana melihat mobil Adimas. Luarnya saja sudah terlihat mewah apalagi dalamnya.Sedangkan Adimas, dia sangat terpana melihat Celin yang memakai pakaian dress berwarna cream yang senada dengan jas yang dia pakai sekarang.“Hey, hallo kenapa bengong?” tanya Celin sambil melambaikan tangannya didepan muka Adimas.Adimas menggelengkan kepalanya, “Ayo masuk!” lalu Adimas pun membukakan pintu mobilnya untuk Celin.“Jelasin dulu kita mau kemana?” tanya Celin penasaran, karena daritadi Adimas tidak menjawab pertanyaannya. Karena menurut Celin kalau hanya untuk jalan-jalan tidak perlu memakai dress yang panjang dengan lengan pendek seperti ini.“Nanti kamu tau, sekarang kamu masuk dulu!”Celin pun masuk ke dalam mobil itu, saat Adimas akan masuk ke dalam mobilnya Celin menyempatkan untuk memberi kode kepada kedua temannya agar mereka segera pergi dari tempat itu dan tatapan mata Celin terfokus pada paper bag yang tersimpan di kursi belakang.Setelah menempuh perjalan selama 30 menit, akhirnya Celin dan Adimas tiba di sebuah gedung yang sangat besar dan mengah. Dilihat dari luar tampak seperti sedang ada pesta di dalamnya.Saat membuka pintu mobil, Adimas langsung mengulurkan tangannya kepada Celin, tapi Celin tidak mengerti maksud Adimas. “Sebagai pasangan, kita harus terlihat mesra dan serasi! Tolong ambilkan kantong dibelakang kamu itu!”Celin mengambil kantong itu dan turun dari mobil sambil memegang tangan Adimas. Benar dugaan Celin, ternyata di dalam gedung ini sedang diadakan pesta ulang tahun. Dekorasi pesta ini sangat mewah dan dihadiri oleh banyak orang. “Pesta ulang tahun siapa?” bisik Celin pada Adimas.Tapi Adimas tidak menjawab pertanyaan Celin, dia menatap lurus kedepan hal itu membuat Celin penasaran. Tatapan Adimas tertuju pada seorang wanita yang sangat cantik dengan balutan dress pink yang sedang mengobrol dengan Reynal.Sepertinya Reynal menyadari kehadiran Adimas, jadi dia memberitahu wanita itu.Kemudian Adimas yang masih menggenggam tangan Celin pun mendekati wanita itu. Wanita itu tersenyum saat melihat Adimas datang. “Aku kira kamu gak bakalan datang Dim!” ujarnya.Adimas tersenyum miring, “Bagaimana aku tidak datang, karena orang yang meminta aku datang ke ulang tahun kamu adalah mamah, Lydia!”Lydia tersenyum, tatapannya tertuju pada Celin yang ada disamping Adimas. “Dia siapa Dim?” tanya Lydia penasaran.Celin awalnya akan memperkenalkan dirinya, tapi ucapannya tertahan saat Adimas langsung berbicara. “Dia pacarku, namanya Kamila!”“Hai, aku Kamila! Ini, kado buat kamu!” Celin memberikan kado kepada Lydia.Lydia terkekeh sambil menerima kantong itu. “Aku Lydia, mantan kesasih Adimas!”Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.“Terpaksa!” jawab Adimas malas.Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”((((Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak me
Celin terengah-engah karena tadi dia berlari untuk menghalangi liftnya tertutup. Saat dia berhasil menghalangi pintu lift itu dengan kakinya, Celin tersenyum karena dia tidak perlu menghantarkan ponsel milik tamu itu keatas. “Syukurlah!” Celin sedikit membereskan bajunya yang kusut akibat dia berlari barusan.Pintu lift pun terbuka, menampilkan tiga orang lelaki ada di dalam. Senyuman Celin langsung hilang saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Adimas yang berada di dalam lift. Celin langsung saja sedikit menundukkan kepalanya dan memiringkan kepalanya agar Adimas tidak dapat melihat wajah Celin. “P…pak, ini…. Ini ponsel bapak ketinggalan di lobby!” kata Celin, dia sangat gugup bertemu dengan Adimas/Celin tetap berdiri didepan lift. Lalu tamu itu pun menghampiri Celin. “Ah iya, makasih karena sudah menghantarkan ponsel saya!” ucap tamu.Celin sedikit melirik ke arah Adimas yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. “Iya pak, sama-sama! Kalau begitu saya permisi dulu!” setelah memb
“Acaranya sekitar dua minggu lagi, kamu akan menemani pak Adimas disana!” ujar Bima.“Pak Adimas?” Celin berusaha menyadarkan dirinya kalau dia salah dengar nama.“Iya betul!” Celin merasakan kalau jantungnya akan copot sekarang juga. Dari kemarin dia berusaha untuk menghindari laki-laki itu, tapi dia malah disuruh untuk menemani Adimas.((((Celin terduduk lemas. Dia masih berpikir bagaimana dia bisa bersama dengan Adimas nanti. Celin menarik rambutnya. “Ahhhhh!” dia merasa pusing sekarang ditambah dengan ada rasa sedikit menyesal dia menggantikan Kamila yang membuat dia merasa pusing seperti ini.“Celin, kamu kenapa?” tanya ibu Celin.Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Celin sedang berada di warung milik keluarganya yang letaknya tidak jauh dari lokasi rumahnya. Celin yang sedang duduk menghadap ke etalase makanan pun langsung membalikkan badannya dan melihat ibunya sedang berdiri tepat di belakang. Celin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ah.. enggak kok bu, Cel
“Kamu sedang apa?” tanya Celin, dia melihat Adimas yang berjalan sambil memengang handphonenya.“Ah.. ini aku mau melihat ada karyawan lobby yang akan ikut dalam acara pembukaan hotel!”Celin membulatkan matanya, itu artinya Adimas akan melihat data dirinya. Karena tidak ingin Adimas tau tentang dirinya, Celin reflek menepuk handphone Adimas sehingga jatuh ke lantai.Adimas melihat ke arah handphonenya yang sudah rusak di lantai. “Apa-apaan sih?” kenapa kamu rusak handphone saya?” tanya Adimas tidak terima.Celin pun tidak tau kalau pukulannya akan membuat handphone milik Adimas langsung rusak seperti itu. “Ah… itu tadi aku liat ada lalat di atas handphone kamu jadi aku pukul tapi malah handphone kamu yang rusak!” alibi Celin.Adimas menghela nafasnya, dia berjongkok lalu mengambil handphonenya. “Den, biar bibi saja yang ambil!” kata seorang pembantu yang sudah membawa sapu dan serokan.“Ah iya boleh bi!” Adimas pun kembali berdiri. “Lain kali hati-hati!”“Iya maaf!” jawab Celin.Adim
“Yaudah kamu pulang, jangan nginep di sana. Besok kamu kerja Celin!”“Iya bu!” setelah itu Celin mematikan sambungan teleponnya.“Celin?”Celin mematung saat mendengar ada seseorang dari belakang dirinya memanggil namanya. Jantung Celin berdegup sangat kencang dan tidak karuan, walau pun begitu Celin tetap akan memastikan siapa yang ada di belakangnya. Dengan perlahan Celin membalikkan badannya seraya berdoa kalau itu bukan Adimas. Kalau benar Adimas yang ada di belakangnya, Celin tidak tau harus berbohong seperti apalagi.Celin mengembangkan senyumannya, saat melihat orang yang di belakangnya itu sesuai harapan dia. “Ah, anda siapa yah?” tanya Celin. Tentu saja Celin berpura-pura tidak mengenali lelaki yang ada di depannya ini.Zidan berjalan mendekati Celin, hal itu membuat Celin mundur saat Zidan mendekatinya. “Kenapa anda menjauh dari saya?” tanya Zidan.“Ah… itu karena…” Celin menggaruk lehernya, bingung dan ragu kalau dia akan menjawab pertanyaan Zidan dengan benar karena dia ter
Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan
Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan
Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E
“Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe
Tanpa pikir panjang Adimas pun langsung menelepon balik, tak lama panggilannya diangkat. “Pak, bapak kemana aja? Saya nungguin bapak dari tadi!”Adimas mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu menunggu saya Kamila?”Adimas tentu saja sangat bingung dan keheranan kenapa Kamila palsu memanggilnya dengan sebutan “pak”. Hal itu membuat Adimas menaruh curiga kepada Celin. “Hallo?” panggil Adimas karena Celin hanya diam tidak merespon.“Ah…. Salah sambung!” jawab Celin.Adimas mengangkat satu alisnya, “Salah sambung?”“I…iya salah sambung! Mohon maaf, aku tutup teleponnya dulu!” Celin langsung mematikan panggilan teleponnya.“Eh tunggu!” tapi panggilan telepon itu sudah terputus. Adimas masih menatap layar handphone dengan kerutan di keningnya. “Ada apa dengan dia?” tak lama, Adimas pun tersenyum miring. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.((((“Bodoh, bodoh, bodoh!” gerutu Celin pada dirinya sendiri, “Gimana aku bisa lupa coba kalau pak Adimas tau nomor aku kan sebagai Kamila, lalu dengan bodohn
Adimas hendak pergi ke tempat pembukaan hotel tersebut, tapi dia mendapatkan kiriman video dari Zidan yang dimana isi dari video tersebut adalah percakapan Lydia dengan mamahnya.Adimas yang tersurut emosinya pun saat melihat mamahnya terlihat sekali tertekan. “Sialan!” umpat Adimas. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya, bukan untuk pergi ke hotel barunya, melainkan ke bandara. Tapi sebelum itu, dia sempat menyuruh Zidan untuk memberitahu kepada pengatur acara kalau dia tidak akan datang dan akan di wakilkan oleh Celin.((((Celin mondar-mandir sambil menggingit jarinya. “Lama banget sih, perasaan deket deh tempat nginepnya!” gerutu Celin. “Jangan bikin saya khawatir dong pak!” Celin menatap kearah depan, dia sangat berharap kalau Adimas datang saat ini juga. “Kenapa belum datang juga sih?”Celin langsung mengeluarkan handphonenya, untuk menelepon Adimas tanpa dia ingat kalau dia sangat menghindari hal itu. Tapi sayangnya, Adimas sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana s
Adimas menatap Celin. “Dorong mobil ini! Mobil ini mogok!”“Hah? Dorong mobil?”Celin menatap Adimas, dia sama sekali tidak habis pikir dengan manajernya ini. Masa dia menyuruh seorang wanita untuk mendorong mobil. “Loh kok saya yang dorong pak? Saya mana kuat buat dorong mobil pak!”“Kalau saya yang dorong, terus siapa yang nyertir mobilnya?” Pertanyaan dari Adimas membuat Celin diam. “Saya bisa nyetir pak!” jawab Celin. Sedangkan Adimas, dia menatap Celin ragu. “Serius pak, saya bisa cuma emang gak punya mobil jadi gak pernah bawa mobil pak!” curhat Celin.Adimas menatap ke jalanan depan, ternyata tak jauh dari sana Adimas melihat ada bengkel mobil. “Yasudah, kamu masuk ke dalam biar saya yang coba dorong!” ucap Adimas.“Serius pak?” Celin memastikan.Adimas menunjukkan ke arah bengkel mobil, “Di sana ada bengkel! Cepetan kamu masuk ke dalam, setir yang bener!”“Iya pak!” Celin pun masuk ke dalam mobil.Walaupun jarak bengkel mobil itu terbilang dekat, tetapi karena hanya Adimas s
Adimas berdecih saat melihat Kamila masih saja diam tidak berbicara, dia lalu melipat kedua tangannya di dada. “Jawab pertanyaan saya!”Kamila tersentak, dia berusaha untuk menelan ludahnya tapi Kamila mengalami kesulitan. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. “Emm… begini!” Kamila menjadi sangat gugup sekali.Adimas melipat kedua tangannya di dada. “Silahkan!”Kamila menarik nafasnya panjang. Lalu dia melirik kea rah Zidan yang sama-sama sedang menatapnya. “Saya…” Kamila menggelengkan kepalanya, “Wanita yang menggantikan saya itu…..” jeda Kamila. “Wanita itu adalah….. teman saya!” jawab Kamila. Dia langsung merasa sangat lemas, dengan terpaksa Kamila jujur karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk dia berbohong lagi.Adimas memiringkan kepalanya, “Teman kamu? Siapa nama dia?” tanya Adimas.Kamila langsung menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah mengakui kalau itu bukan dia tapi Kamila tidak akan pernah memberitahu nama Celin. Kamila juga tidak ingin kalau Celin
Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men
Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E
Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan
Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan