Share

BAB 4

Penulis: Hermes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-05 13:10:37

Celin akhirnya bisa meloloskan dirinya, dia berlari menuju lift dan menggerutu karena liftnya sangat lama. “Cepet dong bukanya cepet dong!”

Saat lift terbuka celin langsung masuk ke dalam dan dia asal memencet tombol, lalu setelah dia keluar dia langsung menuju toilet yang tidak dia sadari kalau itu adalah toilet khusus pria.

Nafas celin terengah-engah.

“Capek banget! ” Celin menumpu tangannya di wastafel.

“Karena panik aku langsung lari. Gimana caranya biar aku bisa ngehindarin dia yah?” lalu Celin melihat tampilan rambutnya di depan kaca yang tampak berantakkan. “

"Aduh jadi berantakan gini lagi!”

Celin melepaskan jepitan rambutnya, dan sedikit menata rambutnya terlebih dahulu sambil melihat ke arah belakang melalui kaca.

Celin membulatkan matanya saat dia melihat tempat pria membuang air kecil. Lalu dia membalikkan badannya untuk memastikan bahwa penglihatannya salah.

Saat mengetahui kalau itu benar, Celin langsung menutup kedua mulutnya.

((((

“Keadaan bu Mega bagaimana, Pak, sekarang?” tanya Zidan.

“Saya mutusin untuk merawat mamah di rumah, dengan begitu saya bisa mengontrol mamah.”

Zidan menganggukkan kepalanya, dia sangat mengerti dengan maksud atasannya itu. “Lalu dengan perjodohan itu, apa bapak sudah memutuskan?”

Adimas masih tetap menatap lurus ke depan. “Ya, saya akan bertunangan dengan wanita itu!”

Adimas dan Zidan baru saja keluar dari lift, mereka berdua berjalan beriringan. “Pak, bapak serius mau melanjutkan perjodohan ini?”

Adimas menganggukkan kepalanya. “Iya!”

Zidan sedikit mempercepat jalannya bermaksud untuk menatap bosnya itu di arah depan sambil berjalan. “Loh kenapa pak? Bukannya tempo hari bapak bersikeras sama Bu Mega kalau bapak tidak mau?”

Adimas menghentikan langkahnya otomatis Zidan pun sama. “Karena ini sangat menarik!”

“Menarik?”

Adimas menganggukkan kepalanya. “Wanita itu menarik!”

Pada saat Zidan masih kebingungan dengan ucapan Adimas, dia memberikan tas yang dia bawa kepada Zidan.

“Simpan ini di ruangan saya, saya mau ke toilet dulu!”

Celin yang telah sadar dari rasa keterkejutannya, dia langsung membuka pintu toilet itu dia berniat untuk pergi.Tapi niatnya itu kembali terurung saat dia melihat Adimas berjalan menuju arah toilet.

Dengan sangat cepat Celin langsung menutup pintu toilet itu dan masuk ke bilik toilet, “Kenapa dia harus kesini sih?” gerutu Celin.

Adimas yang baru saja masuk ke dalam toilet, dia tidak sengaja menginjak sesuatu. Saat dia melihat apa yang sudah dia injak, ternyata itu adalah jepitan rambut. “Kenapa jepitan rambut cewek ada di sini?”

Dimas sangat curiga sekaligus waspada. Dia berjalan kearah bilik toilet yang tertutup, “Ada orang di dalam?”

Celin tentu saja tidak menjawab, agar tidak menimbulkan suara dia dengan sengaja menutup mulutnya.

Sedangkan Adimas, dia semakin kuat dengan pikiran negatifnya kalau ada wanita yang masuk ke dalam toilet pria. “Saya mohon keluar!”

Celin menggelengkan kepalanya. “Kalau aku keluar sekarang yang ada aku abis sama dia!” batin Celin.

“Keluar!” Adimas terus saja menggedor pintu toilet.

Adimas merasa kesal karena wanita yang ada didalam toilet itu tidak keluar. “Mau saya buka paksa pintunya?” ancam Adimas.

“Mohon maaf pak, tadi saya salah masuk toilet karena saya masih baru disini. Bisa bapak pergi duluan?”

Adimas menghela nafasnya sambil tersenyum, dia sangat tidak menyangka pertama kali dia bekerja akan mendapatkan hal seperti ini. “Keluar sekarang!” ucap Adimas dengan tegas.

“Bapak sedang apa?” tanya Zidan yang baru saja masuk.

“Ini….”

“Emm mohon maaf, Pak, tapi ada yang lebih penting dari itu!” potong Zidan.

“Apa?” lalu Zidan berbisik kepada Adimas, “Serius?” Zidan menganggukkan kepalanya. Adimas pun langsung keluar dan pergi menuju ruangannya bersama dengan Zidan, “Pastikan semua karyawan disini tau letak mana toilet laki-laki dan mana toilet untuk perempuan!”

Celin keluar sambil mengendap-endap. “Selamat!” ucap Celin sambil mengelus-elus dadanya. “Untung aja pak Zidan menyelamatkan aku!”

Di sisi lain, Adimas langsung membuka pintu ruangannya dengan cukup keras. Tatapan matanya menajam saat melihat seorang wanita yang tengah duduk menghadap ke arahnya dengan senyuman yang penuh dengan arti.

Dengan cepat Adimas berjalan menuju ke arahnya, “Ngapain kamu ke sini?”

Wanita itu berdiri berhadapan dengan Adimas. “Aku hanya memenuhi panggilan undangan!” jawabnya dengan senyuman.

“Siapapun yang mengundang kamu kesini, kamu gak berhak ada di ruangan saya! Pergi sekarang!”

“Kamu masih marah sama aku?” tanya Lydia. “Aku kan udah minta maaf sama kamu dan mamah kamu!”

Adimas tersenyum remeh, “Segampang itu?”

Adimas lalu menggelengkan kepalanya. “Pergi kamu dari sini!”

Lydia tetap diam tidak bergerak, hal itu membuat Adimas geram dan langsung menarik tangan Lydia dan menyeretnya keluar ruangan.

“Jangan pernah tunjukkin muka kamu di depan saya, apalagi di depan mamah saya!”

Setelah mengucapkan itu, Adimas langsung masuk ke dalam ruangannya.

Lydia menyeringai. “Gak semudah itu kamu mengusir aku Dimas. Jika wanita tua bangka itu yang menghalangi aku untuk bisa mendapatkan kamu lagi, aku gak akan pernah menyerah walaupun aku tau aku pernah membuat kesalahan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang tua kamu!”

“Apa dia berkata kasar padamu?”

Lydia langsung membalikkan badannya, ternyata itu adalah Reynal dia adalah kakak Adimas. Lebih tepatnya kakak tiri Adimas.

Lydia tersenyum manis pada Reynal.

“Sedikit!”

Reynal hanya tersenyum.

“Kenapa kak Reynal membiarkan Dimas bekerja di sini? Bukannya kakak gak mau hal itu terjadi?” tanya Lydia.

“Mamah yang memaksa aku mengizinkan dia bekerja disini, tapi aku tidak akan pernah memberikan apa yang sudah aku miliki. Tidak lama lagi dia akan pergi dari sini!” ucap Reynal sambil menyeringai.

“Apa rencana kamu kak?”

((((

Celin yang baru saja pulang bekerja. Dia langsung menemui kedua temannya itu, tepatnya di rumah mereka.

Dia bercerita tentang kejadian tadi pagi dan sialnya kedua temannya itu malah menertawakannya.

“Kurang ajar banget kalian berdua!” gerutu Celin.

Tidak butuh waktu lama, Celin sudah berdandan sangat cantik. Tak lupa juga dengan baju seksi yang dia kenakan. Dua kembar itu juga mengantar Celin ke cafe kemarin.

Celin melihat ke arah jendela cafe, dia melihat Adimas sudah menunggunya di sana.

Sebelum masuk ke dalam, Celin mengambil nafasnya dulu lalu dia berjalan. Dia harus menampilkan ke sana percaya diri dan juga nakal di depan Adimas.

“Kamu udah lama nungguin?” tanya Celin sambil duduk, tak lupa juga dia dengan sengaja mengangkat kakinya dengan tinggi lalu menumpunya pada kakinya yang satu lagi.

Adimas menggelengkan kepalanya. “Belum!” padahal Adimas sudah menunggunya sekitar 1 jam. Karena memang Celin disuruh oleh si kembar untuk datang telat sampai Adimas merasa bosan.

“Bagus deh!” ucap Celin sambil mengibaskan rambutnya.

“Jadi sekarang rencana kita mau ngapain?” tanya Adimas.

“Rencana?” Celin berpura-pura untuk berfikir.

“Ah… Sekarang aku mau belanja. Aku udah bosen dengan pakaian yang aku punya!”

“Oke! Ayo saya antar!”

Adimas benar-benar menghantarkan Celin belanja dan itu emang rencana Celin.

Dia membawa Adimas untuk belanja barang-barang mewah dan mahal. Hal ini dia lakukan agar Adimas tau kalau dia adalah wanita yang sering berfoya-foya dengan begitu Adimas tidak akan sanggup untuk bersama dengan Kamila.

Celin membeli banyak sekali baju dari brand ternama dengan harga satu potong baju yang sangat tidak masuk akal oleh dirinya dan juga membeli beberapa tas yang di mana barang-barang dia beli ini nantinya dia akan berikan kepada Kamila.

Dia yang akan membereskan barang-barang ini. Tidak mungkin juga Celin memakai barang-barang pemberian dari Adimas.

Selain itu juga dia membeli berlian yang harganya sangat mahal sekali, menurut Celin harga berlian itu 20 kali lipat dengan harga saat dia menjual rumahnya.

Tapi Celin kembali mengeluh, Adimas sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kalau dia keberatan dengan apa yang sudah Celin beli dan juga dia langsung membayar semuanya.

“Berapa banyak sih uang nya? Apa dia gak rugi?” gerutu Celin.

Adimas mendengar Celin berbicara, tetapi tidak terlalu jelas. “Apa?”

“Ah enggak kok!”

“Masih ada yang mau kamu beli?” tanya Adimas.

Celin langsung menggelengkan kepalanya, dia sudah tidak tega dengan uang yang dia hamburkan malam ini.

“Sebenernya masih banyak barang yang harus aku beli, tapi aku udah keburu males!”

“Ayo kita beli!”

Celin membulatkan matanya, “Kamu serius mau ngeluarin uang lagi?”

“Iya, lagi pula kamu akan menjadi istri aku jadi kamu tidak perlu segan untuk memakai uangku!”

Celin menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tidak gatal. “Gak usah!”

“Sayang!”

Celin dan Adimas langsung menoleh.

Celin mengerutkan keningnya saat melihat sosok lelaki yang ada tidak jauh dari hadapannya itu.

“Sayang, kok kamu bisa ada disini sih?” tanya Kevin.

Kevin melihat ke arah Adimas yang ada di samping Celin sedang membawa beberapa kantong belanja.

“Sayang dia siapa? Kok kamu bisa jalan berduaan sama cowok lain selain aku sih?”

Celin yang mulai sadar pun langsung merangkul Kevin, karena badan Kevin yang lebih tinggi darinya sehingga Celin menempelkan kepalanya di dada Kevin.

“Dia pengawal baru aku sayang!”

Kevin lalu mengelus-elus puncak kepala Celin. “Bilang dong sayang kalau kamu mau belanja, jadi aku bisa nemenin kamu bukan pengawal kamu!” lalu Kevin mencium kening Celin.

Adimas yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum

Bab terkait

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 5

    Adimas yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum. Dia dengan tergesa-gesa menyusul kedua orang itu dan langsung meraih tangan Celin. “Maaf dia sedang berkencan dengan saya!” “Saya pacar Kamila, jadi pengawal gak usah sok ngaku-ngaku jadi pacar Kamila!” tegas Kevin.Adimas tertawa, “Pacar? Kamila sendiri pernah mengakui kalau dia tidak punya pacar!”Celin membulatkan matanya, dia baru teringat kalau dia berbicara seperti itu kepada Adimas. “Itu kemarin, dan hari ini dia pacar aku!” mendengar jawaban dari Celin membuat Adimas menahan tawanya.“Tuh denger, anda siapa hah?”“Saya teman kencannya sekarang, karena papahnya ingin Kamila menikah dengan saya!” Adimas berusaha untuk menarik Celin dari rangkulan Kevin sedangkan Kevin dia tetap merangkul Celin, sehingga terjadilah adegan tarik menarik yang membuat Celin merasa kesakitan dibagian tangan dan bahunya. Celin yang sudah tidak tahan pun memilih untuk menarik paksa tangannya yang digenggam oleh Adimas. “Stop!” Celin mengus

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 6

    Adimas sudah melihat semua cctv, tentu saja hal itu membuat dia kesal karena dugaan dia benar. Lydia masuk ke dalam rumahnya, walaupun tidak tau apa yang telah diperbuat oleh wanita itu, tapi Adimas yakin kalau Lydia telah berbuat sesuatu terhadap mamahnya sehingga penyakit jantung mamahnya kembali.Adimas memperhatikan selang influsan yang ada disampingnya, memastikan kalau itu berjalan lancar. “Dimas…” lirih bu Mega.Adimas segara duduk disamping ranjang mamahnya. “Mamah udah bangun? Mamah ngerasa sakit atau apa?” tanya Adimas.Bu Mega menggelengkan kepalanya, “Enggak kok!” jawab bu Mega, “Kenapa kamu jam segini belum tidur nak?”Adimas tersenyum pada mamahnya, “Dimas mau jagain mamah di sini!”“Kamu harus istirahat, kamu pasti capek nak!” Adimas menggelengkan kepalanya, “Enggak kok mah, Dimas sama sekali gak capek!”Bu Mega meraih tangan Adimas, dia mengusap-ngusap tangan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Makasih yah nak!” Adimas tersenyum sambil menganggukkan kepalany

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 7

    Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 8

    Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.“Terpaksa!” jawab Adimas malas.Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”((((Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 9

    Celin terengah-engah karena tadi dia berlari untuk menghalangi liftnya tertutup. Saat dia berhasil menghalangi pintu lift itu dengan kakinya, Celin tersenyum karena dia tidak perlu menghantarkan ponsel milik tamu itu keatas. “Syukurlah!” Celin sedikit membereskan bajunya yang kusut akibat dia berlari barusan.Pintu lift pun terbuka, menampilkan tiga orang lelaki ada di dalam. Senyuman Celin langsung hilang saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Adimas yang berada di dalam lift. Celin langsung saja sedikit menundukkan kepalanya dan memiringkan kepalanya agar Adimas tidak dapat melihat wajah Celin. “P…pak, ini…. Ini ponsel bapak ketinggalan di lobby!” kata Celin, dia sangat gugup bertemu dengan Adimas/Celin tetap berdiri didepan lift. Lalu tamu itu pun menghampiri Celin. “Ah iya, makasih karena sudah menghantarkan ponsel saya!” ucap tamu.Celin sedikit melirik ke arah Adimas yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. “Iya pak, sama-sama! Kalau begitu saya permisi dulu!” setelah memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 10

    “Acaranya sekitar dua minggu lagi, kamu akan menemani pak Adimas disana!” ujar Bima.“Pak Adimas?” Celin berusaha menyadarkan dirinya kalau dia salah dengar nama.“Iya betul!” Celin merasakan kalau jantungnya akan copot sekarang juga. Dari kemarin dia berusaha untuk menghindari laki-laki itu, tapi dia malah disuruh untuk menemani Adimas.((((Celin terduduk lemas. Dia masih berpikir bagaimana dia bisa bersama dengan Adimas nanti. Celin menarik rambutnya. “Ahhhhh!” dia merasa pusing sekarang ditambah dengan ada rasa sedikit menyesal dia menggantikan Kamila yang membuat dia merasa pusing seperti ini.“Celin, kamu kenapa?” tanya ibu Celin.Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Celin sedang berada di warung milik keluarganya yang letaknya tidak jauh dari lokasi rumahnya. Celin yang sedang duduk menghadap ke etalase makanan pun langsung membalikkan badannya dan melihat ibunya sedang berdiri tepat di belakang. Celin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ah.. enggak kok bu, Cel

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 11

    “Kamu sedang apa?” tanya Celin, dia melihat Adimas yang berjalan sambil memengang handphonenya.“Ah.. ini aku mau melihat ada karyawan lobby yang akan ikut dalam acara pembukaan hotel!”Celin membulatkan matanya, itu artinya Adimas akan melihat data dirinya. Karena tidak ingin Adimas tau tentang dirinya, Celin reflek menepuk handphone Adimas sehingga jatuh ke lantai.Adimas melihat ke arah handphonenya yang sudah rusak di lantai. “Apa-apaan sih?” kenapa kamu rusak handphone saya?” tanya Adimas tidak terima.Celin pun tidak tau kalau pukulannya akan membuat handphone milik Adimas langsung rusak seperti itu. “Ah… itu tadi aku liat ada lalat di atas handphone kamu jadi aku pukul tapi malah handphone kamu yang rusak!” alibi Celin.Adimas menghela nafasnya, dia berjongkok lalu mengambil handphonenya. “Den, biar bibi saja yang ambil!” kata seorang pembantu yang sudah membawa sapu dan serokan.“Ah iya boleh bi!” Adimas pun kembali berdiri. “Lain kali hati-hati!”“Iya maaf!” jawab Celin.Adim

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 12

    “Yaudah kamu pulang, jangan nginep di sana. Besok kamu kerja Celin!”“Iya bu!” setelah itu Celin mematikan sambungan teleponnya.“Celin?”Celin mematung saat mendengar ada seseorang dari belakang dirinya memanggil namanya. Jantung Celin berdegup sangat kencang dan tidak karuan, walau pun begitu Celin tetap akan memastikan siapa yang ada di belakangnya. Dengan perlahan Celin membalikkan badannya seraya berdoa kalau itu bukan Adimas. Kalau benar Adimas yang ada di belakangnya, Celin tidak tau harus berbohong seperti apalagi.Celin mengembangkan senyumannya, saat melihat orang yang di belakangnya itu sesuai harapan dia. “Ah, anda siapa yah?” tanya Celin. Tentu saja Celin berpura-pura tidak mengenali lelaki yang ada di depannya ini.Zidan berjalan mendekati Celin, hal itu membuat Celin mundur saat Zidan mendekatinya. “Kenapa anda menjauh dari saya?” tanya Zidan.“Ah… itu karena…” Celin menggaruk lehernya, bingung dan ragu kalau dia akan menjawab pertanyaan Zidan dengan benar karena dia ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16

Bab terbaru

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 21

    “Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 20

    Tanpa pikir panjang Adimas pun langsung menelepon balik, tak lama panggilannya diangkat. “Pak, bapak kemana aja? Saya nungguin bapak dari tadi!”Adimas mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu menunggu saya Kamila?”Adimas tentu saja sangat bingung dan keheranan kenapa Kamila palsu memanggilnya dengan sebutan “pak”. Hal itu membuat Adimas menaruh curiga kepada Celin. “Hallo?” panggil Adimas karena Celin hanya diam tidak merespon.“Ah…. Salah sambung!” jawab Celin.Adimas mengangkat satu alisnya, “Salah sambung?”“I…iya salah sambung! Mohon maaf, aku tutup teleponnya dulu!” Celin langsung mematikan panggilan teleponnya.“Eh tunggu!” tapi panggilan telepon itu sudah terputus. Adimas masih menatap layar handphone dengan kerutan di keningnya. “Ada apa dengan dia?” tak lama, Adimas pun tersenyum miring. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.((((“Bodoh, bodoh, bodoh!” gerutu Celin pada dirinya sendiri, “Gimana aku bisa lupa coba kalau pak Adimas tau nomor aku kan sebagai Kamila, lalu dengan bodohn

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 19

    Adimas hendak pergi ke tempat pembukaan hotel tersebut, tapi dia mendapatkan kiriman video dari Zidan yang dimana isi dari video tersebut adalah percakapan Lydia dengan mamahnya.Adimas yang tersurut emosinya pun saat melihat mamahnya terlihat sekali tertekan. “Sialan!” umpat Adimas. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya, bukan untuk pergi ke hotel barunya, melainkan ke bandara. Tapi sebelum itu, dia sempat menyuruh Zidan untuk memberitahu kepada pengatur acara kalau dia tidak akan datang dan akan di wakilkan oleh Celin.((((Celin mondar-mandir sambil menggingit jarinya. “Lama banget sih, perasaan deket deh tempat nginepnya!” gerutu Celin. “Jangan bikin saya khawatir dong pak!” Celin menatap kearah depan, dia sangat berharap kalau Adimas datang saat ini juga. “Kenapa belum datang juga sih?”Celin langsung mengeluarkan handphonenya, untuk menelepon Adimas tanpa dia ingat kalau dia sangat menghindari hal itu. Tapi sayangnya, Adimas sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana s

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 18

    Adimas menatap Celin. “Dorong mobil ini! Mobil ini mogok!”“Hah? Dorong mobil?”Celin menatap Adimas, dia sama sekali tidak habis pikir dengan manajernya ini. Masa dia menyuruh seorang wanita untuk mendorong mobil. “Loh kok saya yang dorong pak? Saya mana kuat buat dorong mobil pak!”“Kalau saya yang dorong, terus siapa yang nyertir mobilnya?” Pertanyaan dari Adimas membuat Celin diam. “Saya bisa nyetir pak!” jawab Celin. Sedangkan Adimas, dia menatap Celin ragu. “Serius pak, saya bisa cuma emang gak punya mobil jadi gak pernah bawa mobil pak!” curhat Celin.Adimas menatap ke jalanan depan, ternyata tak jauh dari sana Adimas melihat ada bengkel mobil. “Yasudah, kamu masuk ke dalam biar saya yang coba dorong!” ucap Adimas.“Serius pak?” Celin memastikan.Adimas menunjukkan ke arah bengkel mobil, “Di sana ada bengkel! Cepetan kamu masuk ke dalam, setir yang bener!”“Iya pak!” Celin pun masuk ke dalam mobil.Walaupun jarak bengkel mobil itu terbilang dekat, tetapi karena hanya Adimas s

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 17

    Adimas berdecih saat melihat Kamila masih saja diam tidak berbicara, dia lalu melipat kedua tangannya di dada. “Jawab pertanyaan saya!”Kamila tersentak, dia berusaha untuk menelan ludahnya tapi Kamila mengalami kesulitan. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. “Emm… begini!” Kamila menjadi sangat gugup sekali.Adimas melipat kedua tangannya di dada. “Silahkan!”Kamila menarik nafasnya panjang. Lalu dia melirik kea rah Zidan yang sama-sama sedang menatapnya. “Saya…” Kamila menggelengkan kepalanya, “Wanita yang menggantikan saya itu…..” jeda Kamila. “Wanita itu adalah….. teman saya!” jawab Kamila. Dia langsung merasa sangat lemas, dengan terpaksa Kamila jujur karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk dia berbohong lagi.Adimas memiringkan kepalanya, “Teman kamu? Siapa nama dia?” tanya Adimas.Kamila langsung menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah mengakui kalau itu bukan dia tapi Kamila tidak akan pernah memberitahu nama Celin. Kamila juga tidak ingin kalau Celin

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 16

    Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 15

    Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 14

    Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 13

    Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan

DMCA.com Protection Status