Tiba saatnya ujian. Seluruh siswa mengikuti dengan semangat. Seminggu kemudian. Seluruh siswa lulus. Pengumuman telah di pasang. Sorak sorai mewarnai kelulusan. Mereka saling berpelukan berhasil mengakhiri masa Diklat ini.
Ivana bersama segengnya berpelukan sambil menangis. Ada keharuan yang menjalar di hati. Sebentar lagi mereka akan merindukan saat- saat seperti ini.
Segeng mereka ada Ivana, Norma, Ani dan Tara. Mereka merayakan kelulusan ini, menuju ke kantin. Makanan favorit mereka telah menunggu. Mereka semua suka soto daging, minum es teh.
"Mbok jum tolong siapkan soto daging empat ya, sama es teh," ucap Tara sopan.
"Baik Mbak," ucap Mbok jum sopan.
Kali ini mereka di traktir Tara. Tara yang paling kaya di antara mereka. Ayahnya pebisnis eksport import.
Mereka menikmati makan soto bersama.
"Eeh besok kita wisuda ya," Tanya Tara.
"Iyups," jawab mereka bertiga kompak.
*****
Ivana mengabari orang tuanya untuk datang Ke Kampus. Besok acara wisuda di kampus Ivana. Mereka datang hari ini ke kosan Ivana.
Ibu memeluk putrinya haru, Ines juga. Rindu tak bertemu selama enam bulan membuat rindu Ivana membuncah.
"Kabar kamu gimana Nak? Tanya Ibu mengusap rambut Ivana lembut.
"Alhamdulilah sehat Bu,"
"Mari masuk Ayah," ucap Ivana mengecup punggung tangan Ayahnya.
Ayah dan Ines masuk ke kos an Ivana. Di situ ada Norma sedang menghubungi keluarganya. Keluarga Norma datang agak mepet pas acara wisuda. Karena jarak salatiga dan Yogya lumayan dekat.
Esok Hari.
Mereka bersiap ke kampus, Ivana dan Norma berangkat lebih dulu. Mereka harus mengikuti gladi bersih sebelum wisuda . Tiba waktunya acara puncak. Semua semua orang tua Siswa datang ke kampus. Juga orang tua gengnya Ivana. Tau anaknya mereka sahabatan. Mereka pun saling memperkenalkan diri.
Gegap gempita acara wisuda di warnai tangis haru. Mereka selangkah lagi meneruskan cita- cita menjadi Pramugari. Mereka para Siswa mengabadikan moment saat bersama seperti ini. Menjadikan kenangan yang tak terlupakan.
Acara wisuda selesai. Mereka para Siswa saling berpelukan satu sama lain. Menandakan perpisahan, di warnai air mata. Seakan tak ingin berpisah. Namun inilah kehidupan ada pertemuan pasti ada perpisahan.
Ivana dan keluarganya sampai di rumah. Ivana membawa koper beserta ijazah menuju ke kamar. Setelah satu hari santai. Ia tak mau berleha- leha santai. Secepatnya ia ingin mencari pekerjaan. Mulai mencari pekerjaan di website maskapai penerbangan Nasional. Di telusurinya situs itu. Dan ternyata ada lowongan.
Ivana menghubungi Norma, sahabatnya.
"Haloo Norma, gimana kabarnya? Tanya Ivana.
"Alhamdulilah, aku baik Van, kamu juga kabarnya gimana?"
"Baik, Alhamdulilah. Norma ada lowongan ini di Maskapai Nasional, mau ikut nggak?"
"Iya mau, pembukaanya kapan Van?
"Minggu depan,"
"Oke, sampai ketemu minggu depan di Jakarta,"
"Siap," ucap Ivana semangat.
'Semoga aku di terima Di Maskapai.yang aku impikan Ya Allah.' Batin Ivana.
Seminggu Kemudian.
Ivana mempersiapkan berkas lamaran juga Ijazah Diklat di kopernya. Hari ini ada ujian tes Pramugari. Ivana sangat bersemangat menjalani. Sebelum berangkat ia berpamitan dengan orang tuanya juga Ines. Ines menangis ketika tau kakak kesayanganya akan pergi lagi darinya.
"Mbak ... hu huhu, nanti jangan lupa telepon ya," huhuhu ...."
"Iya ...." ucap Ivana sendu. Sebenarnya ia tak tega liat adiknya seperti itu. Tapi Ivana melakukan itu juga demi masa depan adiknya.
"Ines, udah jangan tangisi Mbak mu. Doakan aja moga sukses," ucap Ayah lembut.
Ines pun melepaskan pelukanya. Ivana kemudian berpamitan kepada orang tunya. Ibu menangis saat Ivana mencium pipinya. Sedang Ayah walau sedih tapi terlihat tegar.
Ivana berangkat ke Jakarta dengan tekad membara di dada. Sedih melihat adik semata wayangnya tak mau berpisah denganya. Tapi ini semua demi masa depan juga ia ingin membantu kuliah Ines nanti. Bus telah membawa Ivana menuju kota Impian, Jakarta. Jakarta sangat menarik untuk di kunjungi. Di sana menyajikan rupiah yang banyak ketika bekerja keras. Tak menyediakan bagi orang malas. Tapi kerja keras tak cukup tanpa ketrampilan yang mumpuni. Kota Metropolitan sangat menyeleksi orang yang tahan banting terhadap kehidupan.
Ivana sampai di jakarta. Segera ia mencari kosan di pinggiran Jakarta. Mencari yang murah tak apa. Asal bisa tidur malam ini. Untungnya ia segera mendapatkanya. Melepas lelah dalam semalam. Pagi sekali ia berangkat ke kantor Maskapai Nasional. Tapi ujianya di lakukan di Hotel tak jauh dari kantor Maskapai. Ia bertemu Norma.
"Hai Norma," sapa Ivana tersenyum lebar.
"Hai juga Van," mereka cipika cipiki sebagai tradisi ketika baru bertemu.
"Udah daftar belum? Tanya Ivana.
"Belum,"
"Ayuk daftar bareng,"
"Ayuuk,"
Mereka berdua mendaftarkan diri. Ternyata di ruangan ini udah rame pendaftar. Mereka berdua mencatat identitas diri dan lengkapi berkas yang telah di sediakan.
Satu jam kemudian. Para calon Pramugari menjalani Tes pertama. Semua tampak konsentrasi menghadapi tes di depanya. Tak lama kemudian Tes pertama selesai. Di lanjutkan Tes kepribadian. Ivana dan Norma menjalani dengan semangat. Mereka berharap besar untuk di terima di Maskapai Nasional ini.
Selama tiga hari mereka menjalani Tes, kini tibalah pengumuman. Ivana dan Norma saling berpegangan, menguatkan hati. Jantung mereka berdua berdegup kencang. Mempersiapkan mental apapun yang terjadi. Satu persatu nama di panggil keluar. Mereka berdua di panggil keluar. Hati mereka serasa ingin loncat keluar. Ivana mengeluarkan air mata haru. Tapi segera di usapnya. Malu di liat temen lain.
Para Calon Pramugari di kumpulkan di ruangan terpisah. Senyum merekah terlihat di kedua bibir mereka. Mereka akan di beri bimbingan kerja menjadi Pramugari.
*****
Hari ini adalah penerbangan perdana Ivana dan Norma, menuju Singapore. Antara gugup dan semangat membaur di hati mereka berdua. Dan ini impian Ivana menjadi Pramugari. Pintu pesawat di buka. Satu persatu masuk ke dalam pesawaat. Mata Ivana membelalak sempurna saat orang yang tadi bertabrakan denganya masuk pesawat ini.
Flashback on.
Bruukk ...."
"Maaf Mas ...aku buru- buru," ucap Ivana saat menabrak orang di Bandara. Dia melangkah terburu- buru dan menjatuhkan tas orang itu.
Ivana mengambilkan Tas orang itu dan menyerahkan ke pada orang itu.
"Iya Mbak, nggak apa- apa. Nanti lagi nggak usah buru- buru,"
"Iya Mas," ucap Ivana menganguk.
Ivana berbalik badan dan segera meninggalkan orang itu. Penerbangan perdana tak boleh telat. Tapi langkahnya di hentikan oleh orang itu.
"Mbak Ivana ...." panggil orang itu.
'Kenapa dia tau namaku?' Tanya Ivana dalam hati.
Ivana berbalik badan dan memasang muka datar.
"Ini dompetnya Mbak," orang itu mengulurkan dompet Ivana yang terjatuh.
Muka Ivana merah padam, bak kepiting merasa malu. Udah merasa geer. Pasti tau nama di seragam ada namanya.
Setelah mengucapkan terima kasih Ivana langsung gegas menuju pesawat. Norma sudah berulang kali menelponya agar segera sampai.
Flasback Off.
Orang itu tersenyum saat Ivana berdiri di depanya. Ivana merasa canggung saat dia meminta tunjukan nomer duduknya. Ivana terpaksa menuruti. Orang itu memperhatikan wajah manis Ivana. Membuatnya tersipu.
Bersambung.
Pov. David.Saat Aku terburu- buru melangkah menuju pesawat. Seorang Pramugari manis menabraku. Tas yang ku pegang pun sampai terjatuh. Sebelum aku mengambil tasku, dia buru meminta maaf. Suaranya terdengar merdu di telingaku. Aku langsumg mendongak melihat wajah manisnya. Mata yang jeli bulu lentik sontak menghipnotisku. Sesaat waktu seperti berhenti.Setelah meminta maaf, ia pun sepertinya terburu- buru. Ternyata dompet make upnya jatuh. Aku sempet melihat nama di tanda pengenal. Nama Ivana Anastasia."Ivana ...."Dia berhenti tapi sepertinya kesal namanya aku panggil. Ia berbalik memasang wajah datar. Aku gemes melihatnya.Melihat aku mengulurkan dompet, ia tersenyum manis. Membuatku melayang ke Nirwana. Penasaran menyapa Jiwaku. Hatiku kembali menghangat setelah hampir satu tahun mati.****
David mencoba melupakan kisah masa lalunya. Kini ia bisa berjalan tegak. Meninggalkan sisi kelam dalam hidupnya.Drttt..."Haloo Bos, saya udah di Bandara. Sebentar lagi sampai kantor."Oke, saya Tunggu David,"" Baik Bos," ucap David segera mengambil Tas. Melangkahkan kakinya menuju kantor Bosnya.Di kantor ia segera menemui Bosnya. Bos David menyambut dengam ramah."Hai David ...." sapa Bos George. Bos David orang Belanda. Tapi dia pandai Bahasa Inggris."Hai juga Bos ...."Mereka duduk di sofa empuk ruang kantor. Bos menyerahkan berkas pengambilan Kapal. Bos George membeli kapal baru dari jepang. Ia menyerahkan berkas untuk pengambilan kapal pada David. Tanpa berkas itu kapal tak bisa di ambil.Bos George juga membelikan tiket ke Jepang. Menyerahkan kepada Davi
Reta datang ke rumah David. Mama enggan menerima Reta masuk. Merasa muak melihat Reta wajah Reta."Siang Tante? David udah pulang ya?""Tau dari mana David udah pulang? Kamu kayak wartawan aja. Tau berita akurat !"Reta hanya senyum. Kemaren Mamanya David masih ramah. Tapi kenapa sekarang ketus? Reta mencari wajah teduh Mamanya David. Tak di temukan di sana. Yang ada aura kesal terpancar di wajahnya.Tanpa di suruh Reta duduk di sofa."Ada apa Reta? Dari mana kamu tau David pulang? Tanya Mama David."Dari Ardi Tante?"Lah terus kenapa masih kesini? Kata David kalian udah putus?Reta menelan ludah. Binggung harus menjawab apa. Sesuatu menganjal di hati Reta. Penyesalan memang selalu datangnya belakangan. Ingin mencoba meraih hati David kembali. "Aku hanya ingin minta maaf sama David Tante," ucap Reta mengiba."Ooh ...." ucap Mam
David gelisah, bayangan wajah Ivana mengoda pikiranya. Kangen menyelinap dalam dada. Hasrat ingin ketemu lagi begitu kuat mengoda David. Ia berdiri di balkon kamarnya menikmati kopi hitam kesukaanya. Tiba- tiba ada ide untuk menemui Ivana di Maskapai tempatnya bekerja. Ivana bekerja di Maskapai Nasional.'Ahh ... kenapa baru kepikiran? aku harus ke Maskapai itu' batin David.David mendongak ke atas, langit cerah. Malam bersinar sempurna. Terang memenuhi malam. Malam ini terasa syahdu ketika teringat Ivana. 'Seandainya dia di sini, aku pasti kan memeluknya' batin David. Ia tersenyum sendiri membayangkan hal itu."Udah malam David, kamu nggak tidur? Kenapa senyum - senyum sendiri?"David kaget mendengar suara Mamanya."Ya Allah, Mama Ngagetin aja!" David memegangi dadanya."Lagian udah Malam malah senyum- senyum sendiri nggak jelas," Omel Mama.David
David masih duduk di belakang kemudi. Mengambil masker untuk menutupi wajahnya. Jantung berdegup kencang, menurut orang lain merasa konyol menghampiri wanita di tempat kerjanya. tapi demi rasa yang menghantuinya setiap hari ia sanggup melakukan ini. David turun dari mobil hitamnya. Seorang satpam menyapa David ramah."Selamat pagi Mas?" Sapa Satpam paruh baya itu."Pagi pak," balas David ramah."Maaf Mas ada perlu apa?" Tanya Satpam tak kalah ramah.David gelagapan binggung harus ngomong apa. Terlintas mencari pekerjaan dalam pikiranya."Eeem ... saya mau mencari pekerjaan pak," ucap David mengusap keringat dingin yang tiba- tiba keluar pelipisnya."Ooh ... Mas sedang mencari pekerjaan? Kebetulan masih ada lowongan menjadi Asisten pilot. Nanti akan di tempatkan di Papua. Mas membawa berkas lamaran?"David melongo kemudian mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal. &nb
David segera pesen tiket online. Ingin sampai duluan sebelum Ivana datang. Tak sabar rasanya untuk bertemu pujaan hati. Burung Besi membawa David dengan selamat ke Negeri gajah putih. Ia turun dari pesawat dengan langkah ringan. Lalu lalang orang hendak menuju tujuanya masing- masing. Ia melihat jam di pergelangan tanganya menunjukan pukul enam sore. Teringat dirinya belum sholat maghrib. Ia menuju tempat ibadah yang di sediakan di Bandara ini. Ada ketenangan menyelusup ke dalam dada. Teringat wajah Ivana membuat hatinya bergetar. Setelah sholat, David menuju kafe bandara. Di sini menyediakan Aneka macam kopi dan Roti. Ia pesan kopi hitam dan Roti khas Thailand. Menikmati camilan sembari menunggu Ivana. Pesawat logo Burung mendarat manis di Bandara. Para penumpang turun. Ivana dan temanya masih di pantry membersihkan sisa makanan. Tak lama kemudian akhirnya selesai juga. Ivana merentang
Ivana merebahkan dirinya di Bed hotel Menunggu Norma mandi. Ia meraih hp dari tas Scrol nama Ayah. Di klik. Panggilan tersambung. "Haloo Nak? Sapa Ayah ringan. Rindu suara keluarganya hilang seketika. "Haloo Ayah? "Kabar gimana Ayah?" "Di rumah Alhamdulilah baik- baik saja Nak Semuanya sehat," "Syukurlah ...." "Kamu lagi di mana Van?" "Aku di thailand Yah," "Ya dah hati- hati aja di sana," *** Di kamar sebelah. David memesan kamar di sebelah Ivana. Ia ingin mengikuti Ivana berada. Cinta kadang tak mengenal logika. Seperti dirinya yang mengikuti sampai ke Thailand. Ia menelpon Ivana. Tapi masih tersambung ke panggilan lain. Ivana telepon sama siapa ya? Perasaan cemburu menyelusup di dada David. Ia mendengar derap langkah keluar bersama suara Ivana. Ya itu suara Ivana. David
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran
Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran