Ivana merebahkan dirinya di Bed hotel Menunggu Norma mandi. Ia meraih hp dari tas Scrol nama Ayah. Di klik. Panggilan tersambung.
"Haloo Nak? Sapa Ayah ringan. Rindu suara keluarganya hilang seketika.
"Haloo Ayah?
"Kabar gimana Ayah?"
"Di rumah Alhamdulilah baik- baik saja Nak Semuanya sehat,"
"Syukurlah ...."
"Kamu lagi di mana Van?"
"Aku di thailand Yah,"
"Ya dah hati- hati aja di sana,"
***
Di kamar sebelah.
David memesan kamar di sebelah Ivana. Ia ingin mengikuti Ivana berada. Cinta kadang tak mengenal logika. Seperti dirinya yang mengikuti sampai ke Thailand.
Ia menelpon Ivana. Tapi masih tersambung ke panggilan lain. Ivana telepon sama siapa ya? Perasaan cemburu menyelusup di dada David.
Ia mendengar derap langkah keluar bersama suara Ivana. Ya itu suara Ivana. David mengintip dari balik pintu. Itu memang Ivana bersama temenya.
David memakai kaos casual di padu jaket. Juga celana jeans. Masker menutupi wajahnya. Ia keluar mengikuti Ivana.
Ivana dan Norma jalan- jalan di pusat kuliner Bangkok. Inilah salah satu impian Ivana menjadi pramugari. Bisa traveling gratis. Ia dan Norma mampir di salah satu kedai camilan khas Bangkok. Tak sengaja mata menangkap sosok David datang mendekat. Dan menyunggingkan senyum termanisnya.
"Hai Ivana ... Kita ketemu lagi ya?"
David menatap tak berkedip gadis di depanya. Rambutnya di kuncir kuda,Kaos putih di padu jeans hitam. Kaki berbungkus sneaker putih. Agak tomboy tapi David suka. Perfect menurutnya.
Ivana menyipitkan matanya tak di sangka ketemu David lagi di sini. Apa dia mengikutiku. Huufft menyebalkan sekali?
"Dari mana, katanya mau kondangan ke temenya?" Tanya Ivana tanpa basa basi. Sambil menunggu camilanya selesai di bungkus.
"Iya udah pulang ko,"
Akhirya bisa bernafas lega walau berbohong. Sekali-kali berbohong nggak apa-apa kan. Yang penting jangan tiap hari nanti tak di percaya.
"Van, ini jajanan kamu! Ayoo jalan lagi,"
"Eeh aku boleh ikut nggak?"
Norma dan Ivana saling berpandangan.
"Boleh, tapi kita belum kenalan. Namanya siapa Mas?"
"David Nugroho," ucap David sembari menyalami Norma.
"Norma,"
"Norma siapa?
"Norma aja hehehe ...."
Ivana cuek dengan perkenalan mereka. Ia malah sibuk melihat kedai berjejer rapi. Bertuliskan halal. Berarti makanan itu boleh di konsumsi. Ivana terpesona dengan kecantikan alami gadis thailand. Kulit putih bersih juga berwajah semi oriental. Para cowoknya tak kalah dengan oppa korea. Aah mata seger rasanya. Eeh.. untung bukan bulan puasa. 'Astagfirullah' batin Ivana karena membiarkan matanya traveling kemana- mana.
Norma dan David masih saja ngobrol. Tapi matanya David selalu melirik ke arah Ivana. Tak sengaja Mata mereka bertemu. David mengulum senyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
'Eeh'
Ivana salah tingkah. Tapi segera di netralisir. Takut keblabasan. Kata orang bilang cinta dari mata turun ke hati.
'Apakah aku jatuh cinta?'
"Kamu kenapa Van? Bengong aja nanti kesambet mak kunti lo! yuk kita masuk ke Restoran padang di traktir Mas David nih!"
"Aah iya ..."
Ivana gelagapan. David malah tersenyum penuh arti. Mereka bertiga masuk ke Restoran padang. Restoran khas Indonesia yang sudah masuk ke ranah International. Di negara Asia menjumpai Restorant padang. Rendang makanan favorit para pemburu Restorant padang.
Mereka bertiga masuk. Ivana duduk di sebelah jendela. David langsung duduk di sebelahnya. Norma duduk di depan Ivana.
Norma memperhatikan gerakan tubuh David. Sepertinya David menyukai Ivana. 'Padahal aku baru saja asyik berbicara denganya. Siapa tau naksir. Eeh ... Efek jomblo kelamaan nih,' batin Norma.
Pelayan datang membawa daftar menu. Di Restorant ini yang punya Asli orang padang merantau ke Thailand. Tapi pelayanya ada yang dari asli Thailand. David dan Norma pesan Rendang. Norma pesan Ayam goreng.
Mereka menikmati makanan sambil ngobrol. Sesekali David melirik Ivana yang menyantap makananya. Tapi Ivana cuek. Ia lebih senang ngobrol dengan Norma. Seputar pekerjaan, film. Dan Drakor juga tentang Pilot yang handsome. 'Eeh'
David semakin terpesona sama kepribadian Ivana yang luwes dan Suka bercanda.
Mereka selesai makan. Sesuai kata Norma, David memang metraktirnya.
"Alhamdulilah kita di traktir David, yuk kita belanja pakaian barangkali David juga traktir hehehe," bisik Norma di telinga Ivana.
"Iets ... jangan seperti itu tak baik Nanti melanggar Norma kehargadirian hehehe ...."
"Asem ... yuk aah jalan," ucap Norma mengandeng lengan Ivana.
Ivana dan Norma kembali jalan mengunjungi stand pakaian dan David masih mengikuti di belakangnya. Ia sabar mengikuti Ivana. Padahal kaki udah pegel. Tapi demi cinta apapun di lakukan. Mereka berdua tak gengsi membeli pakaian yang di pajang di pinggir jalan. Ivana dan Norma membeli kaos berlogo Thailand dan celana jeans pendek. Terkadang Mereka suka beli kembar. Ketika David ingin membelikan untuk mereka. Ivana menolaknya. Ia Tak enak hati.
Mereka kembali ke hotel. Ivana dan Norma langsung merebahkan diri di Bed. Kaki mereka pegel semua.
Ting
Ada notif pesan masuk. Paling dari Ines. Pikir Ivana. Ia membuka hp. Dari nomer asing. 'Ini seperti nomer David' pikir Ivana.
Dengan perasaan malas ia menbuka isi chat.
"Haah ...."
Mata Ivana membulat sempurna. Menutup mulutnya yang menganga.
"Kenapa kamu Van? Liat hantu?
"Iya Hantu David !"
"Maksud kamu?"
"David nembak aku !"
Ivana tak percaya. Norma juga tak percaya. Norma merebut hp Ivana untuk di liatnya.
David: 'Ivana ... saat kita ketemu di bandara. Aku selalu ingat dirimu. Wajahmu membayangi setiap mimpiku. Setelah kita ketemu aku semakin yakin bahwa aku mencintaimu.' From David. Di bubuhi emot love.
"Haahhhaa ...." Norma tertawa terbahak- bahak.
"Eeh jangan bengong. Nanti setan David masuk!"
"Astaghfirullah ... amit- amit dah!"
Pernyataan cinta David kayak anak SD ya!
Kembali Norma tertawa. Ivana masih mengejap matanya tak percaya.
"Udah dong Norma, jangan di ketawain terus, kasihan!"
"Cie ...."
"Ya kan udah usaha dia, artinya gentle mau mengungkapkan perasaanya,"
Norma berhenti tertawa sambil mengusap ingus di hidungnya. Norma Kadang keluar ingus kalau tertawa.
Tak lama kemudian David menelpon. Ivana tak mengangkatnya. Mendadak grogi mendengar Suara David. Sekali lagi David menelpon.
"Van tuh di angkat. David kangen sama kamu lho!"
Norma terus meledeknya. Jantung Ivana deg- deg. Gugup menguasai hati.
"Aku grogi Nor ...."
"Halah ...."
Telepon kemudian mati lagi. David tak putus asa dia menelpon lagi. Norma yang mengangkatnya.
"Haloo David ya? Sebentar ya ... Ivana lagi di kamar mandi,"
"Oh ya oke Norma ... bilang aja ke Ivana aku tadi telepon,"
"Iya ...."
Norma kemudian menutup teleponya.
"Kamu bilang apa tadi?"
"Ya aku bilang kamu lagi di kamar mandi!"
"Makasih Norma ...."
Ivana masih mengatur jantungnya yang berirama. Di tekan dadanya berulang kali. Agar deg- deg an hilang.
Bersambung..
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran