David mencoba melupakan kisah masa lalunya. Kini ia bisa berjalan tegak. Meninggalkan sisi kelam dalam hidupnya.
Drttt...
"Haloo Bos, saya udah di Bandara. Sebentar lagi sampai kantor.
"Oke, saya Tunggu David,"
" Baik Bos," ucap David segera mengambil Tas. Melangkahkan kakinya menuju kantor Bosnya.
Di kantor ia segera menemui Bosnya. Bos David menyambut dengam ramah.
"Hai David ...." sapa Bos George. Bos David orang Belanda. Tapi dia pandai Bahasa Inggris.
"Hai juga Bos ...."
Mereka duduk di sofa empuk ruang kantor. Bos menyerahkan berkas pengambilan Kapal. Bos George membeli kapal baru dari jepang. Ia menyerahkan berkas untuk pengambilan kapal pada David. Tanpa berkas itu kapal tak bisa di ambil.
Bos George juga membelikan tiket ke Jepang. Menyerahkan kepada David.
"Ini tiket ke Jepang juga uang sakunya," ucap Bos George.
"Makasih Bos," ucap David sambil mengambil tiket dan uang seribu dolar di depanya.
Bos merasa udah selesai urusanya. Ia beranjak. Sebelum pergi menepuk pundak David.
"Selamat Bekerja,"
David menganguk mantap. Merasa tepukan itu adalah semangat untuknya.
"Siap Bos,"
David melangkah keluar, secepatnya harus menuju Bandara. Temenya sudah menunggu kedatangan dirinya. Sampai di Bandara. Ivana dan temen- temen baru keluar Bandara. Tak sengaja David dan Ivana berpapasan. David terpesona melihat Ivana berjalan. Begitu indah mahluk Tuhan satu ini, menurut David. David melempar senyum ke arah Ivana. Ivana membalas mengangukan kepalanya. Bahagia menbuncah dalam dada David. Serasa kupu- kupu beterbangan.
'Aah ... aku jatuh cinta lagi, selamat datang cintaku' batin David.
'Tapi kenapa aku tak minta nomernya. Aah dasar bodoh' David mengerutu sendiri. Sekarang hanya bisa memandang Ivana berjalan menjauh darinya.
'Semoga aku bertemu lagi denganya Ya Tuhan,' batin David.
David chek in menuju Jepang. Tak lama kemudian Pesawat membelah awan. Cuaca bagus, pesawat mendarat selamat sampai di Bandara Jepang.
****
Dua minggu kemudian.
David di Bandara Soekarno Hatta. Setelah dari Singapore. Ia pulang setelah Mengambil Kapal dari jepang. Kini ia di beri waktu untuk istirahat. David menunggu di Bandara menunggu jemputan. Ia baru saja menelpon Mang Ujang untuk menjemputnya.
Sosok yang di rindukan ketika jepang berjalan di hadapanya. Ivana berjalan bersama temenya. Lisa namanya. Hendak ke pesawat.
David seakan menemukan mutiara yang hilang.
"Ivana ...." panggil David.
Ivana sontak menoleh ke arah sumber suara.
Ia tersenyum pada David. Jantung David ingin loncat keluar. Saking bahagianya.
"Mau berangkat? Tanya David.
"Iya, mau ke Pontianak,"
"Emmm ... boleh minta no Wanya Van?
Ivana memandang David lekat, mencari tau maksud ucapanya. Tapi kemudian Ivana keberatan memberikan nomernya.
"Emmm ... maaf hpku di tas, nggak hapal nomernya, permisi Mas David,"
Ivana segera melenggang meninggalkan David yang berdiri terpaku.
'Aah sial !' Batin David.
Seseorang berlari menuju David. Sedari tadi ia memanggil juaganya tapi tak mendengar.
"Mas David ...." Mang Ujang terengah- engah menghampiri David.
"Kenapa nggos- ngosan Mang Ujang?
Mang Ujang mengatur nafasnya sebentar.
"Aden di panggil nggak denger. Makanya aku berlari memanggil Aden,"
"Ya kan nggak usah lari- lari juga Mang!"
"Ya udah, bawakan koper- koper saya,"
"Baik Den," ucap Mang Ujang mantap.
Orang Tua David sebenarnya dari Jogya. Tapi kini menetap di Bandung. Usaha Perhotelan berkembang pesat di Bandung. Kini Orang Tua David sudah mempunyai 10 Hotel yang tersebar di Bandung dan di Jakarta. Dan Dua gerai Makanan cepat saji.
Kata Mang ujang Mama David sudah menyiapkan makanan untuk menyambut kepulangan putra sulungnya. Ia jadi tak sabar bertemu orang tuanya. Juga adik semata wayangnya, David punya adik satu cowok Ardi namanya.
"Assalamualaikum ...." sapa David melangkah masuk ke dalam rumah.
"Walaikum salam," ucap Mama dari dalam. Segera menuju David.
David mencium tangan Mamanya juga keningnya.
"Gimana perjalananya Nak?"
"Baik, Alhamdulilah, ko sepi Ma?
"Papa sama Ardi Mana?"
"Papa mu belum pulang, Ardi juga belum pulang sekolah,"
"Ooh ... ya aku ke atas dulu Ma, mau mandi dulu,"
"Iya Mama tunggu ! Kita makan siang bareng,"
"Iya Ma,"
Setelah mandi David menemui Mamanya di meja makan. Air telah mengembalikan kesegaran wajah David. Membuatnya semakin tampan. Ia duduk di samping Mamanya. Ia mengambil makanan untuk David.
"Gimana kabar hubungan kamu sama Reta?
"Apa baik - baik saja?"
"Kemaren dia ke sini menanyakanmu dan meminta dia melamarmu!"
"Uhukk ... uhhhukk,"
"Pelan- pelan Vid makanya, nggak ada yang minta makananmu ! Goda Mama David.
David minum air putih, mengalirkan makanan yang tersedak di tengorokanya.
"Serius Ma! Reta minta di lamar !"
"Iya, Mama juga setuju kalau kamu melamar Reta,"
"Kalian juga udah pacaran dua tahun. Ngapain lama- lama pacaran ! Keburu dosanya makin banyak!"
David menghela nafas panjang. Memang Mamaya tak tau bahwa Reta telah menghianati dirinya.
"Aku tak mau melamar Reta Ma!"
Mama David langsung menghentikan makanya. Menoleh ke arah putra sulungnya. Mencari kejujuran di matanya. Bukankah dia sangat mencintai Reta? Sekarang kenapa tak mau melamarnya?
"Kenapa? Kamu putus denganya?
David menganguk lemah.
"Alasanya?" Tanya Mama David penasaran.
"Dia selingkuh Ma! ucap David menunduk. Ada kesedihan terlintas di mata David. Ketika luka itu kembali menyapa David. Saat itu Bumi yang di pijak seolah oleng.
"Apa kurangnya aku Ma, hingga Reta memilih yang lain?" ucap David sendu menatap Mamanya.
Mama David berdiri kemudian memeluk putra sulungnya.
"Bersyukurlah kamu udah di tunjukan siapa Reta sebenarnya. Kamu mengetahui siapa Reta sebelum menjadi Istrimu,"
Mama David mengelus pundak Putra sulungnya. Ingin menangis tapi air mata sudah mengering selama setahun ini. David berusaha melupakan Reta walau berat. Walau terkadang bayangan Reta masih bercokol dalam memori pikiranya.
"Sudahlah jangan memikirkan Reta. Mama cuma tak menyangka. Reta kukira gadis polos tapi ternyata menghianatimu ! Padahal Mama setuju kalau kamu sama Reta. Dia cantik, cerdas juga anaknya seorang Desingner terkenal di kota ini, tapi sayang dia tak setia!"
David melanjutkan makanya walau tak selera. kesedihan yang mendera membuat selera makanya hilang.
"David ...."
David sontak menoleh ke arah Mamanya.
"Masih memikirkan Reta??"
David minum air putih sebentar.
"Nggak Ma, Reta sudah mati di hatiku !"
"Baguslah, nanti Mama carikan penganti Reta,"
"Apaan sih ! Ini bukan jaman Siti Nurbaya Mama sayang !" ucap David mencebikan bibirnya.
Mama David terkekeh mendengar ucapan Anak sulungnya.
"Mama ...."
"Hemm ...."
"Boleh nggak aku punya istri seorang Pramugari?"
"Kamu udah dapet penganti Reta? Nanti dia hanya pelampiasan kamu gimana?"
"Nggak Ma, perasaan ini ada. Aku menyukai gadis itu," ucap David menerawang jauh.
"Namanya siapa? Tanya Mama penasaran.
"Rumahnya di mana, Mama ingin segera melamarkan untukmu!"
Mendadak senyum David mengembang lebar.
"Malah senyum- senyum sendiri kayak orang gila!"
"Diih Mama, masa ganteng gini di bilang gila!"
"Namanya Ivana Anastasia, tapi rumahnya David belum tau. Kita tak sengaja ketemu di Bandara,"
Bersambung..
Reta datang ke rumah David. Mama enggan menerima Reta masuk. Merasa muak melihat Reta wajah Reta."Siang Tante? David udah pulang ya?""Tau dari mana David udah pulang? Kamu kayak wartawan aja. Tau berita akurat !"Reta hanya senyum. Kemaren Mamanya David masih ramah. Tapi kenapa sekarang ketus? Reta mencari wajah teduh Mamanya David. Tak di temukan di sana. Yang ada aura kesal terpancar di wajahnya.Tanpa di suruh Reta duduk di sofa."Ada apa Reta? Dari mana kamu tau David pulang? Tanya Mama David."Dari Ardi Tante?"Lah terus kenapa masih kesini? Kata David kalian udah putus?Reta menelan ludah. Binggung harus menjawab apa. Sesuatu menganjal di hati Reta. Penyesalan memang selalu datangnya belakangan. Ingin mencoba meraih hati David kembali. "Aku hanya ingin minta maaf sama David Tante," ucap Reta mengiba."Ooh ...." ucap Mam
David gelisah, bayangan wajah Ivana mengoda pikiranya. Kangen menyelinap dalam dada. Hasrat ingin ketemu lagi begitu kuat mengoda David. Ia berdiri di balkon kamarnya menikmati kopi hitam kesukaanya. Tiba- tiba ada ide untuk menemui Ivana di Maskapai tempatnya bekerja. Ivana bekerja di Maskapai Nasional.'Ahh ... kenapa baru kepikiran? aku harus ke Maskapai itu' batin David.David mendongak ke atas, langit cerah. Malam bersinar sempurna. Terang memenuhi malam. Malam ini terasa syahdu ketika teringat Ivana. 'Seandainya dia di sini, aku pasti kan memeluknya' batin David. Ia tersenyum sendiri membayangkan hal itu."Udah malam David, kamu nggak tidur? Kenapa senyum - senyum sendiri?"David kaget mendengar suara Mamanya."Ya Allah, Mama Ngagetin aja!" David memegangi dadanya."Lagian udah Malam malah senyum- senyum sendiri nggak jelas," Omel Mama.David
David masih duduk di belakang kemudi. Mengambil masker untuk menutupi wajahnya. Jantung berdegup kencang, menurut orang lain merasa konyol menghampiri wanita di tempat kerjanya. tapi demi rasa yang menghantuinya setiap hari ia sanggup melakukan ini. David turun dari mobil hitamnya. Seorang satpam menyapa David ramah."Selamat pagi Mas?" Sapa Satpam paruh baya itu."Pagi pak," balas David ramah."Maaf Mas ada perlu apa?" Tanya Satpam tak kalah ramah.David gelagapan binggung harus ngomong apa. Terlintas mencari pekerjaan dalam pikiranya."Eeem ... saya mau mencari pekerjaan pak," ucap David mengusap keringat dingin yang tiba- tiba keluar pelipisnya."Ooh ... Mas sedang mencari pekerjaan? Kebetulan masih ada lowongan menjadi Asisten pilot. Nanti akan di tempatkan di Papua. Mas membawa berkas lamaran?"David melongo kemudian mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal. &nb
David segera pesen tiket online. Ingin sampai duluan sebelum Ivana datang. Tak sabar rasanya untuk bertemu pujaan hati. Burung Besi membawa David dengan selamat ke Negeri gajah putih. Ia turun dari pesawat dengan langkah ringan. Lalu lalang orang hendak menuju tujuanya masing- masing. Ia melihat jam di pergelangan tanganya menunjukan pukul enam sore. Teringat dirinya belum sholat maghrib. Ia menuju tempat ibadah yang di sediakan di Bandara ini. Ada ketenangan menyelusup ke dalam dada. Teringat wajah Ivana membuat hatinya bergetar. Setelah sholat, David menuju kafe bandara. Di sini menyediakan Aneka macam kopi dan Roti. Ia pesan kopi hitam dan Roti khas Thailand. Menikmati camilan sembari menunggu Ivana. Pesawat logo Burung mendarat manis di Bandara. Para penumpang turun. Ivana dan temanya masih di pantry membersihkan sisa makanan. Tak lama kemudian akhirnya selesai juga. Ivana merentang
Ivana merebahkan dirinya di Bed hotel Menunggu Norma mandi. Ia meraih hp dari tas Scrol nama Ayah. Di klik. Panggilan tersambung. "Haloo Nak? Sapa Ayah ringan. Rindu suara keluarganya hilang seketika. "Haloo Ayah? "Kabar gimana Ayah?" "Di rumah Alhamdulilah baik- baik saja Nak Semuanya sehat," "Syukurlah ...." "Kamu lagi di mana Van?" "Aku di thailand Yah," "Ya dah hati- hati aja di sana," *** Di kamar sebelah. David memesan kamar di sebelah Ivana. Ia ingin mengikuti Ivana berada. Cinta kadang tak mengenal logika. Seperti dirinya yang mengikuti sampai ke Thailand. Ia menelpon Ivana. Tapi masih tersambung ke panggilan lain. Ivana telepon sama siapa ya? Perasaan cemburu menyelusup di dada David. Ia mendengar derap langkah keluar bersama suara Ivana. Ya itu suara Ivana. David
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran