David masih duduk di belakang kemudi. Mengambil masker untuk menutupi wajahnya. Jantung berdegup kencang, menurut orang lain merasa konyol menghampiri wanita di tempat kerjanya. tapi demi rasa yang menghantuinya setiap hari ia sanggup melakukan ini. David turun dari mobil hitamnya. Seorang satpam menyapa David ramah.
"Selamat pagi Mas?" Sapa Satpam paruh baya itu.
"Pagi pak," balas David ramah.
"Maaf Mas ada perlu apa?" Tanya Satpam tak kalah ramah.
David gelagapan binggung harus ngomong apa. Terlintas mencari pekerjaan dalam pikiranya.
"Eeem ... saya mau mencari pekerjaan pak," ucap David mengusap keringat dingin yang tiba- tiba keluar pelipisnya.
"Ooh ... Mas sedang mencari pekerjaan? Kebetulan masih ada lowongan menjadi Asisten pilot. Nanti akan di tempatkan di Papua. Mas membawa berkas lamaran?"
David melongo kemudian mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
'Hadeeeh ... bodoh banget aku,' batin David.
"Mas ...." panggil Pak Satpam itu.
David terkesiap mendengar panggilan satpam di depan. Sadar dari lamunanya.
"Maaf pak, berkas lamaranya ketinggalan," ucap David nyengir kuda.
"Ya udah Mas pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Pak Satpam itu masih ramah.
David berbalik badan, melangkah menuju mobilnya. Duduk di belakang kemudi setirnya.
'Hadeh ... kenapa aku lupa sih. Om kan kerja di Maskapai ini,' gumam David lirih.
Om wijaya bekerja sebagai Direktur keuangan. Pasti tau tentang para Pramugara, Pramugari yang bekerja di Maskapai Ini.
Gegas David melajukan mobilnya ke Rumah Tante Lia. Tak lama kemudian Akhirnya Sampai di rumah Tante Lia.
"Assalamulaikum Tante ...."
Seorang wanita cantik berumur sekitar berumur 40 an keluar dari kamarnya.
"Walaikum salam ponakan Tante yang paling kasep," Tante Lia mencium kepala ponakanya.
"Om mana Tante?" David mengedarkan pandangan mencari omnya.
"Kerja, ada apa nyari om?"
Wajah David bersemu merah, malu kalau mengatakan yang sebenarnya. Ia mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
"Eem ... pingin ngobrol aja, Tante." ucap David tak tau harus ngomong apa.
"Ooh ... sini duduklah David. Kebetulan kamu main ke sini,"
David menuruti kemauan adik Mamanya duduk sofa empuk di ruang tengah.
"Ada Apa Tante kayaknya serius amat,"
"Iya serius,"
"Kenapa kamu dan Reta putus?"
Deg.
Ini pasti Reta sudah mengadu pada Tantenya. Dari dulu Reta dan Tante Lia deket banget. Saat berpacaran ketika bertengkar, Reta selalu mengadu berakhir manis di pelukan sang pacar. David menyayangi Tante seperti sayang sama Ibu sendiri. Permintaan Tantenya tak bisa menolaknya. Waktu masih pacarnya David tak keberatan Reta dekat dengan Tantenya tapi kini Reta sudah tak punya hubugan apa- apa lagi, masih mengadu . 'Hhh.. kurang ajar sekali dia,' batin David.
Dia sendiri tidak pernah ngomong putus sama Reta pada Tantenya. Ingin memendam luka hati sendiri.
"Reta ngomong apa aja Tante?"
Sebenarnya dia malas untuk membuka masa lalunya yang membuat hatinya membeku.
David mengalihkan pandanganya. Terlihat Dari raut muka Tantenya yang menyayangi Reta.
"Dia bilang masih sangat mencintaimu, David,"
Ciih
"Kalau dia mencintaiku tak mungkin dia selingkuh Tante!"
Rahang David mengeras menahan emosi.
"Mungkin dia khilaf Vid, lagian juga Reta masih menjaga harga dirinya, tak sampai mengorbankan mahkotanya,"
"Dan Tante percaya?!"
"Tante sangat percaya sama Reta, David,"
David diam sejenak merasa cemburu sebagai ponakan. David yang ponakan kandung justru Tantenya malah membela jelas- jelas orang yang menyakiti hatinya.
"Tapi hati Reta telah mendua Tante, David tak bisa menerimanya kembali,"
******
David ke kantor Maskapai lagi. Ia ingin menyambangi Om Wijaya di kantornya. Ia memarkirkan mobilnya kemudian melangkah masuk. Bertemu satpam tadi. Mengutarakan ingin bertemu pak Wijaya. Pak satpam pun mengantarkan sampai didepan ruangan Om Wijaya.
Di Depan pintu ruangan Om Wijaya.
Tok.. tok..
"Masuk ...." ucap Om wijaya.
Kepala David menyembul dari balik pintu. Ia tersenyum pada omnya yang lagi sibuk kerja menghadap laptopnya.
"Haloo om ...."
"David ..." seru Om Wijaya senang. Melihat ponakanya datang berkunjung. Ia kemudian mencium tangan Omnya takzim.
David kemudian duduk di hadapan Om Wijaya.
"Gimana kabar kamu?"
"Baik Om?"
"Kalau Om sendiri gimana juga kabarnya?"
"Alhamdulilah Om sehat aja,"
"Ada apa nih, tumben ke kantor Om? Mau ganti profesikah?"
"Hahaha ... nggak Om, aku masih suka dunia laut. Ada ketenangan tersendiri saat memandang lautan lepas,"
"Ya terserah kamu,"
Om Wijaya melihat Aura David beda. Ia seperti seorang yang jatuh cinta.
"Gini Om, aku mau minta tolong?"
"Ada apa? Katakan aja ... Barangkali om bisa bantu?"
David agak malu mengatakanya. Tapi dia ingin bertemu Ivana. Mungkin dengan cara ini. Akan ada jalan menemui Ivana.
"Ada apa David? Ko malah bengong?"
"Eemmm beberapa hari yang lalu, seorang wanita berhasil mengalihkan perhatianku. Dia bekerja di maskapai ini,"
"Maksudmu ingin bertemu orang yang kerja di maskapai ini?"
"Iya,"
"Eem siapa nih? Bukanya kamu pacaran sama Reta?"
"Aku sama Reta udah putus om."
"Lah kenapa?"
"Reta selingkuh,"
"Astaghfirullah ...."
"Ya sudahlah, Wanita masih banyak yang penting kamu bisa move on,"
"Hahaha ... iya, maka dari itu aku minta bantuan om mencari data seseorang,"
"Namanya siapa? dia di ruangan kantor apa di lapangan?"
"Di lapangan om, dia Pramugari namanya Ivana Anastasia."
"Oke, sebentar om cari datanya dulu,"
Om Wijaya mensearch data para pramugari. Inisial I di klik. Akhirnya nama Ivana Anastasia berada di layar.
"Ini data lengkap Ivana, juga nomer teleponya,"
David kemudian mencatat semua tentang Ivana. Bahagia mendapat informasi tentang Ivana. Segera mencatat no hape Ivana. Ke note bukunya.
"Om makasih nih atas bantuanya,"
"Kamu tak ingin mentraktir om mu makan siang?"
Om wijaya meledek keponakanya.
"Hehehe ya om, aku juga lapar nih !"
David dan Om Wijaya keluar menuju Restorant di depan kantor. Ada banyak menu di Restorant ini. Tapi mereka memilih menu andalan sini. Sop Iga sapi.
"Oh ya David, malam ini Ivana ada jadwal terbang ke Thailand," ucap Om Wijaya sembari memasukan sop Iga ke mulutnya.
"Jam berapa Om?"
"Jam tujuh malam,"
"Okelah nanti sebelum jam tujuh aku udah berada di Thailand!"
"Wiih ... gercep ya !"
"Kalau nggak gercep nanti hilang om ...." kelakar David. Sambil menikamati makan siang yang nikmat ini.
*****
Ivana beserta 3 teman lainya, Norma, ara juga Lisa. Mereka di pantry pesawat menyiapkan menu makanan untuk calon penumpang. Mereka akan terbang ke Negeri gajah putih. Ivana sangat Antusias. Karena ini juga penerbangan perdananya. Ia kemudian melihat jam di tanganya.
'Emm sebentar lagi pesawat akan landing' batin Ivana.
"Norma bantu aku buka pintu pesawat dulu, sebentar lagi waktunya landing,"
"Oke ...."
Norma dan Ivana membuka pintu pesawat. Tak lama kemudian satu persatu penumpang menuju tempat duduknya.
Semua penumpang telah masuk. Ivana dan Ara yang bertugas memberi arahan keselamatan penumpang.
Cuaca di luar pesawat terlihat cerah. Awan seputih kapas menghiasi langit yanh biru. Ivana mengucap lafaz bismilah dan doa setiap berada di dalam burung besi. Mengharap keselamatan sampai tujuan.
Bersambung..
David segera pesen tiket online. Ingin sampai duluan sebelum Ivana datang. Tak sabar rasanya untuk bertemu pujaan hati. Burung Besi membawa David dengan selamat ke Negeri gajah putih. Ia turun dari pesawat dengan langkah ringan. Lalu lalang orang hendak menuju tujuanya masing- masing. Ia melihat jam di pergelangan tanganya menunjukan pukul enam sore. Teringat dirinya belum sholat maghrib. Ia menuju tempat ibadah yang di sediakan di Bandara ini. Ada ketenangan menyelusup ke dalam dada. Teringat wajah Ivana membuat hatinya bergetar. Setelah sholat, David menuju kafe bandara. Di sini menyediakan Aneka macam kopi dan Roti. Ia pesan kopi hitam dan Roti khas Thailand. Menikmati camilan sembari menunggu Ivana. Pesawat logo Burung mendarat manis di Bandara. Para penumpang turun. Ivana dan temanya masih di pantry membersihkan sisa makanan. Tak lama kemudian akhirnya selesai juga. Ivana merentang
Ivana merebahkan dirinya di Bed hotel Menunggu Norma mandi. Ia meraih hp dari tas Scrol nama Ayah. Di klik. Panggilan tersambung. "Haloo Nak? Sapa Ayah ringan. Rindu suara keluarganya hilang seketika. "Haloo Ayah? "Kabar gimana Ayah?" "Di rumah Alhamdulilah baik- baik saja Nak Semuanya sehat," "Syukurlah ...." "Kamu lagi di mana Van?" "Aku di thailand Yah," "Ya dah hati- hati aja di sana," *** Di kamar sebelah. David memesan kamar di sebelah Ivana. Ia ingin mengikuti Ivana berada. Cinta kadang tak mengenal logika. Seperti dirinya yang mengikuti sampai ke Thailand. Ia menelpon Ivana. Tapi masih tersambung ke panggilan lain. Ivana telepon sama siapa ya? Perasaan cemburu menyelusup di dada David. Ia mendengar derap langkah keluar bersama suara Ivana. Ya itu suara Ivana. David
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran