Heh, mau saya laporkan kamu. Biar kamu di pecat dari tempat ini, dan hidup menjadi gelandangan di jalan!" seru Siska, wanita itu sedari dulu sama sekali tak terima sebuah penolakan."Silahkan laporkan saja. Saya tidak takut, Mbak." ujar Ayu~pelayan toko kali ini ia sedikit berani.Aku yang sekarang merasa harus membela Ayu yang tengah di paksa untuk melayani oleh wanita sundel bolong ini."Mbak, kalau mbaknya ini gak mau yang jangan di paksa." belaku.Wajah Siska, dan Mia langsung memerah mendengar ucapanku."Heh, cewek sok cantik, sok kaya, lu dari desa mana?" tanya Siska dengan nada meremehkan padaku."Gue dari DESA MATI! Mau apa emang lu? Mau gue bawain demit di sana," jawabku.Ayu yang mendengar ucapanku, terlihat sekuat tenaga menahan tawanya."Gini nih kebiasaan cewek kampung. Mainnya sama demit dan pelet," cibir Mia padaku."Mending gue! Daripada lu mainannya sama om-om," balasku, sambil memamerkan senyum sinis pada mereka."Apa lu bilang?" desis Siska, dan Mia tak terima."Das
Di sana sudah ada Ibu Arora, Bang Adnan, irpan. Sementara ibuku semalam izin pulang ke kampung kami, karena harus tetap membuka toko sembako ku di sana. Padahal aku tahu beliau pasti tak nyaman dan tidak biasa tinggal di rumah mewah ini.Bu Arora awalnya keberatan atas ke pulang ibuku. Namun, ibuku kekeh meminta pulang, dan akhirnya ibu pulang di antarkan oleh beberapa supir serta orang suruhan Bu Arora.Nampaknya semua orang tengah menunggu, aku memaksakan kakiku agar lebih cepat. Walaupun inti tubuh terasa perih.Saat melihat kehadiranku semua mata tertuju padaku. Mereka menatapku aneh,dari ujung kaki, dan kepala. Mereka tak henti memandangku dengan penuh arti.' Pasti mereka tengah melihat rambut basahku yang tergerai, dan juga cara berjalan ku ini.' ucapku. Sku lupa tak mengeringkan rambut terlebih dahulu, mengunakan pengering rambut yang berada di kamar. "Kalian pasti sangat letih semalaman," goda Bu Arora memamerkan senyumannya.Aku menoleh pada Bang Adnan, pria itu hanya men
"Nyonya, tolong maafkan kami. Kami tidak tahu bahwa wanita ini menantu anda, tolong maafkan kesalahan kami." ucap pria manajer itu pada ibu Arora.Pria itu pias gemetaran memohon pada Bu Arora. Sedangkan ke angkuhnya yang tadi hilang entah kemana."Nasibmu, dan tokomu ada pada keputusan menantu saya. Kalian harus minta maaf kepadanya bukan kepada saya," ujar Bu Arora menatapku.Aku menelan salivaku dengan susah payah."Apa maksud, Tante?" tanya Siska."Bisa-bisanya cewek kampung seperti dia, bisa menentukan nasib seseorang?" timpal Mia.Kedua wanita itu terlihat tak bisa menerima kekalahan."Diam kalian!" bentak Bu Arora.Siska dan Mia langsung membungkam mulut mereka masing-masing."Oh, jadi kalian tidak mau meminta maaf pada menantuku. Baiklah besok saya akan urus surat pengeluaran tokomu, dan satu lagi jangan harap toko ini akan terima masuk mall lain." ancam Bu Arora, pria itu terlihat cemas, tubuh langsung tersentak kaget."Jangan nyonya!" histeris pria itu."Lalu tunggu apalagi?
"Kurang? Ini kita udah kaya jualan baju keliling mall Mah, kasihan mereka." ucapku menujuk Ayu, dan pelayan toko tadi yang di minta Bu Arora untuk ikut berkeliling dan merampok toko di mall ini.Aku kasihan pada mereka, wajah mereka nampak kelelahan sekali."Oke, tapi satu toko lagi. Soalnya Adnan pesan Mamah harus wajib belikan pakaian ini untuk koleksi malam," ujar Bu Arora sambil tersenyum.Aku mengerutkan keningku, koleksi malam."Pakaian apa, Mah?" tanyaku bingung.Bu Arora langsung menarik tanganku untuk memasuki satu toko lagi.Degh, wajahku langsung memerah setelah tahu toko apa ini.Bersambung""M-ah, kayaknya kita s-salah masuk to-toko deh?" tanyaku gugup pada Bu Arora."Ya enggak lah, justru pakaian ini yang wajib kita beli." goda Bu Arora.Aku memalingkan wajahku malu.'Sumpah ini laki ngapain beli beginian? Mana sama mertua lagi' runtukku dalam hati pada Bang Adnan."Mbak tolong bawakan beberapa stel kaya gini. Tapi, yang paling seksi, dan bikin masuk angin!" perintah Bu
Tok! Tok! Tok!Pintu kamar di ketuk oleh seseorang di luar.Apa mungkin itu bang Adnan yang mengetuk pintu, aku menarik nafas panjang lalu dengan malas menuju pintu untuk membukanya.Ceklek."Mamah, ada apa Mah?" tanyaku saat membuka pintu.Aku kira tadi adalah bang Adnan ternyata bu Arora yang mengetuk pintu, harusnya mulai sekarang aku belajar bahwa tak perlu terlalu berharap dengan dia lagi."Sayang, Ayu bilang kamu kurang enak badan ya?" tanya bu Arora khawatir."Enggak kok mah, aku baik-baik aja" jawabku."Mamah takut kamu ga enak badan gara-gara kelamaan belanja tadi" ucap bu Arora cemas."Makasih ya mah, sudah mau perhatian padaku" ucapku sambil tersenyum."Ah kamu ini sudah Mamah anggap anak Mamah sendiri, jadi wajar Mamah perhatian" ujar Bu Arora.Aku cukup tersentuh mendengar tutur katanya."Oh ya, jangan lupa itu baju malamnya di pake, oke" pinta bu Arora."Insyaallah mah" jawabku."Mandi dan dandan yang cantik" pinta bu Arora."I-ya Mah" jawabku."Harus pokoknya. Ya sudah
Sedangkan bang adnan mengulum senyumannya saat mendengar pujianku."Dek ingat ga? dulu abang itu nyamar, dan wanita yang satu-satunya mau di deketin abang itukan cuma adek" ucap bang Adnan.Oh jadi selama ini dia cuma nguji aku nih?."Iya sih, tapi abang kenapa harus pake nyamar segala?" tanyaku ketus."Ya buat dapatin adek, satu-satunya wanita yang tulus yang mau nerima abang apa adanya" jawab bang Adnan yang membuatku tertunduk malu."Abang juga mau nanya? kenapa dulu adek mau aja di deketin sama pria jel3k, hitam juga bertompel." tanya bang Adnan."Adek sebenerna juga ga mau bang" jawabku.Bang Adnan langsung mencabikkan bibirnya gemas mendengar jawabanku, aku terkikik geli menatap raut wajahnya yang misuh-misuh."Adek mah ga mandang dari fisik harta dan tahta bang, kalau abang yang udah di takdirin jadi suami adek ya mau gimana lagi " ucapku."Adnan" panggil seorang wanita di belakangku.'Idih, ini si kuntilanak merah ngapain nongol di siang bolong' makiku dalam hati'Idih ngapain
"Apaan sih lu! Sok penting amat mau di ceritain di hidup gue,"ucap Bang Adnan judes.'Emang enak lu!' Cibirku dalam hati, sebenernya aku malas lama-lama duduk bersama dua kuntilanak'merah ini."Puspa, saya ini mantan pacarnya Khaizan." ucap Siska penuh penekanan padaku."Eh siapa yang nanya?"sahut irpan ketus."Ya, gue cuma ngasih tahu aja sih. Apa salahnya coba," ucap Siska tak sadar diri."Oh mbak mantannya, saya istrinya." ucapku santai."Saya cinta pertamanya Khaizan. Dulu saya juga satu-satunya wanita yang paling di cintai, dan sangat berharga di hidup Khaizan." ucap Siska."Haduh Mbak, tahu lagunya inul darah tinggi. Eh inul Daratista gak? Gini nih lagunya. Masa lalu biarlah masa lalu~ Jangan kau ungkit jangan bilang padaku~ Masa lalu biarlah masa lalu~ Sungguh anda sudah tidak penting lagi. Hahaha," balasku sambil menyanyikan lagu bunda Inul Daratista.Irpan yang mendengar ucapanku sedikit terkejut. Lalu dia tersenyum dam memberikan dua jempol jarinya padaku.'Udahlah virus a
"Hebat Mbak, bisa ngalahin dua ular betina sekaligus dengan jurus yang jitu." puji irpan."Lihat siapa dulu dong, Puspa." sombongku."Iya deh, Mbak iparku memang bukan kaleng-kaleng," kekeh irpan."Udah kembali lu sono!" usir Bang Adnan pada irpan."Buset, main usir aja pas udah di tolong, emang nih abang ga tahu diri." cibir Irpan."Lu janji gak ganggu." ujar Bang Adnan mengingatkan." Ya, bilang makasih kek apa gitu? Jangan main usir adik sendiri, memang sungguh ter-la-luuuu kau Bang, sung-guh kejam kau Rhoma." Cibir irpan sambil menirukan suara dengan logat Pak Haji Rhoma irama. tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan irpan, receh abis ini padanya adik ipar."Gimana tadi makan di restorannya? Si irpan gal ganggu kalian 'kan?" tanya Bu Arora saat kami semua sampai di rumah.Bang Adnan menghela nafas berat lalu menatap ibunya."Si irpan emang gak ganggu, Mah" jawab Bang Adnan. "Yang ganggu si ular betina" sela Irpan.Bu Arora mengkerut keningnya"Ular betina. Siapa?" tanya Bu Arora.