"G****e!" Teriakku tanpa sadar, aku segera menutup mulutku. Semoga saja tidak ada orang yang mendengar tadi."Kenapa tidak dari tadi saja aku mencari tahu di sana"Gumamku.Aku mengambil ponsel dan langsung mengklik aplikasinya."Halo, G****e. Bagaimana tata cara melakukan malam pertama?" Tanyaku pada G****e dengan mengunakan voice.Aku membaca hasil dari pencarian.1. Mandi lalu berwudhu2. Lalu kenakan pakaian seksi3. Berdandan cantik dll.Setelah membaca semua kisi-kisi soal ujian aku langsung bergegas mengambil handuk, lalu mandi di dalam kamar mandi.Aku memakai semua wangi-wangian dan melulur tubuhku sampai bersih putih mengkilap, sehingga kulit badanku terasa kenyal dan putih seperti mie tiau.Setelah melakukan berbagai macan ritual, aku mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum keluar kamar mandi.Aku tersenyum lebar, malam ini aku benar-benar memilih pakaian yang menurutku paling seksi.Baju tipis dan kurang bahan, yang menjadi pilihanku. Dress santin warna merah menantang tanpa
Heh, mau saya laporkan kamu. Biar kamu di pecat dari tempat ini, dan hidup menjadi gelandangan di jalan!" seru Siska, wanita itu sedari dulu sama sekali tak terima sebuah penolakan."Silahkan laporkan saja. Saya tidak takut, Mbak." ujar Ayu~pelayan toko kali ini ia sedikit berani.Aku yang sekarang merasa harus membela Ayu yang tengah di paksa untuk melayani oleh wanita sundel bolong ini."Mbak, kalau mbaknya ini gak mau yang jangan di paksa." belaku.Wajah Siska, dan Mia langsung memerah mendengar ucapanku."Heh, cewek sok cantik, sok kaya, lu dari desa mana?" tanya Siska dengan nada meremehkan padaku."Gue dari DESA MATI! Mau apa emang lu? Mau gue bawain demit di sana," jawabku.Ayu yang mendengar ucapanku, terlihat sekuat tenaga menahan tawanya."Gini nih kebiasaan cewek kampung. Mainnya sama demit dan pelet," cibir Mia padaku."Mending gue! Daripada lu mainannya sama om-om," balasku, sambil memamerkan senyum sinis pada mereka."Apa lu bilang?" desis Siska, dan Mia tak terima."Das
Di sana sudah ada Ibu Arora, Bang Adnan, irpan. Sementara ibuku semalam izin pulang ke kampung kami, karena harus tetap membuka toko sembako ku di sana. Padahal aku tahu beliau pasti tak nyaman dan tidak biasa tinggal di rumah mewah ini.Bu Arora awalnya keberatan atas ke pulang ibuku. Namun, ibuku kekeh meminta pulang, dan akhirnya ibu pulang di antarkan oleh beberapa supir serta orang suruhan Bu Arora.Nampaknya semua orang tengah menunggu, aku memaksakan kakiku agar lebih cepat. Walaupun inti tubuh terasa perih.Saat melihat kehadiranku semua mata tertuju padaku. Mereka menatapku aneh,dari ujung kaki, dan kepala. Mereka tak henti memandangku dengan penuh arti.' Pasti mereka tengah melihat rambut basahku yang tergerai, dan juga cara berjalan ku ini.' ucapku. Sku lupa tak mengeringkan rambut terlebih dahulu, mengunakan pengering rambut yang berada di kamar. "Kalian pasti sangat letih semalaman," goda Bu Arora memamerkan senyumannya.Aku menoleh pada Bang Adnan, pria itu hanya men
"Nyonya, tolong maafkan kami. Kami tidak tahu bahwa wanita ini menantu anda, tolong maafkan kesalahan kami." ucap pria manajer itu pada ibu Arora.Pria itu pias gemetaran memohon pada Bu Arora. Sedangkan ke angkuhnya yang tadi hilang entah kemana."Nasibmu, dan tokomu ada pada keputusan menantu saya. Kalian harus minta maaf kepadanya bukan kepada saya," ujar Bu Arora menatapku.Aku menelan salivaku dengan susah payah."Apa maksud, Tante?" tanya Siska."Bisa-bisanya cewek kampung seperti dia, bisa menentukan nasib seseorang?" timpal Mia.Kedua wanita itu terlihat tak bisa menerima kekalahan."Diam kalian!" bentak Bu Arora.Siska dan Mia langsung membungkam mulut mereka masing-masing."Oh, jadi kalian tidak mau meminta maaf pada menantuku. Baiklah besok saya akan urus surat pengeluaran tokomu, dan satu lagi jangan harap toko ini akan terima masuk mall lain." ancam Bu Arora, pria itu terlihat cemas, tubuh langsung tersentak kaget."Jangan nyonya!" histeris pria itu."Lalu tunggu apalagi?
"Kurang? Ini kita udah kaya jualan baju keliling mall Mah, kasihan mereka." ucapku menujuk Ayu, dan pelayan toko tadi yang di minta Bu Arora untuk ikut berkeliling dan merampok toko di mall ini.Aku kasihan pada mereka, wajah mereka nampak kelelahan sekali."Oke, tapi satu toko lagi. Soalnya Adnan pesan Mamah harus wajib belikan pakaian ini untuk koleksi malam," ujar Bu Arora sambil tersenyum.Aku mengerutkan keningku, koleksi malam."Pakaian apa, Mah?" tanyaku bingung.Bu Arora langsung menarik tanganku untuk memasuki satu toko lagi.Degh, wajahku langsung memerah setelah tahu toko apa ini.Bersambung""M-ah, kayaknya kita s-salah masuk to-toko deh?" tanyaku gugup pada Bu Arora."Ya enggak lah, justru pakaian ini yang wajib kita beli." goda Bu Arora.Aku memalingkan wajahku malu.'Sumpah ini laki ngapain beli beginian? Mana sama mertua lagi' runtukku dalam hati pada Bang Adnan."Mbak tolong bawakan beberapa stel kaya gini. Tapi, yang paling seksi, dan bikin masuk angin!" perintah Bu
Tok! Tok! Tok!Pintu kamar di ketuk oleh seseorang di luar.Apa mungkin itu bang Adnan yang mengetuk pintu, aku menarik nafas panjang lalu dengan malas menuju pintu untuk membukanya.Ceklek."Mamah, ada apa Mah?" tanyaku saat membuka pintu.Aku kira tadi adalah bang Adnan ternyata bu Arora yang mengetuk pintu, harusnya mulai sekarang aku belajar bahwa tak perlu terlalu berharap dengan dia lagi."Sayang, Ayu bilang kamu kurang enak badan ya?" tanya bu Arora khawatir."Enggak kok mah, aku baik-baik aja" jawabku."Mamah takut kamu ga enak badan gara-gara kelamaan belanja tadi" ucap bu Arora cemas."Makasih ya mah, sudah mau perhatian padaku" ucapku sambil tersenyum."Ah kamu ini sudah Mamah anggap anak Mamah sendiri, jadi wajar Mamah perhatian" ujar Bu Arora.Aku cukup tersentuh mendengar tutur katanya."Oh ya, jangan lupa itu baju malamnya di pake, oke" pinta bu Arora."Insyaallah mah" jawabku."Mandi dan dandan yang cantik" pinta bu Arora."I-ya Mah" jawabku."Harus pokoknya. Ya sudah
Sedangkan bang adnan mengulum senyumannya saat mendengar pujianku."Dek ingat ga? dulu abang itu nyamar, dan wanita yang satu-satunya mau di deketin abang itukan cuma adek" ucap bang Adnan.Oh jadi selama ini dia cuma nguji aku nih?."Iya sih, tapi abang kenapa harus pake nyamar segala?" tanyaku ketus."Ya buat dapatin adek, satu-satunya wanita yang tulus yang mau nerima abang apa adanya" jawab bang Adnan yang membuatku tertunduk malu."Abang juga mau nanya? kenapa dulu adek mau aja di deketin sama pria jel3k, hitam juga bertompel." tanya bang Adnan."Adek sebenerna juga ga mau bang" jawabku.Bang Adnan langsung mencabikkan bibirnya gemas mendengar jawabanku, aku terkikik geli menatap raut wajahnya yang misuh-misuh."Adek mah ga mandang dari fisik harta dan tahta bang, kalau abang yang udah di takdirin jadi suami adek ya mau gimana lagi " ucapku."Adnan" panggil seorang wanita di belakangku.'Idih, ini si kuntilanak merah ngapain nongol di siang bolong' makiku dalam hati'Idih ngapain
"Apaan sih lu! Sok penting amat mau di ceritain di hidup gue,"ucap Bang Adnan judes.'Emang enak lu!' Cibirku dalam hati, sebenernya aku malas lama-lama duduk bersama dua kuntilanak'merah ini."Puspa, saya ini mantan pacarnya Khaizan." ucap Siska penuh penekanan padaku."Eh siapa yang nanya?"sahut irpan ketus."Ya, gue cuma ngasih tahu aja sih. Apa salahnya coba," ucap Siska tak sadar diri."Oh mbak mantannya, saya istrinya." ucapku santai."Saya cinta pertamanya Khaizan. Dulu saya juga satu-satunya wanita yang paling di cintai, dan sangat berharga di hidup Khaizan." ucap Siska."Haduh Mbak, tahu lagunya inul darah tinggi. Eh inul Daratista gak? Gini nih lagunya. Masa lalu biarlah masa lalu~ Jangan kau ungkit jangan bilang padaku~ Masa lalu biarlah masa lalu~ Sungguh anda sudah tidak penting lagi. Hahaha," balasku sambil menyanyikan lagu bunda Inul Daratista.Irpan yang mendengar ucapanku sedikit terkejut. Lalu dia tersenyum dam memberikan dua jempol jarinya padaku.'Udahlah virus a
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i