Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya.
"Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah.Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari iSaat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
"Semua orang tahu wajahmu. Bagaimana kau bisa mencari tahu tentang tindak korupsi yang terjadi, di desa Rengganis, Nak? Lagi pula Mama khawatir padamu ...""Ma, percayalah pada Adnan. Adnan akan buktikan kecurangan yang terjadi di pabrik dengan hati-hati."_____"Aduh nikah kok sama orang miskin, udah miskin tambah miskin deh.""Mending kalau ganteng, loh ini mukanya sudah burik malah di tambal sama tompel." "Puspa, kok kamu mau aja sih, di jodohin ibumu sama pria modelan kaya gini?""Mas, kalau sudah nikah rajin-rajin mandinya, sekalian gosok itu dakinya, biar ga berkerak, mas sudah berapa hari itu ga mandi, sampai item banget kaya gitu!' "Halah di mandiin juga bentuknya nga bakalan berubah. Lagian Si Ranti nemu nih g e m b e l ini di mana sih? bisa-bisanya dia jodohin anak perempuannya sama orang ini" ujar Uwa Rosid saudara dari ibu.Mereka menatap jijik Bang Adnan yang sekarang telah menjadi suamiku. Namun, bang Adnan tetap bersikap tenang, seolah itu adalah sebuah nyanyi di teli
"Wahhh ... Wahhhh. Jadi ini suaminya si Puspa!" teriak Wulan dari kejauhan.'Ngapain lagi nih anak kesini?' tanyaku dalam hati."Heran, kok si Puspa mau-maunya di perawanin sama si buruk rupa." ucap Wulan."Beneran semalam belah duren, Pus?" tanya lbu-ibu tetangga rumahku."Gimana rasanya? Kuat berapa ronde tuh suami jelekmu."Wajahku langsung merona, mengingat apa yang terjadi tadi semalam.'Tapi, ini Ibu-ibu beneran nanya kaya gitu?'Aku menghela napas dalam, lalu menatap satu-persatu wajah mereka."Kalian nanya? Kalian bertanya-tanya bagaimana rasanya? Itu tanya saja pada rumput-rumput yang bergoyang."Ujarku menirukan slogan Arif cepmek yang tangah viral itu, sambil menunjuk rumput yang ada di halaman rumahku.Heran aku sama Ibu-ibu di kampung ini. Kapan bisa berhenti julid dengan kehidupan orang lain? Bukan orang lain tapi keluargaku. Setiap hari mereka berbelanja hanya untuk bergibah, kuping-ku selalu panas mendengar nyinyiran, dan julidan para tetangga yang selalu mengomentari
"Bang~" panggilku.Bang Adnan menoleh, tubuhnya menegang saat melihatku. Lalu segera memasukan ponselnya ke dalam saku celana."Ini! Kira-kira siapa yang memberikan perhiasan indah ini, Bang? Katanya ini sebagai hadiah pernikahan kita?" tanyaku."A-bang gak tahu," jawabnya, aku menghela nafas panjang."Puspa, itu apa?"tanya Ibu saat datang keluar dari dapur."Perhiasan,"jawabku."Kamu dapat dari mana?"tanya Ibu dengan wajah terkejutnya."Tidak tahu. Tadi ada orang aneh yang tiba-tiba datang terus ngasih ini sebagai hadiah pernikahan kami katanya," jelasku."Pus, Ibu takut kalau orang itu pencuri. Sebaiknya kamu buang saja, Ibu gak mau kalau kita kena masalah," perintah Ibu."Jangan! "sentak Bang Adnan. Aku dan ibu langsung menatap curiga padanya."Kenapa, Bang? Benar kata lbu mungkin pria tadi itu memang pencuri," jelasku."Bukan. Dia bukan pencuri," jawabnya."Dari mana kamu tahu, Bang?"tanyaku sambil mengkerut kening."Perhiasan itu memang untukmu," jawabnya membuat kami terkejut.
"Huh! Kami tidak akan pernah menyesali ucapan kami,"ketus Wulan pada Irpan."Sudahlah, Wulan. Kita pulang saja, bisa muntah nanti kalau lama-lama mata ibu, lihat pasangan burukk rupa ini." hina Bi Ning dengan tataan rendah pada Puspa dan Adnan."Mending burukk rupa, daripada burukk akhlak kayak kalian!" balasku tak kalah sengit."Kamu!"raung Bi Ningsih tak terima."Apa? Bibi gak terima?"tantangku berani."Sudah, Mbak. Jangan di ladenin dua keong racun itu,"ujar Irpan."Beraninya kau sebut kami keong racun! Siapa kau di sini, hah?" tanya Bu Ning tak terima."Ya, kalau gak mau di sebut keong racun. Lalu keong apa dong? Keong emas," ledek Irpan pada kedua ibu dan anak itu."Hey! Sebutan keong racun, sepertinya memang cocok untuk mereka."timpalku menyetujui nama baru yang di buat Irpan untuk mereka.Mereka nampak mencabbikan bibirnya, raut wajahnya begitu sangat kesal saat ini."Dasar kau keong racun, baru kenal sudah ngajak tidur~. Ngomong gak sopan santun, kau anggap aku ayam kampung~""