"Hebat Mbak, bisa ngalahin dua ular betina sekaligus dengan jurus yang jitu." puji irpan."Lihat siapa dulu dong, Puspa." sombongku."Iya deh, Mbak iparku memang bukan kaleng-kaleng," kekeh irpan."Udah kembali lu sono!" usir Bang Adnan pada irpan."Buset, main usir aja pas udah di tolong, emang nih abang ga tahu diri." cibir Irpan."Lu janji gak ganggu." ujar Bang Adnan mengingatkan." Ya, bilang makasih kek apa gitu? Jangan main usir adik sendiri, memang sungguh ter-la-luuuu kau Bang, sung-guh kejam kau Rhoma." Cibir irpan sambil menirukan suara dengan logat Pak Haji Rhoma irama. tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan irpan, receh abis ini padanya adik ipar."Gimana tadi makan di restorannya? Si irpan gal ganggu kalian 'kan?" tanya Bu Arora saat kami semua sampai di rumah.Bang Adnan menghela nafas berat lalu menatap ibunya."Si irpan emang gak ganggu, Mah" jawab Bang Adnan. "Yang ganggu si ular betina" sela Irpan.Bu Arora mengkerut keningnya"Ular betina. Siapa?" tanya Bu Arora.
"Ini menantu yang ibu bilang baik agamanya?" tanya Bu Dahlia membuat cela buruk di mata ibu mertuaku."Bu saya gak main santet, tapi anak ibu sendiri kayaknya yang minta saya santet," sahutku."Lagian kalau menurut lu wajah gue gak cantik dan lu juga gak suka liat gue, buang aja itu mata lu!" ucapku."Heh, cewek kampung! Apa kamu gak sadar diri? Lihat diri kamu ini siapa? Gak punya cermin kamu di rumah?" tanya Bu Dahlia dengan nada meremehkan padaku.Bang Adnan yang mendengar ucapan itu langsung memerah, pria itu langsung maju untuk membelaku namun aku mencegahny."Saya sadar diri kok Bu, yang gaK sadar diri itu anak ibu. Sudah tahu ini suami orang kenapa masih di kejar-kejar," balasku.Wajah Bu Dahlia, dan Siska langsung berubah. Mereka mengepalkan kedua tangannya menatapku."Heh wanita kampung! Sadar diri dong lu tuh gak pantas buat Khaizan. Jangankan derajat, otak lu sama gaya kepribadian lu udah kampungan tahu. Walaupun di tutupi dengan gaun mewah sekalipun, lu tetep cewek kampun
"Gue bilang apa Bang, hidup lu bakalan hancur semenjak Siska lu kasih peluang." ujar Irpan."Apa maksud adikmu mengasih peluang?" sentak Bu Arora.Bang Adnan yang di cecar pertanyaan melayangkan tatapan bengis pada adiknya."Aku gak pernah ngasih peluang Mah. Fan, lu jangan suka ngadi-ngadi deh"sangkal Bang Adnan. Bahas"Siapa yang ngadi-ngadi? Lu sendiri yang ngizinin si ular betina itu keluar masuk kantor demi sekotak makanan," ucap Irpan dengan nada mengejek."Asik ya, setiap hari ketemu video di jadi bisa mengenal masa lalu yang idah bersama. Masakannya mantan sampai sampai masuk ruangannya CEO," sindirku."Mampus lu." cibir irpan."Abang minta maaf Dek. Janji mulai sekarang kalau Siska datang Abang langsung usir dia," ucap Bang Adnan sambil memegang tanganku."Terserah Abang deh! Adek capek mau istirahat, " ucapku dengan nada tinggi."Emang udah parah lu Bang, istri lu baik, tulus, nerima apa adanya pas lu nyamar jadi cepmek. Lu malah kecewain dia," ucap Irpan emosi.Bang Adnan m
Syukurlah"."Tapi katanya gitu Bang, kalau perlu bikin tiap hari biar Puspa gak bisa lari dari lu, dan Mamah juga pasti bakalan seneng banget." saran irpan.Aku mengangguk kepala tanda mengerti.Saat aku kembali ke kamar, aku lihat Puspa istri cantik dan baikku yang tengah tertidur cantik di sana."Dekkk." lirihku apa dia benar-benar sudah tidur.Pov (Puspa)Saat Bang Adnan masuk kedalam kamar, aku langsung membungkus tubuhku dengan selimut dan berpura-pura tidur."Dek," panggil Bang Adnan.Pria itu duduk di sampingku lalu membelai wajah ini dengan lembut, beberapa kali dia mengucapkan kata maaf di dekat telingaku."Maafin Abang, Dek.""Maaf karena sudah bikin Adek kecewa," ucapnya terdengar penuh penyesalan.Bang Adnan lalu berbaring, dan memeluk erat tubuhku dari belakang. Namun, saat tangannya di naikan ke atas aku langsung menepisnya.Bang Adnan yang mengetahui aku hanya berpura-pura tidur hanya terkekeh."Abang tahu kamu belum tidur, ayo bangun kita bicarakan baik-baik."ucap Ban
DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA SANG MILIARDER (1)Namaku Putri. Aku berkerja di pabrik kompeksi di desaku.Hari ini aku sengaja pulang lebih cepat karena ingin memberikan bahagia untuk adik-ku. Walaupun dia hanya adik tiriku. Tapi, aku sudah menganggap-nya lebih dari adik kandung.Tak sabar rasanya aku ingin menyampaikan kabar bahagia ini. Aku melihat reaksi wajah bahagia di wajah Mega~ Adik tiriku.Aku akan menunjukkan gaun pengantin indah, dan foto cincin kuno berbetuk ular yang sangat cantik ini padanya.Foto cincin cantik ini yang akan di sematkan di jari manisku, tepat di hari pernikahan kami nanti.Entah mengapa, saat sudah akan sampai di rumah justru rasa tak nyaman dan firasat buruk menghampiri. Namun aku tak menghiraukan itu. Jelas aku ingin segera menemui Mega. Namun, saat aku sampai depan warung Bu Saudah, aku tidak sengaja melihat Mega dan Kang Satria tengah duduk di sana dengan membelakangi ku.Aku mundur dan bersembunyi di balik pohon rindang besar depan warung Bu Sau
"Neng ikut kita yuk!" ajak mereka."Kemana, Bang?" tanyaku sok polos."Pokoknya kita bakalan seneng-seneng deh, Neng." ucap preman itu sambil menyeringai."Gak ah, Bang. Makasih!" balaskuNamun belum sempat menghindar tanganku sudah di cengkram kuat oleh mereka. Lalu di tarik oleh keduanya menuju semak-semak belukar yang gelap."Lepasin Bang!" pintaku sambil mencoba menyingkirkan tangan kasar mereka."Udahlah, Neng. Ikut Abang aja gak usah sok jual mahal," ucap mereka dengan suata yang terdengar menjijikan di telingaku."Too---looongg!" teriakku sambil memberontak."Dapat durian runtuh kita, Kem. Sudah cantik, bahenol, putih lagi." ucap kedua pemuda itu saat mereka memdorongku hingga terjatuh duduk di semak-semak, mereka menatapku tak berkedip dari atas hingga bawah.Aku menjerit dan terus memberontak namun setelah aku berpikir lagi, mungkin ini bukan ide buruk. ' Jika aku harus menodai dan melepaskan keperawananku malam ini? agar bisa mengagalkan rencana keluarga Kang Satria yang aka
"Bercanda ya?" "Enggak kok, ayo kalo mau tidur bareng aku Sayang" godaku sambil berpose menantang di atas kasur.Irpan beringsut mundur kebelakang "Ayolah," "Sa-ya tidur lebih dulu ya Teh" ucap irpan gugup sambil berjalan ke arah ruang tamu."Sayang beneran gak mau nih? godaku, aku tak menyerah dan mengikuti irpan dari belakang."Muji teh, muji Teh" "Teh--" "Teteh kerasukan ya?" "Saya mau merasakan keperkasaan kamu" "Maksudnya?" tanya Irpan dengan raut wajah ."Ayo, atau aku bunuh kamu" ancamku.Aku akan membuktikanpada mereka, bahwa aku tidak bodoh dan mereka lah yang sudah memilih lawan yang salah!____Saat pagi tiba, irpan berlari ke kamar saat sadar kami berdua tidur bersama di atas kasur yang sama."Teh semalam apa kita--?" "Teteh nangis? Apa sakit teh?" "Teh maafin saya" jawabnya menangis terisak-isak."Teh saya siap tanggung jawab dengan apa yang sudah saya lakukan, saya bakalan nikahin Teteh" tambahnya dengan sungguh-sungguh, namun aku menggelengkan kepala.'Ternyata
"Udah ya. Kakak mau berangkat kerja dulu, dahhhh" ucapku malas sambil berjalan meninggalkannya.Dengan semangat Aku berjalan menuju pabrik tempatku akan mengais rezeki. Di sana sudah banyak orang, mereka terlihat berseri saat akan memulai pekerjaan."Putri!" Panggil Rani teman kerjaku."Ya ampun pagi-pagi, kok muka kamu kenapa udah kusut banget Put?" tanya Rani namun aku hanya diam."Kamu lagi ada masalah? Coba cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu" tanya Rani dia memang temanku yang sangat baik."Eh ada calon manten? Kok masih kerja sih? Kan bentar lagi bakalan jadi istri orang kaya" cibir Intan.Intan adalah salah satu orang yang tak suka denganku, bukan tanpa sebab dia membenciku.Karena wanita itu menyukai Kang Satria sejak lama dan ia juga sahabat dekat Mega~Adik tiriku. Intan selalu bilang padaku bahwa yang berhak dan pantas menjadi istrinya Kang Satria itu dia bukan aku, alasanya karena ia lebih cantik dan keluarganya pun sederazat dengan keluarga Kang Satria.Sedangkan a
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i