"Udah ya. Kakak mau berangkat kerja dulu, dahhhh" ucapku malas sambil berjalan meninggalkannya.Dengan semangat Aku berjalan menuju pabrik tempatku akan mengais rezeki. Di sana sudah banyak orang, mereka terlihat berseri saat akan memulai pekerjaan."Putri!" Panggil Rani teman kerjaku."Ya ampun pagi-pagi, kok muka kamu kenapa udah kusut banget Put?" tanya Rani namun aku hanya diam."Kamu lagi ada masalah? Coba cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu" tanya Rani dia memang temanku yang sangat baik."Eh ada calon manten? Kok masih kerja sih? Kan bentar lagi bakalan jadi istri orang kaya" cibir Intan.Intan adalah salah satu orang yang tak suka denganku, bukan tanpa sebab dia membenciku.Karena wanita itu menyukai Kang Satria sejak lama dan ia juga sahabat dekat Mega~Adik tiriku. Intan selalu bilang padaku bahwa yang berhak dan pantas menjadi istrinya Kang Satria itu dia bukan aku, alasanya karena ia lebih cantik dan keluarganya pun sederazat dengan keluarga Kang Satria.Sedangkan a
"Kamu--" ucap Kang cedol itu yang ternyata adalah irpan, pria yang menodaiku."Ran, aku ka-yaknya. A-ku harus masuk duluan deh," ucapku beralasan."Loh kenapa? Terus ini gimana?" tanya Rani bingung dengan tingkahku yang aneh."Aku gak jadi beli," ucapku namun sebelum aku pergi, tanganku di cengkram oleh sebuah tangan kasar."Teh, saya pengen bicara soal--"ucapnya yang langsung aku potong."Maaf Kang, kita gak kenal." selaku aku buru-buru memotong ucapannya agar ia tak membocorkan rahasiaku."Teh, kalo teteh gak mau bicara sama saya. Saya bakalan laporin teteh atas kasus pemerkos**n," ancam Irpan padaku. Aku melayangkan tatapan aneh pada pria ini, bukannya takut aku justru tertawa terbahak-bahak mendengar ancamannya."Ha ha ha. Laporin aja, saya gak takut." tantangku dengan berani."Beneran Teteh gak takut?" tanya Irpan memastikan."Silahkan laporin aja, palingan kamu yang bakalan di penjara." ucapku yang malah menjadi ancaman balik untuknya.Wajah Irpan langsung pucat, lalu pria itu
"Pokoknya saya minta Teteh tanggung jawab!" ucap Irpan kekeh."Udah gak war*s ini mah," cibirku."Gara-gara Teteh saya udah gak perjaka," lirihnya lemas."Lah, saya udah gak perawan gara-gara kamu." balasku sengit."Makanya saya mau nikahin Teteh. Ayo Teh coba pikirin kalau teteh hamil gimana?" tanyanya yang membuat aku termenung.Deg! Kenapa aku baru teringat akan hal satu itu? Aku begitu ceroboh seharusnya aku pikir-pikir dulu sebelum melakukannya."Tenang aja, kalau saya hamil ya tinggal di g u g u r i n" jawabku bohong.Karena nyatanya aku tidak akan setega itu mengugurkan darah dagingku sendiri. Walaupun ia terlahir dari sebuah kesalahan, aku akan tetap menyayanginya, sebab ini semua terjadi pun karena kebodohanku sediri."Nyebut Teh, nyebut!" ucap Irpan memegang pundakku dan mengguncang nya pelan."Teteh emang gak takut dosa? Teteh itu udah ngelakuin hubungan terlarang, dan sekarang dengan gampangnya Teteh mau gugurin janin yang tak berdosa itu." tambah Irpan pria itu terlihat sa
"Pokoknya saya minta Teteh tanggung jawab!" ucap Irpan kekeh."Udah gak war*s ini mah," cibirku."Gara-gara Teteh saya udah gak perjaka," lirihnya lemas."Lah, saya udah gak perawan gara-gara kamu." balasku sengit."Makanya saya mau nikahin Teteh. Ayo Teh coba pikirin kalau teteh hamil gimana?" tanyanya yang membuat aku termenung.Deg! Kenapa aku baru teringat akan hal satu itu? Aku begitu ceroboh seharusnya aku pikir-pikir dulu sebelum melakukannya."Tenang aja, kalau saya hamil ya tinggal di g u g u r i n" jawabku bohong.Karena nyatanya aku tidak akan setega itu mengugurkan darah dagingku sendiri. Walaupun ia terlahir dari sebuah kesalahan, aku akan tetap menyayanginya, sebab ini semua terjadi pun karena kebodohanku sediri."Nyebut Teh, nyebut!" ucap Irpan memegang pundakku dan mengguncang nya pelan."Teteh emang gak takut dosa? Teteh itu udah ngelakuin hubungan terlarang, dan sekarang dengan gampangnya Teteh mau gugurin janin yang tak berdosa itu." tambah Irpan pria itu terlihat s
Satria merebahkan tubuhku di atas kasur."Neng sekarang bisa tidur nyenyak, tapi kalau udah nikah jangan harap. Karena Akang pasti bakalan ketagihan minta jatah sama kamu," bisiknya di telingaku yang langsung meremang.Kang Satria menyeringai menatap wajahku yang sudah pucat. Apa dia tengah membongkar rahasianya?"Pokoknya Neng harus kuat nanti," ucapnya dengan nada genit.Aku tersenyum sinis, menatap punggung tegapnya yang melangkah pergi dari kamarku. 'Dikira aku gak tahu apa rencana busuk kalian,' ucap batinku.Mungkin kalau aku tidak tahu aku akan dag dig dug saat mengkhayalkan malam pertama yang panjang, dan syahdu di antara kami. Setalah mendengar ucapannya tadi, namun yang sebenarnya itu adalah malam terpedih, dan menyakitkan bagiku.____Tinggal satu hari lagi pernikahanku dan Kang Satria di laksanakan, maka aku pun di larang keras oleh ibu tiriku untuk keluar rumah. Sedangkan Ayah setuju-setu
Aku mengangguk 'Memangnya apa yang harus aku kagetkan' tanya batinku."Iya-" jawabku.Lalu Rani memberi isyarat untuk wanita itu membuka cadarnya dan jrenggg jrengggg...."Astaghfirullah, kamu!" jeritku sampai aku terduduk di atas kasur.Aku benar-benar terkejut bukan main, saat mengetahui siapa yang berada di balik cadar itu."Teh!" lirih Irpan yang sekarang sudah melepas cadar yang di kenakannya."Rani, maksud kamu apa bawa dia kesini? Dan ini lagi--" ucapku menjeda pertanyaanku.Aku menatap Irpan dari atas hingga bawah. 'Sumpah aku baru nemuin pria paling konyol di muka bumi ini,' batinku."Pakaiannya kenapa begini?" tambahku."Saya terpaksa memakainya, Teh. Karena saya pengen ketemu sama Teteh," jawab Irpan aku mengalihkan pandanganku pada Rani."Put, dia hanya ingin ketemu sama kamu untuk yang terakhir kalinya. Karena dia tahu, bahwa besok kamu akan menikah dengan pria lain." uca
"Sudah?" tanya Rani pada Irpan.Aku mengintip mereka dari celah pintu kamarku.Pria itu hanya mengangguk lalu menunduk kembali."Ran, kamu mau pulang sekarang?" tanya Mega."Iya, Bu Melda saya pamit pulang ya." ujar Rani pada ibu tiriku.Saat Rani dan Irpan melangkah. Mega menghentikan mereka dengan mencekal lengan Rani."Ini siapa? Temen baru?" tanya Mega, wanita itu juga merasa heran dengan penampilan Irpan."Ini saudara jauh aku," jawab Rani."Oh pantes baru lihat," ucap Mega."Iya dia baru datang kemarin malam," ujar Rani."Oh namanya siapa?" tanya Bu Melda."Namanya--" sebelum Rani menjawabnya, aku keluar dari kamar." Meimei, Rani! Kalian belum pulang?" panggilku yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.Aku lihat Rani berusaha menahan tawanya saat aku memanggil Irpan dengan sebutan Meimei."Belum, ini lagi ngobrol dulu sama Bu Melda." jawab Ra
"Maaf Kak aku gak sengaja, soalnya perutku sakit banget lagi semilang jadi gak sadar pegang tangan Kakak sekuat itu." Ujar Mega sambil."Lain kali jangan kayak gitu lagi," ketus Kang Satria. "Kang, udah aku gak apa-apa kok." ucapku lembut."Mega kalau kamu gak kuat di dalam aja," pintaku lembut sambil tersenyum untuk membalas sandiwara mereka.Mega mengangguk ,dan pergi dengan wajah masam.'Emang enak di marahin sama Ayang' ucap batinku."Ayo segera kita mulai acara akadnya." ujar Pak Penghulu."Mempelai wanita silahkan duduk, mendampingi mempelai pria untuk mengucapkan ijab kabul." perintah Pak Penghulu.Kang Satria mengulurkan tangannya untuk menuntunku, namun tidak aku hiraukan.Aku justru mengedarkan pandanganku menatap sekeliling sudut, mencari seseorang yang semalam mengusik pikiranku.'Dimana dia? Apa dia teramat kecewa, lalu mundur begitu saja sampai ia tidak datang?