DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA SANG MILIARDER (1)Namaku Putri. Aku berkerja di pabrik kompeksi di desaku.Hari ini aku sengaja pulang lebih cepat karena ingin memberikan bahagia untuk adik-ku. Walaupun dia hanya adik tiriku. Tapi, aku sudah menganggap-nya lebih dari adik kandung.Tak sabar rasanya aku ingin menyampaikan kabar bahagia ini. Aku melihat reaksi wajah bahagia di wajah Mega~ Adik tiriku.Aku akan menunjukkan gaun pengantin indah, dan foto cincin kuno berbetuk ular yang sangat cantik ini padanya.Foto cincin cantik ini yang akan di sematkan di jari manisku, tepat di hari pernikahan kami nanti.Entah mengapa, saat sudah akan sampai di rumah justru rasa tak nyaman dan firasat buruk menghampiri. Namun aku tak menghiraukan itu. Jelas aku ingin segera menemui Mega. Namun, saat aku sampai depan warung Bu Saudah, aku tidak sengaja melihat Mega dan Kang Satria tengah duduk di sana dengan membelakangi ku.Aku mundur dan bersembunyi di balik pohon rindang besar depan warung Bu Sau
"Neng ikut kita yuk!" ajak mereka."Kemana, Bang?" tanyaku sok polos."Pokoknya kita bakalan seneng-seneng deh, Neng." ucap preman itu sambil menyeringai."Gak ah, Bang. Makasih!" balaskuNamun belum sempat menghindar tanganku sudah di cengkram kuat oleh mereka. Lalu di tarik oleh keduanya menuju semak-semak belukar yang gelap."Lepasin Bang!" pintaku sambil mencoba menyingkirkan tangan kasar mereka."Udahlah, Neng. Ikut Abang aja gak usah sok jual mahal," ucap mereka dengan suata yang terdengar menjijikan di telingaku."Too---looongg!" teriakku sambil memberontak."Dapat durian runtuh kita, Kem. Sudah cantik, bahenol, putih lagi." ucap kedua pemuda itu saat mereka memdorongku hingga terjatuh duduk di semak-semak, mereka menatapku tak berkedip dari atas hingga bawah.Aku menjerit dan terus memberontak namun setelah aku berpikir lagi, mungkin ini bukan ide buruk. ' Jika aku harus menodai dan melepaskan keperawananku malam ini? agar bisa mengagalkan rencana keluarga Kang Satria yang aka
"Bercanda ya?" "Enggak kok, ayo kalo mau tidur bareng aku Sayang" godaku sambil berpose menantang di atas kasur.Irpan beringsut mundur kebelakang "Ayolah," "Sa-ya tidur lebih dulu ya Teh" ucap irpan gugup sambil berjalan ke arah ruang tamu."Sayang beneran gak mau nih? godaku, aku tak menyerah dan mengikuti irpan dari belakang."Muji teh, muji Teh" "Teh--" "Teteh kerasukan ya?" "Saya mau merasakan keperkasaan kamu" "Maksudnya?" tanya Irpan dengan raut wajah ."Ayo, atau aku bunuh kamu" ancamku.Aku akan membuktikanpada mereka, bahwa aku tidak bodoh dan mereka lah yang sudah memilih lawan yang salah!____Saat pagi tiba, irpan berlari ke kamar saat sadar kami berdua tidur bersama di atas kasur yang sama."Teh semalam apa kita--?" "Teteh nangis? Apa sakit teh?" "Teh maafin saya" jawabnya menangis terisak-isak."Teh saya siap tanggung jawab dengan apa yang sudah saya lakukan, saya bakalan nikahin Teteh" tambahnya dengan sungguh-sungguh, namun aku menggelengkan kepala.'Ternyata
"Udah ya. Kakak mau berangkat kerja dulu, dahhhh" ucapku malas sambil berjalan meninggalkannya.Dengan semangat Aku berjalan menuju pabrik tempatku akan mengais rezeki. Di sana sudah banyak orang, mereka terlihat berseri saat akan memulai pekerjaan."Putri!" Panggil Rani teman kerjaku."Ya ampun pagi-pagi, kok muka kamu kenapa udah kusut banget Put?" tanya Rani namun aku hanya diam."Kamu lagi ada masalah? Coba cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu" tanya Rani dia memang temanku yang sangat baik."Eh ada calon manten? Kok masih kerja sih? Kan bentar lagi bakalan jadi istri orang kaya" cibir Intan.Intan adalah salah satu orang yang tak suka denganku, bukan tanpa sebab dia membenciku.Karena wanita itu menyukai Kang Satria sejak lama dan ia juga sahabat dekat Mega~Adik tiriku. Intan selalu bilang padaku bahwa yang berhak dan pantas menjadi istrinya Kang Satria itu dia bukan aku, alasanya karena ia lebih cantik dan keluarganya pun sederazat dengan keluarga Kang Satria.Sedangkan a
"Kamu--" ucap Kang cedol itu yang ternyata adalah irpan, pria yang menodaiku."Ran, aku ka-yaknya. A-ku harus masuk duluan deh," ucapku beralasan."Loh kenapa? Terus ini gimana?" tanya Rani bingung dengan tingkahku yang aneh."Aku gak jadi beli," ucapku namun sebelum aku pergi, tanganku di cengkram oleh sebuah tangan kasar."Teh, saya pengen bicara soal--"ucapnya yang langsung aku potong."Maaf Kang, kita gak kenal." selaku aku buru-buru memotong ucapannya agar ia tak membocorkan rahasiaku."Teh, kalo teteh gak mau bicara sama saya. Saya bakalan laporin teteh atas kasus pemerkos**n," ancam Irpan padaku. Aku melayangkan tatapan aneh pada pria ini, bukannya takut aku justru tertawa terbahak-bahak mendengar ancamannya."Ha ha ha. Laporin aja, saya gak takut." tantangku dengan berani."Beneran Teteh gak takut?" tanya Irpan memastikan."Silahkan laporin aja, palingan kamu yang bakalan di penjara." ucapku yang malah menjadi ancaman balik untuknya.Wajah Irpan langsung pucat, lalu pria itu
"Pokoknya saya minta Teteh tanggung jawab!" ucap Irpan kekeh."Udah gak war*s ini mah," cibirku."Gara-gara Teteh saya udah gak perjaka," lirihnya lemas."Lah, saya udah gak perawan gara-gara kamu." balasku sengit."Makanya saya mau nikahin Teteh. Ayo Teh coba pikirin kalau teteh hamil gimana?" tanyanya yang membuat aku termenung.Deg! Kenapa aku baru teringat akan hal satu itu? Aku begitu ceroboh seharusnya aku pikir-pikir dulu sebelum melakukannya."Tenang aja, kalau saya hamil ya tinggal di g u g u r i n" jawabku bohong.Karena nyatanya aku tidak akan setega itu mengugurkan darah dagingku sendiri. Walaupun ia terlahir dari sebuah kesalahan, aku akan tetap menyayanginya, sebab ini semua terjadi pun karena kebodohanku sediri."Nyebut Teh, nyebut!" ucap Irpan memegang pundakku dan mengguncang nya pelan."Teteh emang gak takut dosa? Teteh itu udah ngelakuin hubungan terlarang, dan sekarang dengan gampangnya Teteh mau gugurin janin yang tak berdosa itu." tambah Irpan pria itu terlihat sa
"Pokoknya saya minta Teteh tanggung jawab!" ucap Irpan kekeh."Udah gak war*s ini mah," cibirku."Gara-gara Teteh saya udah gak perjaka," lirihnya lemas."Lah, saya udah gak perawan gara-gara kamu." balasku sengit."Makanya saya mau nikahin Teteh. Ayo Teh coba pikirin kalau teteh hamil gimana?" tanyanya yang membuat aku termenung.Deg! Kenapa aku baru teringat akan hal satu itu? Aku begitu ceroboh seharusnya aku pikir-pikir dulu sebelum melakukannya."Tenang aja, kalau saya hamil ya tinggal di g u g u r i n" jawabku bohong.Karena nyatanya aku tidak akan setega itu mengugurkan darah dagingku sendiri. Walaupun ia terlahir dari sebuah kesalahan, aku akan tetap menyayanginya, sebab ini semua terjadi pun karena kebodohanku sediri."Nyebut Teh, nyebut!" ucap Irpan memegang pundakku dan mengguncang nya pelan."Teteh emang gak takut dosa? Teteh itu udah ngelakuin hubungan terlarang, dan sekarang dengan gampangnya Teteh mau gugurin janin yang tak berdosa itu." tambah Irpan pria itu terlihat s
Satria merebahkan tubuhku di atas kasur."Neng sekarang bisa tidur nyenyak, tapi kalau udah nikah jangan harap. Karena Akang pasti bakalan ketagihan minta jatah sama kamu," bisiknya di telingaku yang langsung meremang.Kang Satria menyeringai menatap wajahku yang sudah pucat. Apa dia tengah membongkar rahasianya?"Pokoknya Neng harus kuat nanti," ucapnya dengan nada genit.Aku tersenyum sinis, menatap punggung tegapnya yang melangkah pergi dari kamarku. 'Dikira aku gak tahu apa rencana busuk kalian,' ucap batinku.Mungkin kalau aku tidak tahu aku akan dag dig dug saat mengkhayalkan malam pertama yang panjang, dan syahdu di antara kami. Setalah mendengar ucapannya tadi, namun yang sebenarnya itu adalah malam terpedih, dan menyakitkan bagiku.____Tinggal satu hari lagi pernikahanku dan Kang Satria di laksanakan, maka aku pun di larang keras oleh ibu tiriku untuk keluar rumah. Sedangkan Ayah setuju-setu