PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)456. Kedatangan Karta (Bagian A)Sepulang dari rumah Lisa, Ana langsung bergegas pulang ke rumahnya. Karena dia tadi mendapat telepon dari dari Ramlah, yang mengatakan kalau Bayu datang ke rumah untuk mengantarkan pesanan, dan tentu saja Ramlah bisa menggunakan uang di laci untuk membayar Bayu.Karena uang di laci yang ditinggalkan oleh Ana hanya berjumlah sedikit, sedangkan belanjaan yang harus dibayar kepada Bayu berjumlah lumayan banyak.Namun setelah hampir sampai di rumahnya, Ana mengernyit heran karena sama sekali tidak bisa menemukan mobil pick up yang biasa dipakai oleh Bayu ada di depan tokonya. Karena biasanya Bayu meletakkan mobil yang dia pakai di depan, agar memudahkan dia untuk mengangkut barang ke dalam.Saat Ana membelokkan motornya ke halaman, dia bisa menemukan keberadaan Ramlah dan juga Sri yang sedang berbincang di depan toko. Mereka berdua sepertinya terlibat perbincangan yang amat serius, dan kedua orang wan
457. Kedatangan Karta (Bagian B)“Ya tadi Ama juga udah tanya mengenai hal itu kepada Mbak Lisa, dan Mbak Lisa ngomong … dia nggak mau membuat kita tidak nyaman kalau dia tinggal di sana, karena dia sudah bersikap buruk kepada kita selama ini dengan cara memfitnah Ibu dan juga bapak kepada orang lain,” sahut Anna sambil memberikan jawaban yang sama persis dengan yang Lisa berikan tadi.Saat mendengar hal itu, Sri langsung kembali ke beberapa waktu silam di mana Lisa memang memfitnah dia dan juga suaminya kepada orang lain, tetapi demi Allah saat ini Sri sudah sangat ikhlas dan juga sudah memaafkan Lisa.Wanita itu sudah tidak memiliki dendam dan amarah kepada mantan menantunya itu, dan Sri benar-benar merasa sangat sedih karena Lisa memikirkan perasaan mereka, dan memilih mengontrak di tempat orang lain yang sudah pasti tempatnya tidak senyaman rumah mewah miliknya.“Udahlah Mbak, nggak usah dipikirkan. Lisa pasti sedang merasa bersalah dan fase itu harus dia lewati, agar dia bisa ber
458. Kedatangan Karta (Bagian C)"Bisa, Bu. Ya udah, nanti malam sehabis magrib kita ke rumah Mbak Lisa untuk menemui Naufal dan juga Salsa. Jujur saja Ana juga masih kangen sama mereka, karena tadi di sana kami nggak ketemu soalnya mereka lagi tidur pulas banget, dan Ana nggak mau ngebangunin mereka," kata Ana sambil terkekeh kecil.Mereka semua kembali berbincang-bincang dengan sangat seru, menghabiskan waktu beberapa menit untuk tertawa dan juga membicarakan banyak hal, tapi setelahnya tawa mereka langsung berhenti kedatangan seseorang.Seseorang itu adalah Karta, yang datang menggunakan motor bebek miliknya, berhenti tepat di depan toko dan lelaki itu langsung tersenyum lebar, sama sekali tidak menunjukkan kalau tadi malam mereka tengah bersitegang dengan hebat.Sri sendiri langsung mendengus kesal, dia langsung memalingkan wajahnya dan menatap ke arah rumah Sulis, demi menghindari senyum menjijikan yang Karta lemparkan untuk mereka."Mau beli apa, juragan?"Ramlah bertanya ramah,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)459. Kebenaran Lainnya (Bagian A)POV AUTHOR“Kalau aku nginep beberapa hari lagi di sini, kamu masalah atau enggak sih, Mas? Soalnya aku ngerasa nggak enak banget, karena udah terlalu lama ninggalin kamu di sana,” ujar Rosa dengan nada lembut.Wanita itu saat ini sedang menelpon suaminya yang masih berada di kota, jelas Rosa merasa rindu kepada lelaki yang sudah membersamainya selama beberapa tahun belakangan ini.Tetapi untuk segera pulang ke rumahnya pun dia merasa sedikit berat, karena masalah keluarganya yang ada di sini belum menemukan titik terang. Rosa tidak mau pergi, sebelum menyelesaikan masalah yang ada di sini.Walaupun dia terlihat ketus dan juga cuek, tapi dia tetap memikirkan kehidupan Marwan. Dia tidak mau adik bungsunya itu mendekam di dalam penjara, karena uang enam ratus juta milik Lisa dan juga Aji.Rosa benar-benar merasa jengkel sebenarnya kepada Lisa, adik tengahnya itu benar-benar keras kepala dan juga su
460. Kebenaran Lainnya (Bagian B)Rosa sendiri sangat mengaminkan jika hal itu adalah suatu kebenaran, jadi … membujuk Aji bukanlah hal yang sulit lagi. Namun, tentunya dia tidak bisa mengungkapkan hal tersebut dengan gamblang pada suaminya ini.Bisa-bisa, ayah dari anaknya ini akan bertanya panjang lebar jika hal itu dilakukan. “Iya, Mas. Aku juga merasa begitu, kayaknya memang si Lisa ini udah terpengaruh sama Aji, deh. Makanya dia berani melawan Ibu, dan pergi dari rumah ini.” Rosa berujar dengan nada kesal.[Memangnya apa yang menyebabkan Lisa pergi dari rumah? Dia berantem sama Ibu? Atau sama kamu, Sayang?] Lelaki itu bertanya cepat.“Yah, masalah biasa, Mas. Lisanya saja yang terlalu sensitif!” Rosa membalas, dan segera mengalihkan pembicaraan.Percakapan demi percakapan mengalir begitu saja, dari telepon genggam yang Rosa tempelkan ke telinganya. Dia begitu senang karena suaminya banyak memberi masukan dan terlihat sangat peduli dengan keluarganya.“Ros! Rosa!”Wanita dengan s
461. Kebenaran Lainnya (Bagian C)“Mbak! Tolonglah nggak usah ingat-ingat tentang Polisi, aku merasa tidak nyaman saat mendengar kata-kata polisi!” kata Marwan dengan nada ketus.Rosa hanya mengangkat bahu tidak peduli, apalagi saat melihat Marwan yang semakin frustasi. Wanita itu merasa, semakin cepat mereka menemukan Lisa maka semakin baik. Makanya dia langsung menatap ke arah Maryam, dan memaku pandangannya kepada wanita yang sudah melahirkannya itu.“Sudah lah, Bu. Ayo kita segera berangkat mencari Lisa kalau begitu, daripada kita duduk di sini … tidak ada gunanya! Lagi pula, semakin lama kita mengulur waktu, bisa-bisa anak kesayangan Ibu ini akan menjadi gila karena ketakutan!” ujar Rosa sambil bangkit berdiri.Dia lalu berjalan ke arah kamarnya,sama sekali tidak menghiraukan teriakan Marwan yang tertuju ke arahnya. Adik bungsunya itu, sepertinya terdengar sangat kesal dan juga marah.Setelah mengambil dompet dan juga tas miliknya, Rosa kembali ke ruang tamu. Di sana dia bisa mel
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)463. Meminjam Tabungan Rosa (Bagian A)"Sebenarnya, uang dua ratus juta itu kami bagi dua. Untuk Marwan setengah, dan untuk Ibu setengah," kata Maryam dengan nada lemah dan juga lesu."Kalau begitu nggak masalah, ini tidak terlalu buruk. Setidaknya uang tersebut masih ada, dan kita tinggal menjual sawah serta kebun untuk mendapatkan uang sisanya!" ujar Rosa sambil mengangguk mantap.Rosa bersyukur, setidaknya uang itu masih utuh dan hal itu merupakan adalah hal yang baik, karena bisa mengurangi sedikit beban yang mereka rasakan.Namun wajah berseri milik Rosa, sama sekali tidak berbanding lurus dengan wajah muram yang Marwan dan juga Maryam tunjukkan, mereka berdua menunjukkan wajah pucat pasi seperti mayat.Dan hal itu sukses membuat Rosa dan juga Edi menjadi kebingungan, mereka berdua kemudian berpandangan dan melihat satu sama lainnya dengan pandangan bingung."Kenapa wajah kalian terlihat murung seperti itu, Mbak? Jangan sedi
464. Meminjam Tabungan Rosa (Bagian B)"Rosa benar, jika dia masih mau membantu seharusnya kalian itu juga mau terbuka, bukannya malah menutup-nutupi seperti ini. Sekarang Bapak tanya sama kamu, Wan, uang yang ada di tanganmu masih ada, atau sudah habis?" tanya Parto dengan nada tegas.Marwan langsung kembali menunduk, dan setelahnya menggeleng kecil. Suara nafas yang tertahan langsung terdengar menggema di ruangan empqt kali tiga itu, Rosa sendiri sudah bisa menebak jawaban yang Marwan berikan, makanya dia hanya bisa mengusap wajahnya menggunakan kedua belah telapak tangannya."Uang itu sudah habis, Pak. Sudah tidak bersisa sedikitpun," ujar Marwan dengan nada bergetar."Kamu kemanakan uang sebanyak itu, Wan?" tanya Parto dengan nada heran."Aku memberikan uang itu kepada istriku, Pak. Dan aku tidak tahu istriku menggunakan uang itu untuk apa, tetapi ketika tadi malam aku tanya … katanya uang itu sudah habis," kata Marwan sambil kembali menunduk dalam."Ini, ini yang membuat aku kesa
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata