465. Meminjam Tabungan Rosa (Bagian C)"Hah? Lalu bagaimana dengan Lisa? Apa kamu lupa? Adikmu itu juga mengancam akan melaporkan Marwan ke polisi, jika kita tidak menyediakan uang miliknya juga!" Parto menyela, dan menatap Putri sulungnya itu dengan tatapan heran."Yang terpenting adalah Aji, karena Aji adalah orang lain. Sedangkan Lisa? Aku rasa dia hanya menggertak, dia tidak mungkin melaporkan adik kandungnya sendiri ke polisi. Bukankah begitu?" tanya Rosa meminta pendapat yang lain.Edi langsung mengangguk dengan cepat, sedangkan Parto sendiri tidak yakin. Karena dia ingat, ketika Lisa pergi dari rumah tiga hari yang lalu, anak kandungnya itu menunjukkan wajah yang terlihat sangat yakin akan keputusannya.Jadi, kecil kemungkinan Lisa akan mengurungkan niatnya untuk melaporkan Marwan ke polisi."Tapi Mbak, aku nggak mau menjual kebun milikku. Apa nanti kata mertuaku? Mereka pasti akan mengolok-olok ku!" Marwan kembali berujar frustasi."Oh, ya sudah kalau begitu, Wan. Silakan kamu
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)466. Pertemuan! (Bagian A)Wanita itu langsung menatap Marwan dengan pandangan bengis, lebih tajam daripada yang tadi. Karena dia sudah merasa, kalau adik kandungnya ini benar-benar sudah keterlaluan. Marwan sudah melewati batas dan Rosa benar-benar tidak menyukai hal tersebut."Kamu jangan kurang ajar ya, Wan. Berani-beraninya kamu meminta uang tabungan milikku!" Rosa mendecih sinis."Aku nggak meminta, Mbak. Aku hanya meminjam uang tabungan Mbak!" Marwan segera menyahut.Dia menatap Rosa dengan pandangan memohon. Berharap agar kakak sulungnya itu mau berbaik hati untuk meminjamkan tabungan miliknya, agar bisa membayar uang Aji dan juga Lisa tanpa harus menjual kebun miliknya.Bukankah Marwan terlalu egois? Dia tidak mau menjual miliknya, dan malah ingin mengorbankan punya orang lain. Tetapi dia tidak ingin memikirkan hal tersebut, biarlah dia dikatakan egois daripada dia harus kehilangan harga dirinya di depan mertua dan keluar
467. Pertemuan! (Bagian B)Bukankah sangat menyebalkan? Maryam benar-benar tidak memikirkan perasaan anak-anaknya yang lain, dan hanya memikirkan Marwan sendiri. Seolah-olah wanita itu tidak keberatan menumbalkan kedua putrinya, hanya untuk membela Putra semata wayangnya."Mbak, aku ngerasa pembicaraan ini udah mulai nggak sehat!" Edi ikut bicara. "Rasa-rasanya, kalian tidak bisa memaksa Rosa untuk meminjamkan uang tabungannya. Karena bagaimanapun juga, ini bukanlah tanggung jawab Rosa sebenarnya. Tapi tanggung jawab kalian, kalianlah yang mempunyai ide untuk mengadakan investasi bodong ini!" kata Edi lagi."Ya tapi apa salahnya, sih, kalau Rosa itu meminjamkan uang tabungannya kepada Marwan? Ya, Mbak akui Mbak ini memang salah, tetapi jika Rosa bisa meminjamkan uang tabungannya, bukankah akan sangat baik? Kita bisa tetap menyimpan tanah dan juga sawah yang sudah kita beli, untuk masa depan!" kata Maryam lagi."Sudahlah, Bu. Kalau Ibu tidak mau mencari Lisa sekarang, maka aku akan kem
468. Pertemuan! (Bagian C)"Jadilah, Bi. Soalnya tadi malam kan hujan, lagi pula kebetulan hari ini Mas Abi sudah ada di rumah, dan kami akan ke kontrakan Mbak Lisa bersama-sama," kata Ana menjelaskan.Ramlah mengangguk mengerti, dia menatap Abi yang baru saja datang dari atas ke bawah. Wanita itu memindai penampilan keponakannya dengan pandangan yang sangat tajam."Kamu apa nggak lebih baik istirahat aja, Bi? Soalnya kamu itu kan beberapa hari ini berada di sawah terus-terusan, takutnya kamu sakit nanti karena kelelahan!" kata Ramlah berusaha mengingatkan."Aku tadi juga udah bilang begitu, Bi. Tapi tetap aja, Mas Abi ini ngeyel. Dia bilang, dia itu kangen banget sama Naufal dan juga Salsa, jadi dia akan melihat keponakannya itu dulu, baru bisa beristirahat dengan tenang!" kata Ana sambil mengangkat bahunya acuh tak acuh.Abi sendiri langsung memukul paha istrinya itu dengan lembut, namun tetap saja berhasil membuat Ana memetik kaget. Dia menatap Abi dengan tajam, karena sudah melaku
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)469. Bertanya Pada Ema (Bagian A)"Maaf ya, Bu, tetapi Lisa sudah berpesan kepada saya untuk tidak memberitahukan alamatnya yang sekarang kepada siapapun!" Ema berujar dengan mantap.Wanita itu saat ini sedang berada di toko baju miliknya, dia sedang mengecek kinerja pekerjanya dan ingin melihat stok baju yang habis dan ingin merestocknya kembali dengan model yang lebih terbaru.Wanita yang baru saja menikah itu dikejutkan dengan kedatangan dari Maryam dan juga Rosa, dia tahu Maryam adalah Ibu Lisa, rekan kerjanya di SD Negeri 40 sekaligus sahabat baiknya.Ema juga tahu mengenai pertikaian yang terjadi di keluarga Lisa, karena kepergiannya dari rumah beberapa hari yang lalu tak lepas dari campur tangan Ema sendiri. Lisa meminta tolong kepadanya, untuk mencarikan kontrakan yang bisa dihuni selama beberapa bulan ke depan.Sebagai teman yang baik, Ema tentu saja melaksanakan mandat Lisa dengan sempurna. Dia mencarikan kontrakan yang
470. Bertanya Pada Ema (Bagian B)"Karena saya akan tetap memegang teguh janji saya kepada Lisa, saya tidak akan memberitahu dimana tempat dia tinggal sekarang ini terutama kepada kalian!" ujar Ema lagi."Kepada kami? Maksudnya apa? Jangan seolah-olah, kamu itu mau memisahkan kami dan juga Lisa. Sadarlah, kami ini adalah keluarga Lisa dan kamu itu bukan siapa-siapa!" Rosa akhirnya naik pitam.Namun Ema sama sekali tidak tergoyahkan, dia malah terkekeh kecil dan mengambil sebuah baju untuk dipasangkan ke manekin yang ada di sana. Dia tetap melaksanakan pekerjaannya, sambil meladeni Rosa dan juga Ibunya sekaligus."Yang mau memisahkan kalian dengan Lisa itu siapa? Bukannya kalian yang mau memisahkan diri kalian sendiri? Saya ingat, loh, bagaimana kalian mengusir Lisa kemarin!" ujar Ema sambil terkikik kecil. "Dia sudah cerita semuanya kepada say, dan saya menyayangkan sikap kalian yang terlalu angkuh kepadanya. Kalian juga membohonginya dengan sangat menyakitkan, bahkan jika saya yang
471. Bertanya Pada Ema (Bagian C)"Halah, kalau cuma begitu lebih baik kamu abaikan! Tidak ada gunanya juga diladeni, yang penting kita bisa mengetahui tempat tinggal Lisa sekarang ini. Kamu itu harus menebalkan telinga kamu agar tidak terpancing dengan omongan orang-orang!" ujar Maryam dengan nada kesal. "Kalau sudah begini kita mau apa? Kita sudah kehilangan satu-satunya narasumber, yang bisa memberitahu dimana tempat tinggal Lisa sekarang ini!" ujar Maryam lagi.Rosa menghela nafas panjang, sedikit banyak merasa kalau ucapan Ibunya tadi adalah suatu kebenaran. Karena bagaimanapun juga dia memang terlampau emosi dengan kata-kata Ema barusan, dan hal itu meruntuhkan kesabarannya hingga titik yang paling dasar.Tapi, tentu saja dia tidak mau mengakui hal tersebut. Di matanya tetap saja Ema yang salah, dan bukannya dirinya. Karena wanita itu yang sudah mengusiknya terlebih dahulu, dan Rosa hanya menanggapinya saja."Kamu itu udah tau salah nggak perlu ngomel-ngomel seperti itu!" Maryam
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)472. Canggung! (Bagian A)"Assalamualaikum!""ASSALAMUALAIKUM!"Anna dan juga Abi berkali-kali mengucap salam, namun Lisa belum juga menampakkan batang hidungnya untuk membuka pintu yang tertutup rapat saat ini. Namun, Anna yakin kalau mantan kakak iparnya itu ada di dalam rumah, karena dia bisa melihat sandal milik Lisa ada di depan."Mbak, Mbak Lisa! Ini aku Ana," Ana kembali berteriak dan berharap kalau Lisa segera membuka pintu untuk mereka."Apa Mbak Lisa nggak ada di rumah ya, Dek? Soalnya dari tadi kita panggil-panggil Mbak Lisa belum juga keluar, mungkin saja Mbak Lisa sedang pergi," kata Abi sambil melihat ke sekitar."Nggak lah, Mas. Kayaknya Mbak Lisa ada di rumah, deh. Soalnya sendal yang biasa Mbak Lisa pakai ada di sana, tuh!" ujar Anna sambil menunjuk sandal Lisa, yang disandarkan ke dinding begitu saja.Selama mereka berdebat, tiba-tiba pintu di depan mereka terbuka. Wajah Naufal langsung menyambut mereka, bocah m