473. Canggung! (Bagian B)Lisa kemudian terkekeh dan menjerang satu teko air ke atas kompor, dia ingin membuat teh untuk kedua tamunya ini. Sedangkan Ana sendiri langsung pergi ke depan dan mendudukkan diri di lantai begitu saja."Sini, Mas. Duduk di sini!" kata Ana sambil menepuk tempat di sampingnya, dan melambai ke arah Abi.Abi masuk setelah mengucapkan salam, dia duduk di samping Anna dan memangku Naufal. Sedangkan bocah itu masih bergelayut manja di bahu Abi, seolah-olah tidak ingin melepaskan lelaki itu barang sedetik pun."Salsa mana, Mbak? Kok, tidak kelihatan?" tanya Ana sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Lagi di kamar, An. Tadi malam badannya sedikit hangat, jadi Mbak suruh dia istirahat saja, tidak boleh main dulu, biar segera pulih," kata Lisa tanpa menatap ke arah Ana sedikitpun, karena wanita itu sedang membuat teh untuk dihidangkan ke pada kedua tamunya."Salsa sakit?" tanya Abi dengan nada terkejut."Iya, tapi nggak bisa dibilang sakit juga. Cuman tadi ma
474. Canggung! (Bagian C)"Walaupun pasarnya termasuk dekat dari sini, tetapi Mbak merasa sungkan jika harus berjalan ke sana. Dan Mbak merasa benar-benar tertolong saat kamu datang ke sini, An," katanya sambil tersenyum tipis."Mas, aku sama Mbak Lisa ke pasar dulu, ya, buat belanja. Mas, di sini aja, terus itu jagain juga si Salsa mana tahu nanti dia kebangun terus nyariin Mbak Lisa. Mas, bisa tenangkan dia dulu!" kata Anna sambil memberi wejangan kepada Abi.Lelaki itu langsung mengangguk mantap, dia memberikan kedua jempolnya kepada Lisa dan juga Ana, tanda menyetujui untuk menjaga kedua keponakannya ini."Sayang, Mama ke pasar dulu, ya, bareng Tante Anna. Kamu di sini aja sama Om Abi, liatin juga adiknya takutnya nanti Adik kebangun dan nyariin mama," ujar Lisa sambil menatap Naufal yang masih ada di pangkuan Abi."Iya, Ma," Naufal menyahut dengan lembut.Setelah mengatakan itu, Ana dan juga Lisa langsung bergegas. Mereka naik ke atas motor dan Ana segera melajukan motornya untuk
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)475. Penguntit! (Bagian A)Rosa dan juga Maryam pergi dari tempat Ema dengan perasaan kesal, mereka segera bergegas untuk mencari kediaman Lisa melalui jalan lain, tentunya karena Ema sudah tidak bisa diharapkan.Wanita itu jelas tidak mau memberitahu kepada mereka di mana tempat tinggal Lisa, akibat beradu mulut dengan Rosa tadi. Maryam sebenarnya geram luar biasa pada anak sulungnya itu, namun apa boleh buat … dia juga tidak mau memarahi Rosa sekarang ini. Karena Maryam masih membutuhkan Rosa untuk mencari anak tengahnya itu, Lisa entah pergi ke mana, dan mereka harus menemukannya secepat mungkin. Karena kalau tidak, taruhannya adalah Marwan yang harus masuk ke dalam penjara."Kita mau ke mana, Bu?" tanya Rosa sambil menatap Maryam dari kaca spion.Wanita itu sebenarnya sangat malas untuk berkeliling mencari Lisa. Namun, apa boleh buat, dia juga tidak bisa membiarkan Ibunya mencari Lisa sendirian. Dia tidak tega membiarkan Mar
476. Penguntit! (Bagian B)"Tapi, Bu, selain ke tempat mereka lalu Lisa ke mana? Dia tidak ada di manapun juga bahkan di tempat Pakde Hambali pun tidak ada. Itu artinya dia sudah tidak ada di sini," sahut Rosa menyangkal perkataan Maryam barusan."Ya, sudah kalau begitu kita pergi ke sana. Kita intai rumah Aji, mana tahu Lisa ada di sana. Jadi kita bisa segera menemui dia," ujar Maryam pada akhirnya.Rosa mengangguk dengan semangat, dengan cepat dia membelokkan motornya untuk keluar dari Kecamatan dan segera bergegas untuk pergi ke Kecamatan sebelah. Di mana tempat rumah Lisa dan juga Aji berada.Rosa hanya berharap kalau Lisa memang berada di sana, jadi mereka tidak pusing-pusing lagi untuk mencari keberadaan adik tengahnya itu. Karena jujur saja, Rosa sudah merasa muak berkendara ke sana ke sini untuk mencari keberadaannya.Namun, saat melewati pasar, Rosa langsung menghentikan motornya di depan sebuah stan penjual minuman. Dia kehausan dan sekarang dia ingin minum untuk menghadapi
477. Penguntit! (Bagian C)Rosa yang melihatnya hanya mencebik, merasa kalau Ibunya terlalu lembek saat ini. Dan Ibunya bersikap seperti orang yang belum makan saja. Toh, tidak ada gunanya memikirkan masa lalu, yang penting adalah masa sekarang dan juga yang akan datang itulah prinsip Rosa. "Sudahlah, Bu! Tidak ada gunanya memikirkan masa lalu. Toh, yang lalu sudahlah berlalu, mau Ibu pikirkan seribu kali pun tidak akan pernah kembali seperti semula," kata Rosa sambil mengedikkan bahunya. "Lagi pula, bukankah itu salah Ibu juga? Ngapain Ibu suruh Lisa untuk menjelek-jelekkan mertuanya di depan orang lain? Apakah Ibu tidak pernah memikirkan konsekuensinya? Buktinya saja sekarang, gara-gara itu Aji dan juga Lisa harus berpisah dan kemungkinan untuk rujuk itu sangat kecil, karena dia tidak akan mau dengan wanita yang sudah menjelek-jelekkan keluarganya," kata Rosa dengan pedas. "Halah, kamu ini malah menceramahi Ibu! Bukannya mencari solusi malah menyalahkan Ibu saja," Maryam berujar k
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)478. Mendapatkan Dukungan (Bagian A)POV AUTHOR"Sebenarnya Mbak ngerasa canggung banget, karena ada Mas Aji di rumah. Kalian kenapa tadi nggak bilang, sih, dari awal kalau Mas Aji bakalan ikut datang ke sini?" Lisa berbicara dengan nada pelan.Namun Ana yang memang mempunyai telinga super tajam, bisa mendengar suara Lisa dengan jelas. Wanita itu menatap mantan kakak iparnya tersebut melalui kaca spion, dengan alis yang terangkat tinggi.Dia hanya bisa melihat sisi samping wajah Lisa, karena Lisa melihat ke arah lain saat ini. Seolah-olah ingin menghindari tatapan Ana, yang sudah pasti akan melihat ke arahnya."Emangnya kenapa, kalau ada Mas Aji, Mbak? Canggung kenapa, sih? Jujur aja aku nggak ngerti, loh!" Ana menyahut dengan cepat. "Mbak nggak suka, kalau Mas Aji datang ke rumah dan kumpul sama kita?" tanya Ana lagi."Ya, bukan nggak suka seperti itu, An. Cuman Mbak canggung aja, kamu tahu sendiri, kan? Kita itu udah pisah, dan
479. Mendapatkan Dukungan (Bagian B)Sebenarnya Lisa penasaran, apa yang sedang dilakukan oleh mantan suaminya itu sekarang ini. Tapi dia sama sekali tidak mau melihat, karena dia pasti tahu suasananya akan berubah canggung saat mata mereka berdua terpaut nanti.Namun suara tawa Naufal dan juga Salsa sudah menjelaskan semuanya, sepertinya Aji sedang bermain bersama kedua bocah manis itu, dan hal itu benar-benar membuat Lisa menjadi sangat lega.Ana sendiri yang baru masuk ke dalam rumah, langsung menoleh ke arah di mana mertua, suami, dan juga kakak iparnya itu sedang duduk. Mereka semua terlihat sangat senang, karena bisa bertemu dengan Naufal dan juga Salsa."Udah pulang, Dek? Itu Mbak Lisa kenapa? Kok, nggak noleh ke kiri dan ke kanan, eh datang-datang langsung nyelonong ke dapur." Abi bertanya dengan nada heran."Udah, Mas. Kami baru aja sampai, ya Mbak Lisa itu lagi terburu-buru buat masak. Sebentar lagi udah masuk jam makan siang, loh. Dan Naufal serta Salsa itu nggak boleh terl
480. Mendapatkan Dukungan (Bagian C)Dia lalu menoleh ke arah Ana, dan wanita itu langsung mengedikkan dagunya ke arah Lisa, dan saat menoleh ke arah Lisa Sri langsung bisa melihat wajah mantan menantunya itu terlihat memerah sempurna.Ah! Sri bahkan tidak sadar, kalau hubungan Aji dan Lisa sudah tidak baik-baik saja.Pantas jika mantan menantunya itu ingin membuatkan makanan kesukaan Aji, yah … syukur-syukur dengan hal itu anaknya yang keras kepala itu bisa luluh.Lisa sendiri langsung merasa canggung, dia berpikir di dalam hati apakah Sri sadar, kalau Lisa memang membuat makanan kesukaan Aji agar mantan suaminya itu merasa terkesan?Apalagi, Lisa tadi sudah mendapatkan dukungan dari Ana, yang mengatakan kalau dia harus bisa membuat aji terkesan dengan masakannya. Lisa merasa dia kembali bersemangat, dan dia langsung saja ingin mencobanya."Ibu tidak suka menu itu? Kalau Ibu memang tidak suka, kita bisa merubahnya dan memasak menu lainnya. Toh, kami tadi banyak belanja bahan makanan,