476. Penguntit! (Bagian B)"Tapi, Bu, selain ke tempat mereka lalu Lisa ke mana? Dia tidak ada di manapun juga bahkan di tempat Pakde Hambali pun tidak ada. Itu artinya dia sudah tidak ada di sini," sahut Rosa menyangkal perkataan Maryam barusan."Ya, sudah kalau begitu kita pergi ke sana. Kita intai rumah Aji, mana tahu Lisa ada di sana. Jadi kita bisa segera menemui dia," ujar Maryam pada akhirnya.Rosa mengangguk dengan semangat, dengan cepat dia membelokkan motornya untuk keluar dari Kecamatan dan segera bergegas untuk pergi ke Kecamatan sebelah. Di mana tempat rumah Lisa dan juga Aji berada.Rosa hanya berharap kalau Lisa memang berada di sana, jadi mereka tidak pusing-pusing lagi untuk mencari keberadaan adik tengahnya itu. Karena jujur saja, Rosa sudah merasa muak berkendara ke sana ke sini untuk mencari keberadaannya.Namun, saat melewati pasar, Rosa langsung menghentikan motornya di depan sebuah stan penjual minuman. Dia kehausan dan sekarang dia ingin minum untuk menghadapi
477. Penguntit! (Bagian C)Rosa yang melihatnya hanya mencebik, merasa kalau Ibunya terlalu lembek saat ini. Dan Ibunya bersikap seperti orang yang belum makan saja. Toh, tidak ada gunanya memikirkan masa lalu, yang penting adalah masa sekarang dan juga yang akan datang itulah prinsip Rosa. "Sudahlah, Bu! Tidak ada gunanya memikirkan masa lalu. Toh, yang lalu sudahlah berlalu, mau Ibu pikirkan seribu kali pun tidak akan pernah kembali seperti semula," kata Rosa sambil mengedikkan bahunya. "Lagi pula, bukankah itu salah Ibu juga? Ngapain Ibu suruh Lisa untuk menjelek-jelekkan mertuanya di depan orang lain? Apakah Ibu tidak pernah memikirkan konsekuensinya? Buktinya saja sekarang, gara-gara itu Aji dan juga Lisa harus berpisah dan kemungkinan untuk rujuk itu sangat kecil, karena dia tidak akan mau dengan wanita yang sudah menjelek-jelekkan keluarganya," kata Rosa dengan pedas. "Halah, kamu ini malah menceramahi Ibu! Bukannya mencari solusi malah menyalahkan Ibu saja," Maryam berujar k
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)478. Mendapatkan Dukungan (Bagian A)POV AUTHOR"Sebenarnya Mbak ngerasa canggung banget, karena ada Mas Aji di rumah. Kalian kenapa tadi nggak bilang, sih, dari awal kalau Mas Aji bakalan ikut datang ke sini?" Lisa berbicara dengan nada pelan.Namun Ana yang memang mempunyai telinga super tajam, bisa mendengar suara Lisa dengan jelas. Wanita itu menatap mantan kakak iparnya tersebut melalui kaca spion, dengan alis yang terangkat tinggi.Dia hanya bisa melihat sisi samping wajah Lisa, karena Lisa melihat ke arah lain saat ini. Seolah-olah ingin menghindari tatapan Ana, yang sudah pasti akan melihat ke arahnya."Emangnya kenapa, kalau ada Mas Aji, Mbak? Canggung kenapa, sih? Jujur aja aku nggak ngerti, loh!" Ana menyahut dengan cepat. "Mbak nggak suka, kalau Mas Aji datang ke rumah dan kumpul sama kita?" tanya Ana lagi."Ya, bukan nggak suka seperti itu, An. Cuman Mbak canggung aja, kamu tahu sendiri, kan? Kita itu udah pisah, dan
479. Mendapatkan Dukungan (Bagian B)Sebenarnya Lisa penasaran, apa yang sedang dilakukan oleh mantan suaminya itu sekarang ini. Tapi dia sama sekali tidak mau melihat, karena dia pasti tahu suasananya akan berubah canggung saat mata mereka berdua terpaut nanti.Namun suara tawa Naufal dan juga Salsa sudah menjelaskan semuanya, sepertinya Aji sedang bermain bersama kedua bocah manis itu, dan hal itu benar-benar membuat Lisa menjadi sangat lega.Ana sendiri yang baru masuk ke dalam rumah, langsung menoleh ke arah di mana mertua, suami, dan juga kakak iparnya itu sedang duduk. Mereka semua terlihat sangat senang, karena bisa bertemu dengan Naufal dan juga Salsa."Udah pulang, Dek? Itu Mbak Lisa kenapa? Kok, nggak noleh ke kiri dan ke kanan, eh datang-datang langsung nyelonong ke dapur." Abi bertanya dengan nada heran."Udah, Mas. Kami baru aja sampai, ya Mbak Lisa itu lagi terburu-buru buat masak. Sebentar lagi udah masuk jam makan siang, loh. Dan Naufal serta Salsa itu nggak boleh terl
480. Mendapatkan Dukungan (Bagian C)Dia lalu menoleh ke arah Ana, dan wanita itu langsung mengedikkan dagunya ke arah Lisa, dan saat menoleh ke arah Lisa Sri langsung bisa melihat wajah mantan menantunya itu terlihat memerah sempurna.Ah! Sri bahkan tidak sadar, kalau hubungan Aji dan Lisa sudah tidak baik-baik saja.Pantas jika mantan menantunya itu ingin membuatkan makanan kesukaan Aji, yah … syukur-syukur dengan hal itu anaknya yang keras kepala itu bisa luluh.Lisa sendiri langsung merasa canggung, dia berpikir di dalam hati apakah Sri sadar, kalau Lisa memang membuat makanan kesukaan Aji agar mantan suaminya itu merasa terkesan?Apalagi, Lisa tadi sudah mendapatkan dukungan dari Ana, yang mengatakan kalau dia harus bisa membuat aji terkesan dengan masakannya. Lisa merasa dia kembali bersemangat, dan dia langsung saja ingin mencobanya."Ibu tidak suka menu itu? Kalau Ibu memang tidak suka, kita bisa merubahnya dan memasak menu lainnya. Toh, kami tadi banyak belanja bahan makanan,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)481. Mengintai Lisa (Bagian A)Sementara keluarga Sri masih berada di dalam rumah Lisa, Maryam dan Rosa malah berada di luar. Memantau keadaan dengan teliti mereka harus bisa mendapatkan informasi sekecil apapun."Bu, kita bakal tetap di sini?" tanya Rosa sambil menepuk nyamuk yang hinggap di betisnya. "Sampai kapan? Banyak nyamuk, Bu!" lanjutnya lagi.Jelas saja banyak nyamuk, karena mereka saat ini memang sedang berada di samping selokan, yang ada di kontrakan Ramon. Tepatnya di bawah pohon mangga, untuk mengintai Lisa dari kejauhan."Udah, deh. Diem aja, Ros. Kamu itu kebanyakan ngeluh, loh. Kita itu bakalan tetap di sini, sampai Marwan dan juga Bapakmu datang!" sahut Maryam tanpa menoleh sedikitpun. "Ternyata Lisa dan juga anak-anaknya tinggal di sini, Ibu tidak menyangka dia mau mengontrak di tempat yang kumuh seperti ini, loh!" Maryam menoleh ke sana kemari, dan kemudian bergidik jijik saat melihat selokan dan juga tumpukan
482. Mengintai Lisa (Bagian B)Tetapi saat melihat mata Rosa, dia pun akhirnya tidak tega. Apalagi saat mengingat, kalau Rosa ini adalah orang kota dan tubuhnya itu harus tetap mulus tanpa ada satu cacat sedikitpun.Gigitan nyamuk bisa membuat kulit anaknya menjadi bentol-bentol, dan Maryam tidak mau hal itu terjadi."Ya sudah, kalau begitu. Ayo kita menunggu di warung depan saja! Soalnya Ibu juga haus. Lagian kata Bapakmu, mereka akan datang lumayan lama. Karena Marwan masih mengantar istrinya untuk make up pengantin di desa sebelah," kata Maryam menyetujui.Saat mendengar sahutan Ibunya seperti itu, Rosa langsung bersemangat menghidupkan motor dan berbalik arah menuju ke depan. Di mana, di simpang depan sana ada sebuah warung yang menjual minuman dan juga cemilan.Mereka akan duduk di sana dan menunggu Parto serta Marwan dengan santai, daripada harus berdiri di samping selokan dan menjadi santapan nyamuk seperti tadi.*********"Pa! Papa kok, nggak pernah datang sih, ke rumah Nenek?
483. Mengintai Lisa (Bagian C)Karena bagaimanapun juga, Lisa pasti akan membela adiknya itu habis-habisan, dan berujung dengan mereka yang akan kembali bertengkar.Karena jujur saja, Aji sudah bertekad penuh untuk memenjarakan Marwan. Akibat kebohongannya mengenai investasi bodong yang dia berikan untuk mereka, Aji akan menindak Marwan dengan tegas dan dia tidak akan tergoyahkan akan hal itu.Namun saat melihat wajah polos Naufal dan juga Salsa ,kedua anaknya itu benar-benar terlihat mengharapkan agar Aji dan juga Lisa kembali bersama, dan Aji benar-benar tidak bisa mengingkari hal tersebut dia menginginkan keluarga mereka kembali utuh.Aji tidak pernah merasakan kebingungan yang seperti ini sebelumnya, dia bingung … antara dua pilihan. Ingin kembali bersama dan membuyarkan segalanya, atau tetap menjaga jarak dan dia akan menempatkan Marwan di penjara untuk waktu yang lama."Pa! Papa dari tadi diam aja, Papa nggak suka ya ketemu sama Abang dan juga Salsa?" tanya Naufal sambil kembali