PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)481. Mengintai Lisa (Bagian A)Sementara keluarga Sri masih berada di dalam rumah Lisa, Maryam dan Rosa malah berada di luar. Memantau keadaan dengan teliti mereka harus bisa mendapatkan informasi sekecil apapun."Bu, kita bakal tetap di sini?" tanya Rosa sambil menepuk nyamuk yang hinggap di betisnya. "Sampai kapan? Banyak nyamuk, Bu!" lanjutnya lagi.Jelas saja banyak nyamuk, karena mereka saat ini memang sedang berada di samping selokan, yang ada di kontrakan Ramon. Tepatnya di bawah pohon mangga, untuk mengintai Lisa dari kejauhan."Udah, deh. Diem aja, Ros. Kamu itu kebanyakan ngeluh, loh. Kita itu bakalan tetap di sini, sampai Marwan dan juga Bapakmu datang!" sahut Maryam tanpa menoleh sedikitpun. "Ternyata Lisa dan juga anak-anaknya tinggal di sini, Ibu tidak menyangka dia mau mengontrak di tempat yang kumuh seperti ini, loh!" Maryam menoleh ke sana kemari, dan kemudian bergidik jijik saat melihat selokan dan juga tumpukan
482. Mengintai Lisa (Bagian B)Tetapi saat melihat mata Rosa, dia pun akhirnya tidak tega. Apalagi saat mengingat, kalau Rosa ini adalah orang kota dan tubuhnya itu harus tetap mulus tanpa ada satu cacat sedikitpun.Gigitan nyamuk bisa membuat kulit anaknya menjadi bentol-bentol, dan Maryam tidak mau hal itu terjadi."Ya sudah, kalau begitu. Ayo kita menunggu di warung depan saja! Soalnya Ibu juga haus. Lagian kata Bapakmu, mereka akan datang lumayan lama. Karena Marwan masih mengantar istrinya untuk make up pengantin di desa sebelah," kata Maryam menyetujui.Saat mendengar sahutan Ibunya seperti itu, Rosa langsung bersemangat menghidupkan motor dan berbalik arah menuju ke depan. Di mana, di simpang depan sana ada sebuah warung yang menjual minuman dan juga cemilan.Mereka akan duduk di sana dan menunggu Parto serta Marwan dengan santai, daripada harus berdiri di samping selokan dan menjadi santapan nyamuk seperti tadi.*********"Pa! Papa kok, nggak pernah datang sih, ke rumah Nenek?
483. Mengintai Lisa (Bagian C)Karena bagaimanapun juga, Lisa pasti akan membela adiknya itu habis-habisan, dan berujung dengan mereka yang akan kembali bertengkar.Karena jujur saja, Aji sudah bertekad penuh untuk memenjarakan Marwan. Akibat kebohongannya mengenai investasi bodong yang dia berikan untuk mereka, Aji akan menindak Marwan dengan tegas dan dia tidak akan tergoyahkan akan hal itu.Namun saat melihat wajah polos Naufal dan juga Salsa ,kedua anaknya itu benar-benar terlihat mengharapkan agar Aji dan juga Lisa kembali bersama, dan Aji benar-benar tidak bisa mengingkari hal tersebut dia menginginkan keluarga mereka kembali utuh.Aji tidak pernah merasakan kebingungan yang seperti ini sebelumnya, dia bingung … antara dua pilihan. Ingin kembali bersama dan membuyarkan segalanya, atau tetap menjaga jarak dan dia akan menempatkan Marwan di penjara untuk waktu yang lama."Pa! Papa dari tadi diam aja, Papa nggak suka ya ketemu sama Abang dan juga Salsa?" tanya Naufal sambil kembali
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)484. Runa! (Bagian A)"Mereka kok, bisa bertengkar? Kamu tahu nggak, mereka bertengkar gara-gara apa?" tanya Abi ingin tahu.Wajah Naufal terlihat berpikir, dia melihat ke atas dengan pose yang sangat imut. Namun sepertinya dia tidak mendapatkan apa-apa, karena setelahnya dia langsung menggeleng pelan."Waktu aku sama Salsa pulang, Mama sudah menyiapkan koper kami dan dia langsung menyuruh aku sama Salsa ganti baju," kata Naufal dengan wajah yang terlihat masih mengingat-ingat kejadian itu. "Tapi waktu di mobil, aku bisa dengar kalau Mama dan juga Tante Ema ngomong …." kata Naufal lagi.Abi dan Aji langsung berpandangan, Ema? Sepertinya mereka langsung paham, siapa yang sebenarnya di sedang dibicarakan oleh Naufal."Ema yang mau jadi istrimu, Bi!" ujar Aji sambil mengulum senyum mengejek, dia merasa puas saat melihat Abi yang terlihat kesal.Abi sendiri hanya memutar bola mata dengan malas, saat mendengar kata-kata Aji barusan d.
485. Runa! (Bagian B) "Lagian, aku penasaran dengan permasalahan Mbak Lisa. Aku mau bantu, jika memang aku bisa!" lanjut Abi lagi.Aji langsung menoleh, dan melirik Adik kandungnya itu dengan alis yang terangkat tinggi. "Bantu?" tanyanya memastikan. "Kamu sama Ana itu bego atau apa, sih? Mudah banget memaafkan dan bahkan membantu orang lain, apa kalian nggak sakit hati? Nggak dendam? Nggak mau membalas?" tanya Aji tiba-tiba.Aji heran bukan kepalang dengan pemikiran Adik dan juga adik iparnya ini, bagaimana bisa ada orang yang begitu legowo seperti mereka? Menilik ke belakang, bagaimana perlakuannya dan juga Lisa dulu pada mereka, bukankah ini adalah kesempatan untuk membalas dendam?Seharusnya mereka tertawa bahagia, mengejek, ataupun menghina mereka. Lihat bagaimana kehidupan Aji dan juga Lisa sekarang ini, hancur, berantakan, dan juga memprihatinkan.Tapi kenyataannya, Abi dan Ana malah bersikap biasa dan malah dengan santainya mau membantu mereka. Patutlah Aji mempertanyakan men
486. Runa! (Bagian C)Tak sengaja matanya menoleh ke arah warung, dan dia bisa melihat wajah Maryam di sana. Tapi Abi tak menghiraukannya, karena dia merasa itu tidak mungkin. Toh, Abi tahu kalau Lisa pergi dari rumah karena bertengkar.Jadi, rasanya sedikit mustahil saat dia melihat keberadaan Maryam di sini. Abi langsung tancap gas, saat melihat jalanan sudah lengang. Dia akan menjemput Amran secepatnya, agar segera terhindar dari matahari yang panas ini.*******"Mbak, besok masuk sekolah, ya? Nggak terasa, yah!" Ana bertanya, dia saat ini sedang bosan karena tidak mempunyai kegiatan yang berarti.Sri, dan juga Lisa sudah membereskan semua pekerjaan dengan cepat dan juga teratur. Ana jadi tidak kebagian untuk unjuk gigi dalam memasak, tapi tak mengapa. Toh, Ana mengerti. Mungkin Lisa ingin memasak untuk Aji yang sudah lama tidak memakan masakan wanita itu. Yah, melepas rindu lah istilah katanya."Iya, besok udah masuk sekolah." Lisa mengangguk singkat."Ke sekolah naik apa, Mbak?
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)487. Bantuan Untuk Janda (Bagian A)"Siapa, Ji?" Sri berjalan cepat ke depan, dan langsung menggeser tubuh Aji ke samping.Sedangkan Aji yang tidak siap didorong, langsung terhuyung. Lelaki itu hanya bisa menghela nafas panjang, jika bukan ibunya yang mendorong, sudah pasti dia akan membalas dengan yang lebih pedih."Bu!" Runa menyapa, dia mencium tangan Sri dengan takzim."Runa? Ngapain di sini?" Kening Sri berkerut heran, dia bahkan sampai celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri.Sedangkan Runa sendiri belum menjawab, dia hanya memberikan senyum terbaiknya, hingga matanya menyipit. Cantik, dan juga terlihat sangat berkelas.Apalagi wanita itu memakai pakaian yang rapi dan juga mewah, wajahnya juga dipoles make up natural yang terlihat sangat pas di wajahnya yang putih, mulus, dan juga glowing tentunya.Memang, perangkat desa satu ini sangat memikat hati. Bahkan banyak yang heran, kenapa sampai sekarang Runa belum menikah. Padaha
488. Bantuan Untuk Janda (Bagian B)"Ah, kalau begitu nggak usah di sensus, Run. Lisa itu pegawai negeri soalnya, dan dari dulu-dulu nggak pernah dapat bantuan apa-apa juga, kan?" Sri menyahut cepat."Oh, ini rumah Mbak Lisa, Bu?" Runa langsung bertanya, jauh dari konteks pertanyaan untuk sensus penduduk sebenarnya."Iya, Lisa mengontrak di sini untuk sementara." Lagi-lagi Sri menyahut, sambil mendongak karena Runa memang masih kekeh untuk tidak mendudukkan dirinya sendiri."Oh …." Runa bergumam pelan. "Pantas saja ada Ibu dan Mas Aji di sini, ternyata yang mengontrak adalah Mbak Lisa." Dia kembali bergumam."Mbak Runa, seperti yang dikatakan oleh Ibu tadi … saya tidak mengharapkan bantuan itu, dan berikan saja bantuan itu kepada warga yang lebih membutuhkan!" Lisa tiba-tiba datang sambil mengelap tangannya ke baju yang tengah dia gunakan, dia menatap Runa dengan pandangan ramah, full senyum, namun terlihat sangat … kaku?Ayolah, apa yang kau harapkan dari dua wanita yang mencintai s