485. Runa! (Bagian B) "Lagian, aku penasaran dengan permasalahan Mbak Lisa. Aku mau bantu, jika memang aku bisa!" lanjut Abi lagi.Aji langsung menoleh, dan melirik Adik kandungnya itu dengan alis yang terangkat tinggi. "Bantu?" tanyanya memastikan. "Kamu sama Ana itu bego atau apa, sih? Mudah banget memaafkan dan bahkan membantu orang lain, apa kalian nggak sakit hati? Nggak dendam? Nggak mau membalas?" tanya Aji tiba-tiba.Aji heran bukan kepalang dengan pemikiran Adik dan juga adik iparnya ini, bagaimana bisa ada orang yang begitu legowo seperti mereka? Menilik ke belakang, bagaimana perlakuannya dan juga Lisa dulu pada mereka, bukankah ini adalah kesempatan untuk membalas dendam?Seharusnya mereka tertawa bahagia, mengejek, ataupun menghina mereka. Lihat bagaimana kehidupan Aji dan juga Lisa sekarang ini, hancur, berantakan, dan juga memprihatinkan.Tapi kenyataannya, Abi dan Ana malah bersikap biasa dan malah dengan santainya mau membantu mereka. Patutlah Aji mempertanyakan men
486. Runa! (Bagian C)Tak sengaja matanya menoleh ke arah warung, dan dia bisa melihat wajah Maryam di sana. Tapi Abi tak menghiraukannya, karena dia merasa itu tidak mungkin. Toh, Abi tahu kalau Lisa pergi dari rumah karena bertengkar.Jadi, rasanya sedikit mustahil saat dia melihat keberadaan Maryam di sini. Abi langsung tancap gas, saat melihat jalanan sudah lengang. Dia akan menjemput Amran secepatnya, agar segera terhindar dari matahari yang panas ini.*******"Mbak, besok masuk sekolah, ya? Nggak terasa, yah!" Ana bertanya, dia saat ini sedang bosan karena tidak mempunyai kegiatan yang berarti.Sri, dan juga Lisa sudah membereskan semua pekerjaan dengan cepat dan juga teratur. Ana jadi tidak kebagian untuk unjuk gigi dalam memasak, tapi tak mengapa. Toh, Ana mengerti. Mungkin Lisa ingin memasak untuk Aji yang sudah lama tidak memakan masakan wanita itu. Yah, melepas rindu lah istilah katanya."Iya, besok udah masuk sekolah." Lisa mengangguk singkat."Ke sekolah naik apa, Mbak?
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)487. Bantuan Untuk Janda (Bagian A)"Siapa, Ji?" Sri berjalan cepat ke depan, dan langsung menggeser tubuh Aji ke samping.Sedangkan Aji yang tidak siap didorong, langsung terhuyung. Lelaki itu hanya bisa menghela nafas panjang, jika bukan ibunya yang mendorong, sudah pasti dia akan membalas dengan yang lebih pedih."Bu!" Runa menyapa, dia mencium tangan Sri dengan takzim."Runa? Ngapain di sini?" Kening Sri berkerut heran, dia bahkan sampai celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri.Sedangkan Runa sendiri belum menjawab, dia hanya memberikan senyum terbaiknya, hingga matanya menyipit. Cantik, dan juga terlihat sangat berkelas.Apalagi wanita itu memakai pakaian yang rapi dan juga mewah, wajahnya juga dipoles make up natural yang terlihat sangat pas di wajahnya yang putih, mulus, dan juga glowing tentunya.Memang, perangkat desa satu ini sangat memikat hati. Bahkan banyak yang heran, kenapa sampai sekarang Runa belum menikah. Padaha
488. Bantuan Untuk Janda (Bagian B)"Ah, kalau begitu nggak usah di sensus, Run. Lisa itu pegawai negeri soalnya, dan dari dulu-dulu nggak pernah dapat bantuan apa-apa juga, kan?" Sri menyahut cepat."Oh, ini rumah Mbak Lisa, Bu?" Runa langsung bertanya, jauh dari konteks pertanyaan untuk sensus penduduk sebenarnya."Iya, Lisa mengontrak di sini untuk sementara." Lagi-lagi Sri menyahut, sambil mendongak karena Runa memang masih kekeh untuk tidak mendudukkan dirinya sendiri."Oh …." Runa bergumam pelan. "Pantas saja ada Ibu dan Mas Aji di sini, ternyata yang mengontrak adalah Mbak Lisa." Dia kembali bergumam."Mbak Runa, seperti yang dikatakan oleh Ibu tadi … saya tidak mengharapkan bantuan itu, dan berikan saja bantuan itu kepada warga yang lebih membutuhkan!" Lisa tiba-tiba datang sambil mengelap tangannya ke baju yang tengah dia gunakan, dia menatap Runa dengan pandangan ramah, full senyum, namun terlihat sangat … kaku?Ayolah, apa yang kau harapkan dari dua wanita yang mencintai s
489. Bantuan Untuk Janda (Bagian C)"Kenapa sih, Mas Aji harus mengikuti permintaan Mbak Runa? Harus banget yah, ngomong hanya berdua di luar sana? Iyuhhhh, kayak ada yang penting aja!" Ana mengomel, dari tadi belum berhenti.Sedangkan Lisa dan Sri hanya diam, mereka sudah selesai memindahkan masakan mereka tadi ke saung ini. Benar-benar nyaman dan juga sejuk, ini adalah tempat yang sangat pas untuk makan siang bersama keluarga."Sebagai seorang wanita, Mbak Runa itu benar-benar berani untuk mengajak suami orang berbicara empat mata!" Ana kembali berbicara."An, lupa kamu? Masmu itu duda sekarang, loh!" Lisa menyahut dari seberang sana.Wajahnya terlihat tenang, tapi isi hatinya siapa yang tahu? Membayangkan lelakinya berbicara empat mata dengan perempuan lain, jelas wanita manapun tidak akan pernah bisa tenang dan juga lapang."Ya, terus? Dudanya masih beberapa hari, masak sudah mau di pepet? Nggak ada laki-laki lain apa?" sahut Ana dengan kesal. "Mbak tahu? Mbak Runa itu adalah mant
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)490. Pelik! (Bagian A)“Kok, makannya di belakang? Kenapa nggak di depan saja?”Tiba-tiba Amran muncul dari pintu belakang, dengan Abi yang berjalan di belakangnya. Sepasang Bapak dan anak itu, terlihat sangat mirip. Bedanya, rambut Amran sudah ada yang memutih sebagian, sedangkan rambut Abi masih hitam legam.Memang jika disejajarkan, maka wajah Abi, Aji, dan Amran, akan terlihat sangat mirip, seperti pinang yang dibelah dua. Tidak ada dari kedua orang anak itu, yang mirip dengan ibunya.Yah, setidaknya itu adalah hal yang baik. Karena orang akan bertanya-tanya, mengapa wajah Abi terlihat seperti wajah orang lain, alih-alih mirip dengan Sri nantinya. Kan, tidak lucu!"Di belakang kan, enak Pak. Semilir anginnya membuat perut semakin lapar!" Ana menjawab sekenanya.Dia lalu menggeser tempat duduknya saat Abi mendekat, dia mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di tempatnya semula. Karena Ana tahu, kalau Abi itu sangat suka bersan
491. Pelik! (Bagian B)Dia malah balik memelototi Runa, dan juga mengangkat sedikit ujung bibirnya. Menunjukkan wajah yang sangat menyebalkan, sengaja untuk memprovokasi Runa sang anak mantan kepala desa.Padahal sewaktu di balai desa, itu pertama kalinya Ana bertemu dengan Runa dan mengetahui kalau wanita itu adalah mantan dari Aji. Ana merasa Runa adalah wanita yang lembut dan juga baik, terlihat dari cara bicaranya yang berwibawa.Tapi entah kenapa, untuk kali ini Ana merasa dia benar-benar sudah salah menilai orang hanya dalam pertemuan pertama. Karena nyatanya, Runa tidaklah seperti yang terlihat. Wanita ini … terlihat seperti ular dan juga rubah di saat yang bersamaan.Licin, dan juga licik. Kebetulan sekali, Ana sangat pintar menghadapi orang-orang seperti ini.“Mas, ayo makan! Aku disuruh Ibu dan Bapak buat manggil Mas Aji!” Ana berbicara dengan nada ceria. “Eh, Mbak Runa belum pulang? Belum selesai ngomong sama Mas Aji?” tanya Ana lagi.“Iya, urusan saya dan Mas Aji belum sel
492. Pelik! (Bagian C)Bagaimana tidak, dia menghabiskan sepuluh buah gorengan sendirian. Sedangkan Maryam sendiri juga sedang bersandar di tembok, ikut kekenyangan. Ternyata di sebelah warung itu, ada penjual gorengan. Rosa dan juga Maryan lantas segera saja mengambil tempat duduk lesehan dan bersandar di tembok yang tingginya hanya sepaha orang dewasa. Karena itulah mereka tidak bisa melihat, kalau Abi tadi menjemput Amran."Yah, Ibu juga sama, Ros. Kenyang banget!" Maryam bersendawa. "Bapakmu kok lama banget, sih? Ke mana saja sih, mereka ini?" omel wanita itu dengan suara yang tertahan.Karena memang sudah lebih dari satu jam mereka menunggu di sini, tapi Parto dan juga Marwan belum juga memunculkan batang hidung mereka, dan hal itu benar-benar membuat Maryam menjadi luar biasa kesal."Iya, Bu? Bapak sama Marwan, kok, lama banget, ya? Aku sebenarnya sudah sangat lelah, dan juga bosan. Aku ingin tidur di kamar dan beristirahat!" sahut Rosa dengan nada lelah."Memang Bapak sama ana