PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)493. Rujuk! (Bagian A)"Ngomongin apa aja di depan, Ji?" tanya Sri dengan mata yang memicing tajam, saat dia melihat Aji dan juga Ana datang.Anak sulungnya itu nampak tenang, bahkan saat Sri menghujaninya dengan tatapan sarat akan keingintahuan yang besar. Aji seperti sudah terlatih untuk menjaga ekspresi dan juga rahasia, wajahnya sangat keyakinkan soalnya.Sedangkan Ana hanya mengangkat bahu, dan mendudukkan dirinya di tempat semula. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan matanya langsung berhenti pada sosok Naufal, bocah itu sedang makan menggunakan udang goreng tepung dengan sangat semangat.“Sayang, kamu kok udah di sini, sih? Tadi pas Tante ke depan kamu kok, nggak ada?” tanya Ana dengan raut wajah heran.“Iya, tadi aku ke kamar, Tan. Ngeliatin Salsa, takut adik bangun,” sahut Naufal tanpa menoleh sedikitpun.“Oalahhhhh, pantes kamu nggak ada di depan!” Ana mengangguk mengerti.“Ji, kamu belum jawab, loh. Kamu ngom
494. Rujuk! (Bagian B)[ ……. ]"Ya sudah, kalau begitu aku pulang sekarang, Bi," kata Ana dengan mantap. "Iya, Bibi tunggu aja di rumah. Ini aku langsung pulang, kok," kata Ana lagi.Dia lalu mematikan ponselnya dan kembali memasukkan benda pipih itu ke dalam tas, dia kemudian menatap Abi dengan pandangan yang sulit diartikan. Namun, lelaki yang sudah membersamainya selama beberapa tahun itu jelas tahu apa yang dimaksud oleh Ana.Abi kemudian ikut mencuci tangannya dan turun dari saung itu, dia memakai sandalnya dengan cepat sembari menunggu Anna yang juga sedang membereskan barang-barang miliknya."Bu, kami harus pulang dulu. Soalnya ada masalah sedikit di rumah," kata Ana sambil berpamitan pada Sri."Masalah apa, toh, Nduk? Kok, kayaknya kalian ini terburu-buru sekali, sih? Ada apa?" Sri bertanya dengan panik. "Ya, nggak ada apa-apa, Bu. Cuman ada barang yang masuk, dan Bi Ramlah nggak tahu harganya berapa," kata Ana lagi. "Mbak, aku pulang dulu, ya, nanti kalau masalah di rumah ud
495. Rujuk! (Bagian C)"Ibu tidak sanggup melihat mereka hidup seperti saat ini, hidup di kontrakan yang bahkan tikar saja tidak ada. Ibu mau kamu membawa Lisa dan juga anak-anakmu kembali ke rumah!" kata Sri lagi dengan nada tegas."Iya, benar apa yang dikatakan ibumu. Pokoknya Bapak tidak mau hal ini terus berlanjut!" Amran berujar tegas.Lisa semakin menunduk saat dia tidak mendengar balasan dari Aji, lelaki itu masih diam dan hanya mendengarkan pembicaraan dari kedua orang tuanya dengan tekun dan juga fokus."Aji, kamu denger, nggak, sih, apa yang Ibu dan juga Bapak katakan?! Kamu itu kayak orang yang lagi punya banyak pikiran tahu nggak, sih?! Diam, tapi seolah jiwa kamu nggak ada di sini," kata Sri dengan mata yang memicing."Dengar, lah, mana mungkin aku nggak dengar apa yang kalian bilang dari tadi. Lagian suara kalian itu keras dan juga tegas. Ya, tentu saja aku yang berada di dekat kalian seperti ini bisa mendengarnya dengan sangat jelas," ujar Aji sambil mengangkat bahunya
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)496. Menyebar Fitnah (Bagian A)Saat motor Abi dan juga Ana keluar dari simpang kontrakan milik Ramon, Rosa langsung menepuk pundak Maryam dengan kuat, sehingga membuat wanita paruh baya itu membagi kesakitan."Kamu ini kenapa, sih, Ros? Sakit tahu!" Maryam balas memukul anak sulungnya itu dengan kekuatan yang sama.Rosa memekik kesakitan, namun dia mengabaikan hal itu dan menatap Maryam dengan pandangan lekat, sehingga membuat wanita yang mempunyai status sebagai Ibunya itu terlihat penasaran.Begitu juga dengan Parto dan Marwan yang ada di sana, kedua lelaki itu ikut menatap Rosa dengan pandangan ingin tahu, karena sangat jarang wanita itu menunjukkan wajah seperti ini."Kamu kenapa? Ada apa?" tanya Parto dengan cepat."Kalian nggak liat? Itu … tadi Abi sama Ana baru aja keluar dari arah kontrakan milik Lisa," kata Rosa dengan nada terburu-buru."Hah, mana? Kami nggak ada lihat, tuh." Marwan celinga-celinguk ke sana ke sini, de
497. Menyebar Fitnah (Bagian B)Dia langsung berjalan ke tukang gorengan dan membayar semua gorengan yang sudah mereka makan, Maryam Parto dan juga Marwan mengikuti langkah Rosa dengan riang gembira. Mereka sudah bisa memikirkan apa yang akan terjadi, saat warga memergoki hanya ada Aji dan juga Lisa di rumah itu. Padahal mereka sudah bercerai, dan status mereka sudah bukan sebagai sepasang suami istri lagi. Rosa dengan Maryam yang berada di boncengannya, serta Marwan dengan Parto yang ada di boncengannya langsung bergegas masuk ke simpang kontrakan Ramon, dan mereka memberhentikan motor mereka di bawah pohon mangga. Di mana itu adalah tempat awal Rosa dan Maryam mengintai Lisa tadi pagi. Mata keempatnya langsung membelalak kaget saat pintu rumah Rosa tertutup rapat, sedangkan motor Aji terparkir manis di halaman. Hal itu tentu saja membuat mereka semua semakin mengembangkan senyum di bibir mereka, berbagai skenario sudah melintas, dan mereka tinggal mewujudkannya saja. "Kebetulan
498. Menyebar Fitnah (Bagian C)"Ya, tapi buktinya itu udah ada, Mbak. Itu motor dari tadi pagi udah ada di situ, tadi itu motornya dua, tapi sekarang yang satu udah nggak ada. Tinggal satu di situ, yaitu artinya mantan suami Mbak Lisa itu ada di rumah dan sedang berdua-duaan sama dia di dalam. Wah, nggak bisa ini, kita harus melabrak mereka!" kata Ayu sambil menyingsingkan lengan dasternya. "Ya Allah, Bu, melabrak bagaimana? Kalian jangan macam-macam, ya! Anak saya tidak mungkin berbuat seperti itu!" Maryam memekik sambil menahan air matanya."Tapi tetap saja, mau Ibu bilang apapun kami tidak bisa membantu. Karena nyatanya memang Mbak Lisa saat ini melakukan tindakan asusila dengan mantan suaminya, mereka itu sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Lah, kok bisa berdua-duaan di dalam rumah dengan pintu yang tertutup rapat seperti itu? Ya, maunya apa, Bu?" tanya Nurul dengan ketus. "Kami ini sebagai warga dikontrakkan ini, kami tidak mau kalau kontrakan ini tercemar nama baiknya. Ap
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)499. Pasangan Kumpul Kebo! (Bagian A)"Jaga mulut Anda ya, Bu! Saya bisa saja hilang kesabaran, karena menghadapi orang-orang seperti Anda ini!" Lisa berujar dengan nada tegas.Dia menatap ketujuh orang yang ada di luar rumahnya itu dengan pandangan tajam, dan juga tatapan yang mematikan. Seolah ingin menunjukkan, kalau dia memang tidak menyukai tuduhan yang sudah dilontarkan oleh satu orang Ibu-Ibu yang ada di sana. Sebenarnya sedikit banyak Lisa merasa heran, karena kedua orang tuanya serta Adik dan juga kakaknya berada di sini. Apa yang mereka inginkan? Padahal Lisa sudah keluar dari rumah seperti kemauan mereka.Apa mereka kesini agar bisa mengganggunya lagi, dan juga menyebarkan seluruh kebohongan yang belum sempat mereka katakan kepada Lisa?"Alah, nggak usah sok polos, deh, Mbak Lisa! Nggak usah sok alim! Munafik! Muka aja lugu, tapi sifat seperti orang yang tidak punya akhlak!" Nurul langsung menyambar, dia maju beberapa
500. Pasangan Kumpul Kebo! (Bagian B)Padahal yang Lisa maksud adalah Amran dan juga Sri yang ada di belakang sana."Nah, kata Mbak ini kedua orang itu sudah pergi, jadi tinggal kalian berdua yang ada di rumah. Kalau anak-anak mah gampang … dikasih ponsel juga diam, dan kalian bisa melakukan hal tidak senonoh di sini!" kata Ayu dengan ketus dan sinis."Astaghfirullahaladzim, Bu. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan! Bagaimana bisa Ibu memfitnah saya seperti itu?!" Lisa berujar dengan marah."Lah, kami itu nggak fitnah, Mbak. Kalau begitu biarkan kami masuk ke dalam rumah, atau Mbak takut jika di di dalam sana … yang kami temukan adalah mantan suami Mbak yang sedang tidak memakai baju, iya?" tanya Nurul mengejek."Sudahlah, Nak, jangan berdebat lagi! Jika kamu memang salah, maka akuilah!" suara Maryam tiba-tiba masuk ke dalam indra pendengaran Lisa. Wanita itu menatap Maryam dengan pandangan tajam, namun senyum sinis kembali tersungging di bibirnya saat melihat kalau Ibu kandung
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata