500. Pasangan Kumpul Kebo! (Bagian B)Padahal yang Lisa maksud adalah Amran dan juga Sri yang ada di belakang sana."Nah, kata Mbak ini kedua orang itu sudah pergi, jadi tinggal kalian berdua yang ada di rumah. Kalau anak-anak mah gampang … dikasih ponsel juga diam, dan kalian bisa melakukan hal tidak senonoh di sini!" kata Ayu dengan ketus dan sinis."Astaghfirullahaladzim, Bu. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan! Bagaimana bisa Ibu memfitnah saya seperti itu?!" Lisa berujar dengan marah."Lah, kami itu nggak fitnah, Mbak. Kalau begitu biarkan kami masuk ke dalam rumah, atau Mbak takut jika di di dalam sana … yang kami temukan adalah mantan suami Mbak yang sedang tidak memakai baju, iya?" tanya Nurul mengejek."Sudahlah, Nak, jangan berdebat lagi! Jika kamu memang salah, maka akuilah!" suara Maryam tiba-tiba masuk ke dalam indra pendengaran Lisa. Wanita itu menatap Maryam dengan pandangan tajam, namun senyum sinis kembali tersungging di bibirnya saat melihat kalau Ibu kandung
501. Pasangan Kumpul Kebo! (Bagian C)Jika tebakan mereka salah, maka bisa dipastikan kalau Lisa akan membawa hal ini ke ranah hukum, dan ketiga orang Ibu-Ibu yang ada di sana tentu tidak mau hal itu terjadi.Melihat keterdiaman ketiga orang Ibu-Ibu itu, Lisa langsung tersenyum sinis dan melipat kedua tangannya di depan dada, juga menaikkan dagunya dengan angkuh."Apa kalian tidak berani?" tanya Lisa dengan nada menantang. "Jika kalian memang tidak berani, maka sekali-sekali jangan pernah melakukan fitnah seperti ini. Apalagi kalian memang tidak tahu kebenarannya. Saya sudah cukup sabar ketika Ibu—" Lisa menunjuk Ria. "Kemarin datang ke rumah saya, bersama dua orang Ibu yang berbeda. Kalian datang ke rumah saya beberapa hari yang lalu, dan mengatai saya sebagai janda yang bisa merebut suami Ibu-Ibu yang ada di sini. Mungkin saya masih bisa sabar saat itu, tetapi saya kali ini tidak bisa diam saat kalian menuduh saya sebagai seorang pezina, dan melakukan kumpul kebo bersama mantan suam
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)502. Mati Kutu! (Bagian A)Aji menatap orang yang berada di luar secara bergantian, dia benar-benar belum bisa memahami sebenarnya apa yang terjadi di sini. Matanya langsung bisa menemukan keluarga Lisa, yang merupakan kedua orang tuanya serta adik dan juga kakaknya di sana.Tetapi ketiga orang lain yang berada di sana sama sekali tidak dikenali oleh Aji. Siapa mereka? Apakah mereka adalah tamu Lisa, atau keluarganya yang belum Aji ketahui? Aji bertanya-tanya di dalam hati.Dari ekor matanya, Aji bisa melihat wajah Lisa yang terlihat menegang. Sebagai orang yang sudah mengenal lisa selama bertahun-tahun, Aji bisa menyimpulkan kalau wanita itu saat ini sedang kesal ataupun marah. "Dek, ada apa ini?" tanya Aji lagi."Entah, aku juga nggak tahu, Mas. Tadi sewaktu aku keluar dari rumah, mereka sudah ada di sini dan berteriak-teriak," kata Lisa sambil mengangkat bahu."Udah, deh! Kalian nggak usah akting seperti itu! Dasar pasangan p
503. Mati Kutu! (Bagian B)Lagi-lagi ketiga orang wanita yang tadi kembali tidak semangat untuk menyerang Lisa, mereka hanya bisa terdiam. Mereka kemudian kembali saling berpandangan, dan melakukan telepati di dalam kepala merekaJika memang apa yang dikatakan Aji benar, di dalam sana ada kedua orang anaknya dan juga kedua orang tuanya, maka mereka semua bisa berada di dalam masalah besar.Makanya Ria kemudian maju beberapa langkah, dia menatap Aji dengan pandangan yang lekat. Tetapi tetap saja, dari kedua bola matanya bisa terlihat raut ketakutan ada di sana."Begini sebenarnya, Mas. Kami itu tadi dikasih tahu sama keluarga Mbak Lisa ini, kalau ada mantan suami Mbak Lisa di dalam. Dan karena motornya itu hanya satu buah, padahal tadi pagi ada dua. Jadi kami berpikir kalau Mas dan juga Mbak Lisa berada di dalam rumah itu hanya berduaan saja, kami tidak tahu jika di dalam ada kedua orang tua, Mas. Jadi bisa panggilkan kedua orang tua Mas, agar masalah ini segera selesai?" tanyanya deng
504. Mati Kutu! (Bagian C)Ketiga orang ibu-ibu di sana langsung mengangguk setuju, mereka sebenarnya juga heran karena keluarga Lisa sepertinya sangat getol untuk memojokkan wanita itu.Mereka berkali-kali memberikan argumentasi yang bisa menjatuhkan Lisa, dan juga memberikan kata-kata pedas untuk wanita itu. Padahal jika memang dipikir secara logika, mereka adalah satu keluarga, tetapi bisa-bisanya mereka memojokkan Lisa dengan sangat kejamnya.Ria, Nurul, dan juga Ayu, kembali berfikir sebenarnya yang mereka lakukan ini benar atau salah? Karena Aji dan juga Lisa sangat teguh pada pendiriannya, sedangkan keluarga Lisa terus-terusan memojokkan wanita itu."Ya, sudah, Mas Aji, kalau begitu silahkan dipanggil kedua orang tuanya saja! Biar kami bisa melihat dengan jelas dan masalah ini selesai. Karena jujur saja, kami juga tidak enak kepada kalian jika memang ternyata ini adalah sebuah fitnah." Ayu tiba-tiba berbicara.Kedua orang temannya mengangguk setuju, mereka kemudian menatap Aji
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)506. Duet Amran dan Juga Sri (Bagian A)"Hah? Jangan fitnah seperti itu, ya! Enak aja ngata-ngatain kami menjebak Lisa dan juga Aji. Mana mungkin kami menjebak anak kami sendiri!" Maryam menyahut dengan ketus."Lah, buktinya aja udah jelas gimana. Situ nggak usah kebanyakan ngelak, deh! Padahal dari tadi pagi itu baik-baik saja, dan kedatangan kalian ke sini yang membuat semuanya menjadi runyam," ujar Sri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Jadi nggak salah dong kalau saya ini punya pikiran jika kalian yang membuat huru-hara ini!" kata Sri lagi.Maryam langsung menggertakkan giginya dengan marah, merasa lumayan kesal dengan keberanian Sri yang sedang mengejeknya habis-habisan saat ini.Sedangkan Sri sendiri makin menunjukkan wajah songongnya, apa dia mengira Sri bakalan takut kepada mereka? Walaupun mereka berempat, Sri akan maju tanpa gentar untuk membela Lisa dan juga Aji.Enak aja menuduh anaknya melakukan tindakan
507. Duet Amran dan Juga Sri (Bagian B)"Nggak ada sopan santunnya tahu nggak, sih?! Kami ini adalah orang tuamu, dan mereka ini adalah adik dan juga kakakmu. Bisa-bisanya kamu malah mengusir kami seperti tadi. Apa itu yang dinamakan sopan santun?!" tanya Maryam Lagi.Telinga Sri langsung berubah panas saat mendengar kata-kata wanita itu, bagaimana bisa dia bersikap seperti orang yang sangat bijak? Padahal Sri sangat mengetahui bagaimana aslinya seorang MaryamNamun, saat Sri ingin bangkit dan berjalan keluar, Amran langsung menahannya dan menggeleng pelan. Lelaki itu seolah ingin mencegah istrinya itu untuk ikut campur dengan urusan keluarga Lisa."Kenapa sih, Pak? Biar Ibu bereskan mereka. Sepet sekali rasanya mata Ibu ini saat melihat keberadaan mereka di sini," kata Sri sambil berbisik dengan nada gemas."Sudahlah, Bu! Tidak perlu ikut campur. Bapak yakin Lisa bisa mengatasinya, lagi pula mau diusir bagaimanapun juga mereka itu memang benar-benar keluarga Lisa," kata Amran dengan
508. Duet Amran dan Juga Sri (Bagian C)"Yang dibohongi aku! Yang dirugikan aku! Yang diusir aku! Lalu apa tidak pantas jika aku merasa marah dan juga kecewa?" tanya Lisa lagi, namun kali ini dia menoleh dan menatap Rossa dengan pandangan tajam. "Jika memang kita keluarga, seharusnya kalian tidak melakukan hal itu kepadaku. Aku merasa benar-benar jadi badut karena selama ini sudah dibodohi oleh kalian semua!" kata Lisa lagi.Aji saat ini benar-benar merasa penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Lisa, tetapi untuk bertanya pun Aji merasa ini bukan waktu yang tepat. Karena saat ini dia melihat Lisa sedang mengeluarkan segala unek-uneknya kepada keluarganya."Jika, Mbak Rosa tidak keceplosan dan mengatakan hal itu kepadaku mungkin saja sampai saat ini kalian akan tetap membohongiku. Bahkan, sewaktu aku bertanya kepada kalian pun … kalian masih berusaha untuk mengelak sebelum akhirnya jujur. Apa itu yang dinamakan keluarga?" tanya Lisa lagi."Nak, sebenarnya bukan itu maksud kami!" Part
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata