Pertempuran tidak bisa di hindari. Cyril mati-matian melawan hewan yang tiba-tiba muncul di depan mereka. Sedangkan Alina tetap berdiri di belakang laki-laki itu.
"Hewan apa itu, Yang Mulia?""Entahlah Queen, mungkin itu salah satu hewan yang berasal dari Klan Sora. Aku tidak pernah melihat hewan seperti itu.""Tapi Klan ini sudah musnah ribuan tahun, Yang Mulia. Bagaimana bisa dia masih hidup sampai sekarang?""Aku tidak tahu pastinya, tapi bisa saja hewan-hewan yang berasal dari Klan Sora memiliki usia hingga ribuan tahun. Klan ini memiliki banyak rahasia yang belum kita ketahui."SRAKKKSeketika muncul balok es yang membuat keempat kaki milik macan itu terkunci. Tapi itu tidak menjadi masalah untuk hewan itu, dia bahkan dengan mudah bisa menghancurkan sihir es milik Cyril. Macan itu mengaum yang membuat ruangan ini bergetar. Tanda biru di ujung telinga menyala-nyala seperti api."Apa itu?" Alina menatap ngeri hewan di depanya yang tiba-tiba di kelilingi api berwarna biru, "sepertinya aku lawan yang pantas untukmu."Tidak ingin hanya melihat Cyril bertarung, sekarang giliran dirinya yang menyerang. Alina mengangkat tangan kananya keatas, seketika angin panas memenuhi ruangan. Ruangan yang sejak tadi sudah panas sekarang bertambah panas karena sihir Alina. Alina mengarahkan tanganya kedepan dan seketika ratusan api berbentuk anak panas menyerang macan itu.Macan kembali mengaum merasakan tubuhnya sakit sekaligus panas saat anak panah itu mengores tubuhnya— bukan api putih yang Alina keluarkan, hanya api biasa."Sihir api tidak akan bisa mengalahkan macan itu, Queen. Kekuatan kalian setara, sihirmu hanya membuat dia semakin marah. Lihat!"Benar saja hewan itu terlihat semakin marah, sepertinya dia sedang menaikkan level kekuatanya untuk melawan dua orang di depanya. Tubuh macan itu seketika membesar, tubuhnya mencapai sepuluh meter, lebih besar dari sebuah rumah. Macan itu menekuk kaki depanya— posisi siap menyerang. Lantas dia menyemburkan api dari mulutnya.Cyril meraih pinggang Alina dan melompat menjauh. Mereka mendarat lima meter dari macan itu."Yang Mulia apakah sekarang hewan itu berubah menjadi Naga?"Alina mengencangkan ikatan di rambutnya lantas mengangkat kedua tanganya keatas. Kesiur angin menerbangkan puing-puing yang berjatuhan. Semakin lama angin itu membentuk angin tornado yang cukup besar. Satu lagi kelebihan sekaligus kekurangan Alina, sihir api dan anginya saling menguntungkan— hanya angin yang bisa membesarkan api. Dengan sihir anginya, api Alina semaking besar, begitu juga dengan api milik macan itu, sehingga kekuatan sihir mereka sama kuatnya.Cyril di belakangnya mati-matian menahan diri agar tidak terseret angin tornado yang Alina buat. Macan itu mengaum sekali lagi— auman panjang yang membuat angin tornado itu tercerai berai. Tidak ingin memberikan Alina kesempatan untuk kembali menyerang, macan itu melemparkan ekornya yang panjang kearah Alina. Alina masih sempat membuat tameng berbentuk lingkaran di depanya. Tameng itu memiliki warna biru seperti sebuah kristal. Alina menghilang lantas muncul kembali di depan macan.BUM.BUM.Suara pukulan di sertai kesiur angin yang berasal dari tangan Alina membuat macan itu terdorong dua langkah. Tidak ingin memberikan kesempatan untuk macan itu menyerang, Cyril juga turut membantu Alina. Dia mengunci pergerakan mecan dengan es yang lebih kuat dari sebelumnya— mereka telah mengaktifkan level selanjutnya.Macan itu berteriak marah— sepertinya suara yang di keluaran oleh macan itu mengirimkan frekuensi suara tinggi sehingga bisa menghancurkan es yang menguncinya. Satu yang membuat Alkna kesal, bulu yang dimilik macan itu meredam pukulan milik Alina. Cyril mengangkat kedua tanganya— entah kemana perginya pedang kristal di tanganya, seketika muncul es berbentuk runcing di belakang mereka,puluhan, ratusan, ribuan jumlahnya. Cyril melemparkan ribuan es berbentuk runcing itu kearah macan di depan mereka. Seakan sudah menunggu, macan itu memasang posisi siap bertempur, lantas kembali mengaum kencang. Ribuan es itu berjatuhan di lantai membuat suara nyaring yang membuat telinga ngilu, dan beberapa mengenai mereka sehingga membuat kulit mereka robek.Macan itu berlari kearah Alina dan Cyril lantas memukul mereka menggunakan tanganya yang di penuhi bulu. Cyril berhasil menghindar, tetapi ekor milik macan itu ternyata sudah menunggu. Cyril di lilit oleh ekor itu dan di lemparnya sampai membentur tembok di belakang. Sedangkan Alina kembali membuat tameng, tapi tameng itu di robek dengan mudah menggunakan kuku tajam sang macan. Tubuh Alina terpental menghantam dinding, serta lenganya yang berdarah karena cakaran dari macan tadi."Aku belum kalah!" Alina berteriak marah.Dia kembali maju menyerang macan itu tetapi hal yang sama tetap terjadi. Alina menjadi bualan untuk macan itu. Dia terbanting, kanan, kiri, atas, bawah, pakaiannya sudah tidak berbentuk, robek dimana-mana dan juga lebam yang memenuhi tubuhnya. Cyril tergeletak di sebelahnya dengan kondisi yang sama. Darah mengalir dari dahi laki-laki itu, sepertinya dia sempat terbentur batu saat di lempar oleh macan tadi."Kita memerlukan strategi. Hewan ini lebih tangguh dari yang aku kira." Cyril berusaha berdiri dengan kaki gemetaran, sesekali dia mengelap darah di dahinya.Tidak jauh berbeda dengan kondisi Cyril, Alina juga sama buruknya. Tenaganya sudah terkuras banyak dan fisiknya terluka. "Dengar Queen, aku akan mengunci kaki macan itu menggunakan sihir es ku, buatlah tornado seperti tadi lalu aku akan menambahkan jarum-jarum kecil di tornado itu. Jika bulunya kebal terhadap pukulan, maka ribuan jarumku tidak akan bisa dia tahan."Cyril mengarahkan tanganya ke depan, seketika tubuh macan itu tertutupi oleh es— hanya kepalanya yang tidak di tutupi oleh es. Alina berteriak mengerahkan sisa tenaganya lantas tornado yang lebih besar dari tadi mulai terbentuk. Cyril mengangkat satu tanganya bersamaan dengan itu ribuan jarum-jarum kecil yang tidak terhitung jumlahnya muncul.SRAK.Jarum-jarum itu Cyril arahkan ke arah tornado di depan. Melihat itu Alina segera melemparkan tornado itu kearah macan. Macan itu mengaum kesakitan saat tubuhnya berputar-putar di dalam pusaran tornado, belum lagi tubuhnya terasa seperti ada yang menguliti. Rencana mereka berhasil, sekarang posisi macan itu yang mulai terdesak.Cyril segera menangkap tubuh Alina yang hampir tejatuh."Terimakasih Yang Mulia." Napas Alina terengah-engah. Macan itu lawan yang sangat tangguh. Andai hanya dia sendiri yang melawan, mungkin dia sudah kalah sejak tadi.Cahaya terang memenuhi ruangan yang mereka masuki, saat itu juga macan di depan mereka menghilang seperti di telan bumi. Mereka tidak terkejut melihat kejadian itu karena mereka sudah tahu sejak tadi jika macan itu memang tidak pernah ada di dunia mereka, mudahnya mereka yang telah di bawa ke dimensi lain oleh macan itu. Itu sebabnya mereka harus mengalahkannya agar bisa keluar."Yang Mulia, Queen!"Teriakan Zeva di belakang mereka membuat kedua orang itu menoleh. Ternyata mereka sudah kembali ke lantai satu bangunan ini. Tidak hanya Zeva, ada Kenan, penyihir, bahkan kesatria kerajaan."Yang Mulia dan Queen darimana saja? Kami sudah berkeliling selama lima jam di sini tapi tidak menemukan kalian." Zeva bertanya. Dia menatap Cyril dan Alina dari bawah sampai atas, buruk, sangat buruk. Baju yang robek di sana sini, darah yang masih mengalir dan juga wajah yang penuh luka."Kami dari lantai-""Kami dari belakang bangunan.""Belakang bangunan? Lalu kenapa wajah dan pakaian kalian terlihat seperti habis bertarung?"Cyril menjelaskan jika mereka tidak sengaja bertemu dengan monster di belakang bangunan ini, dan mereka bertarung melawan monster itu. Zeva dan yang lainya percaya lantas segera membantu kedua orang itu untuk kembali ke pondok kayu.***"Bagaimana hewan itu bisa muncul di sana dengan reruntuhan bangunan milik Klan?"Seorang laki-laki memarahi bawahanya yang sejak tadi hanya bisa diam menunduk. Itu salah mereka yang lalai menjaga wilayah sehingga membuat wilayah mereka menampakkan diri."Penggal kepala mereka semua! Jangan biarkan salah satu di antara mereka hidup dan ingat, jangan sampai hal ini terjadi lagi terutama jangan sampai Alina tahu!"Laki-laki itu pergi dari hadapan para bawahanya. Jubahnya yang bersulam kristal biru berkibar setiap dia melangkah.TBC.Suara burung yang sedang berkicau di pagi hari membuat seorang wanita terbangun dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan-lahan."Queen, anda sudah bangun?"Alina menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Setelah diingat-ingat dia tertidur karena kelelahan bertarung dengan macan milik klan sora. Setelah di obati oleh penyihir dia langsung tidur karena tubuhnya sangat lelah. Meskipun belum sembuh total, tubuhnya hari ini terasa lebih segar daripada kemarin."Bagaimana dengan keadaan Yang Mulia?""Yang Mulia baik-baik saja, Queen.""Baguslah. Berarti aku tidak perlu menggantikan pekerjaannya."Alina meminta Marisa membantunya membersihkan diri karena dia ingin berjalan-jalan sebentar di hutan. Marisa melarang Alina dengan alasan tubuhnya belum pulih. Alina tetap meyakinkan Marisa jika tubuhnya sudah sembuh."Aku bisa menyembuhkan tubuhku sendiri, apa kau meragukan Queen dari kerajaan ini?"Marisa membungkuk mendengar pernyataan Alina. Kekuatan Queen dari kerajaan ini memang tidak bi
"Ada apa, Zeva?" Saat ini Cyril dan Zeva sedang menikmati teh di salah satu ruangan pondok kayu yang Zeva tempati. Setelah pertempuran sengit mereka kemarin, luka-luka di tubuhnya sudah mulai sembuh— dengan bantuan penyihir lukanya berangsur-angsur pulih."Yang Mulia..." Zeva terlihat ingin mengatakan sesuatu tetapi dirinya ragu.Cyril tetap diam menunggu apa yang ingin Zeva katakan. Zeva menatap Cyril dengan tatapan melas, "Zeva ingin buah jambu air yang ada di hutan."Cyril tertawa mendengar permintaan Zeva. Zeva memperingati Cyril agar tidak mentertawakan permintaan anehnya."Maafkan aku. Jangankan buah jambu air, pohonyapun akan aku bawakan pulang untukmu."Di luar ruangan ada Alina yang mendengarkan percakapan mereka sejak tadi. Dia teringat dulu Cyril juga sangat memanjakannya. Cyril adalah laki-laki yang memperlakukan orang yang dia sayang dengan lembut, dia akan menuruti semua kemauannya bahkan jika dia meminta sebuah kerajaan sekalipun Cyril akan memberikanya.Alina menghela
Sudah berjam-jam Alina berjalan menyusuri hutan dan dia tidak menemukam desa hilang itu. Karena hari mulai gelap, Alina memilih pulang ke pondok kayu. "Dia pewaris sah itu?""Ya, dia pemilik darah murni.""Kita harus tunduk kepadanya?"Di saat perjalan ke pondok kayu tiba-tiba banyak suara yang tidak dia kenali. Suara itu bergema membuat kepala Alina pusing mendengarnya. Siapa pewaris sah? Siapa pemilik darah murni? Alina menutup telinganya karena suara-suara itu semakin menjadi."Lihat dia kesakitan.""Bisakah kalian diam?!""Dia bisa menghabisi kalian jika mengetahui ini."Setelah itu hutan kembali senyap. Langit semakin hitam seperti ada yang menumpahkan tinta di sana. Alina membuka tanganya yang menutupi telinga dan menatap di sekelilingnya. Kosong. Tidak ada siapapun selain dia. Tanpa dia sadari sebuah tanda berwarna perak muncul di dahinya. Tanda yang sangat indah di padukan dengan warna biru. "Aku harus pulang ke rumah," ucap Alina dengan napas tersenggal. Entah kenapa tubuhn
"Kau sudah sadar?" Alina hanya diam tidak menjawab. Dia tidak ingat apa yang terjadi. Alina menatap keempat saudaranya dengan maksud mememinta penjelasan. Albren yang paham dengan tatapan kakaknya pun mulai menjelaskan.Satu minggu yang lalu dia dan kakak-kakaknya sedang bersantai di taman belakang rumah. Mereka menceritakan banyak hal, mulai dari kapan Arise menikah dan Albren yang tidak akan pernah tertawa meski matahari terbit dari barat- atinya sampai dunia berakhir Albren tidak akan tertawa."Kalau Kakak menikah, aku akan membasmi semua monster yang ada di hutan lepas!""Jika saat itu benar-benar terjadi, mungkin kau sudah menjadi Kakek tua." Sahut Alrico menimpali ucapan Alvino. Arise mendengus mendengar ucapan kedua adiknya. Memangnya dia se-tidak laku itu sampai-sampai dia di katai akan menikah saat adiknya sudah tua. Itu artinya saat itu dia mungkin sudah tidak sanggup berdiri atau mungkin sudah di tanam di dalam tanah."Kalau begitu aku juga akan bertaruh. Aku akan mengubur
Setelah satu minggu membuat kerajaan gempar dengan menghilangnya satu keluarga petinggi kerajaan, Arise dan adik-adiknya memilih kembali setelah hampir dua minggu tinggal di distrik jauh. Mereka membuat alasan kalai pulang ke kampung halaman orang tua mereka dengan mendadak karena ada salah satu saudaranya yang meninggal, sehingga mereka tidak sempat memberikan kabar. Untungnya Cyril percaya.Sekarang Alvino dan Arise sedang di dalam perjalanan menuju istana. Alvino dengan urusan kerajaanya dan Arise yang memiliki urusan dengan adiknya, Alina."Kenapa hutan ini terlihat sepi?" "Kau bodoh ya? Tidak ada yang mau berkeliaran di dalam hutan yang di penuhi olej monster, kecuali kau."Mereka baru saja selesai melakukan patroli rutin sebelum melaporkanya kepada raja. Arise terpaksa ikut karena dia berada di satu kuda dengan Alvino."Tidak. Ini terlalu janggal. Jika tidak ada manusia atau hewan memang wajar, tapi jika para monster tidak muncul itu di luar batas wajar." Mata Alvino dengan aw
Arise berdiri di samping Alvino dengan napas tersenggal-senggal. Mereka berlari tanpa henti dari hutan menuju kerajaan. Bukanya tiba di kerajaan, mereka justru tiba di sebuah tempat yang sepertinya sudah tidak ada penduduknya karena bangunanya sudah runtuh."Bukankah seharusnya kita menuju kerajaan? Tempat apa ini?""Lihat baik-baik, ini Kerajaan Dharmaraja."Arise kembali memperhatikan sekitar. Jika di perhatikan tempat ini memang mirip kota di kerajaan Dharmaraja, tetapi tempat ini sudah hancur seperti di serang badai. Saat sibuk memperhatikan sekitar mereka, suara raungan yang membuat tanah bergetar terdengar, di susul raungan selanjutnya sampai membuat beberapa bangunan runtuh."Jangan bertanya, aku juga tidak tahu. Lebih baik kita pergi untuk melihatnya," ucap Alvino saat melihat Arise ingin membuka mulutnya bertanya.Alvino berlari dengan Arise di belakangnya. Rintik hujan membuat kecepatan lari mereka melambat. Tanah basah dan juga bau khas dari hujan membuat darah Alvino mendi
"ARGHHH!!!" Suara teriakan di ruangan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Di tengah-tengah ruangan terdapat wanita dengan kedua tangan dan kakinya di rantai. Urat-urat di wajahnya mulai menghitam. Arise, Alrico, dan Alvino berdiri menatap Alina yang berteriak kesakitan sejak tadi. Alina adalah pemilik darah murni. Orang tua Alina berasal dari klan sora, dari keturunan terbaik, keturunan langsung dari pemimpin klan. Lane sang kakak di paksa menikahi adik kandungnya sendiri Adelia. Dari pernikahan terlarang itu lahirlah Alina.Flashback."Kami tidak bisa melakukan ini Ayah," ucap laki-laki tampan yang bersimpuh di depan Ayahnya. "Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Lane.""Kami bersaudara Ayah. Pernikahan ini sangat di larang!""Tutup mulutmu dan lakukan saja!" Lane berdiri. Tubuhnya tinggi bahkan lebih tinggi dari ayahnya, wajahnya tampan dengan rahang tegas yang menambah ketampanannya rambutnya berwarna biru gelap hampir berwarna hitam. Matanya menatap tajam sang
"Kalian membiarkannya pergi?" Suara rendah terdengar di kuping orang-orang berjubah, "kalian para pemburu kalah dengan mangsa kalian?" Diam. Tidak ada yang menyahuti pertanyaan seorang laki-laki yang duduk di atas takhtanya.Laki-laki itu menghela napasnya kasar, "Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku!" Orang-orang berjubah menghilang setelah mendengar perintah dari laki-laki tadi. "Kau seperti Ibumu. Benar-benar membuatku ingin segera membunuhmu!"BATS! Hempasan sihir milik laki-laki itu membuat ruangan bergetar. Laki-laki berambut biru hampir berwarna hitam dan juga mata biru, sekali lihatpun orang-orang akan tahu jika dia memiliki hubungan dengan De'lewis bersaudara. "Seharusnya kau tidak lahir! Darah murni apanya, aku akan mengeluarkan semua darah di tubuhmu sampai kering!" Laki-laki itu berjalan keluar. Bangunan di sini terlihat kuno, bahkan mungkin sudah tidak ada bangunan seperti ini sekarang. Semua bangunan di sini seperti menara runcing yang menjulang tinggi dan yang l
Alina mendudukkan dirinya di pinggiran kasur usang di kamar barunnya. Dia di tempatkan di kamar yang berdekatan dengan kamar pelayan. Ini sudah lima hari sejak dia kembali ke istana. Kesibukannya sekarang hanya membaca buku, melatih sihir dan juga melihat pemandangan dari jendela.Samar-samar terdengar suara pelayan yang bergosip. "Apakah pantas seorang Queen mendapatkan kamar yang bahkan kamar pelayan lebih baik?" Alina yang sudah terbiasa dengan hal itu tidak ingin mengambil pusing. Matannya menatap setiap tulisan di kertas dan menerjemahkan setiap aksarannya.Di dunia ini ada lima elemen dasar yaitu, api, air, angin, tanah, dan petir. Elemen di turunkan dari genetik pendahulunnya, kebanyakan dari mereka yang melakukan pernikahan dengan orang berbeda elemen maka sang anak akan mewarisi elemen paling kuat di antara keduannya. Lantas tidak semua orang memiliki elemen, ada orang yang tidak memiliki genetik elemen di tubuhnya, mereka di sebut sebagai spesialis. Mereka bertarung menggunak
"Para tetua yakin jika Sina yang menutup gerbang Konstelasi dan tinggal di sana, karena Sina adalah kunci gerbang itu sendiri.""Itu berarti Klan- maksduku Konstelasi Sora tidak musnah?"Adelia menggeleng. Manusia di bumi tidak pernah tahu kalau ada konstelasi yang di sebut sebagai klan utama, saat tahu seluruh anggota klan cabang di bunuh tanpa sisa, mereka mengira klan sora musnah dan menuliskan kemusnahan klan itu di dalam sejarah tanpa tahu klan utama masih ada."Kakekmu memiliki tujuan lain dengan melakukan pernikahan saudara, Ibu menyadari itu saat berpisah dengan Ayahmu." Alina menundukkan kepalanya. Pusing. Dia sulit mencerna apa yang Ibunya ceritakan, dia tidak tahu ada cerita semacam itu. "Apa Ibu tahu siapa pelaku yang membunuh tetua Konstelasi dan anggota klan cabang?""Tidak, Ibu juga bertanya-tanya. Tetapi, jika ada orang yang tahu, maka orang itu adalah kau Alina." Adelia mengusap kepala putrinya sayang."Aku bahkan belum bisa menemukan dalang di balik kecelakaan sepu
"Tidak bisa!"Cana, Sina, Haru, Bingka, dan Gaah berlutut di depan pria tua berambut biru. Dia Sen, ayah dari Sina. Pria itu pemimpin dari konstelasi sora. "Kami hanya ingin membagikan sedikit pengetahuan, Sen Oji." — panggilan untuk orang-orang yang di hormati di Klan Sora.Sen menghela napasnya, "Apa kalian tahu kenapa kita memisahkan diri dari bumi?" tanya Sen dengan sabar. Dia memaklumi kelima remaja di depannya, jiwa muda mereka sedang semangat-semangatnya."Karena tidak seharusnya dua tempat saling bertemu," jawab Sina. "Lebih dari itu ada hal yang membuat kita memisahkan diri..." lirih Sen. Konstelasi sora, sora yang artinya langit. Mereka klan yang tidak berasal dari bumi dimana tempat manusia tinggal. Sejak awal mereka tinggal di antara awan-awan dan hidup dengan tenang di sana. Karena rasa penasaran dan juga rasa keingin tahuan mereka tinggi, para kingdom mencoba membuka gerbang menuju tempat yang mereka sebut bumi setelah di setujui oleh para tetua. Saat gerbang itu di bu
Alina.Aku menatap sekitarku takjub, ada segerombolan hewan seperti kambing di bumi melewatiku. Yang menakjubkan adalah kambing itu memiliki pola berwarna-warni dan juga permata di dahi mereka yang berkilauan, sebuah hiasan menggantung di tanduknya menambah kesan cantik. Dimana ini? Batinku menyaksikan dunia yang belum pernah aku lihat. "Indah bukan?" Suara yang terdengar lembut nan merdu membuatku menegang. Aku mengenali suara ini. "Ibu..." Air mataku mengalir begitu saja saat melihat sosok yang masih sama cantiknya seperti sepuluh tahun yang lalu. Wanita bergaun coklat cerah tanpa lengan, rambut di sanggul dan juga perhiasan di sekitar kepalanya membuat Ibu semakin cantik. "Rindu...Alina-" ucapanku terpotong saat Ibu memelukku dengan erat. "Kau cantik sekali, mirip seperti Ayahmu." Ibu mengeratkan pelukannya. Wanita itu melepaskan pelukannya saat aku mengatakan aku tidak bisa bernapas, "maaf, Ibu sangat senang bisa bertemu denganmu, terlebih kau sangat cantik! Astaga aku tidak p
Arise menatap kakek Eri. Yang di ucapkan oleh kakek Eri memang ada benarnya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" "Tidak ada, aku hanya bilang mungkin seyelah ini Cyril akan mengetahui kebenarannya. Mau dia tahu atau tidak itu bukan masalah besar, karena orang di belakangnyalah yang menjadi masalah.""Aku tidak tahu bagaimana sistem kerajaan ini, aku pikir tidak ada orang di atas Raja, ternyata masih ada orang yang bisa mengatur Raja."Kakek Eri menghela napasnya. Itu sebabnya dia tidak suka saat tahu anak cucunya tinggal di kerajaan, terutama menjadi keluarga kerajaan. "Bahkan mungkin Cyril adalah boneka yang di mainkan oleh orang-orang itu."BRAK!Arise dan kakek Eri menatap arah timbulnya suara, mereka saling bertatapan dan menghela napasnya bersamaan. Sepertinya bocah-bocah gila itu sedang bertarung."Albren tunggu! Dengarkan penjelasan Kakak!" Alrico berjalan mundur menjauhi Albren yang semakin dekat dengannya. Alvino masih terkapar setelah di lempar oleh Albren tadi. "Nanti, se
"Kalian membiarkannya pergi?" Suara rendah terdengar di kuping orang-orang berjubah, "kalian para pemburu kalah dengan mangsa kalian?" Diam. Tidak ada yang menyahuti pertanyaan seorang laki-laki yang duduk di atas takhtanya.Laki-laki itu menghela napasnya kasar, "Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku!" Orang-orang berjubah menghilang setelah mendengar perintah dari laki-laki tadi. "Kau seperti Ibumu. Benar-benar membuatku ingin segera membunuhmu!"BATS! Hempasan sihir milik laki-laki itu membuat ruangan bergetar. Laki-laki berambut biru hampir berwarna hitam dan juga mata biru, sekali lihatpun orang-orang akan tahu jika dia memiliki hubungan dengan De'lewis bersaudara. "Seharusnya kau tidak lahir! Darah murni apanya, aku akan mengeluarkan semua darah di tubuhmu sampai kering!" Laki-laki itu berjalan keluar. Bangunan di sini terlihat kuno, bahkan mungkin sudah tidak ada bangunan seperti ini sekarang. Semua bangunan di sini seperti menara runcing yang menjulang tinggi dan yang l
"ARGHHH!!!" Suara teriakan di ruangan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Di tengah-tengah ruangan terdapat wanita dengan kedua tangan dan kakinya di rantai. Urat-urat di wajahnya mulai menghitam. Arise, Alrico, dan Alvino berdiri menatap Alina yang berteriak kesakitan sejak tadi. Alina adalah pemilik darah murni. Orang tua Alina berasal dari klan sora, dari keturunan terbaik, keturunan langsung dari pemimpin klan. Lane sang kakak di paksa menikahi adik kandungnya sendiri Adelia. Dari pernikahan terlarang itu lahirlah Alina.Flashback."Kami tidak bisa melakukan ini Ayah," ucap laki-laki tampan yang bersimpuh di depan Ayahnya. "Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Lane.""Kami bersaudara Ayah. Pernikahan ini sangat di larang!""Tutup mulutmu dan lakukan saja!" Lane berdiri. Tubuhnya tinggi bahkan lebih tinggi dari ayahnya, wajahnya tampan dengan rahang tegas yang menambah ketampanannya rambutnya berwarna biru gelap hampir berwarna hitam. Matanya menatap tajam sang
Arise berdiri di samping Alvino dengan napas tersenggal-senggal. Mereka berlari tanpa henti dari hutan menuju kerajaan. Bukanya tiba di kerajaan, mereka justru tiba di sebuah tempat yang sepertinya sudah tidak ada penduduknya karena bangunanya sudah runtuh."Bukankah seharusnya kita menuju kerajaan? Tempat apa ini?""Lihat baik-baik, ini Kerajaan Dharmaraja."Arise kembali memperhatikan sekitar. Jika di perhatikan tempat ini memang mirip kota di kerajaan Dharmaraja, tetapi tempat ini sudah hancur seperti di serang badai. Saat sibuk memperhatikan sekitar mereka, suara raungan yang membuat tanah bergetar terdengar, di susul raungan selanjutnya sampai membuat beberapa bangunan runtuh."Jangan bertanya, aku juga tidak tahu. Lebih baik kita pergi untuk melihatnya," ucap Alvino saat melihat Arise ingin membuka mulutnya bertanya.Alvino berlari dengan Arise di belakangnya. Rintik hujan membuat kecepatan lari mereka melambat. Tanah basah dan juga bau khas dari hujan membuat darah Alvino mendi
Setelah satu minggu membuat kerajaan gempar dengan menghilangnya satu keluarga petinggi kerajaan, Arise dan adik-adiknya memilih kembali setelah hampir dua minggu tinggal di distrik jauh. Mereka membuat alasan kalai pulang ke kampung halaman orang tua mereka dengan mendadak karena ada salah satu saudaranya yang meninggal, sehingga mereka tidak sempat memberikan kabar. Untungnya Cyril percaya.Sekarang Alvino dan Arise sedang di dalam perjalanan menuju istana. Alvino dengan urusan kerajaanya dan Arise yang memiliki urusan dengan adiknya, Alina."Kenapa hutan ini terlihat sepi?" "Kau bodoh ya? Tidak ada yang mau berkeliaran di dalam hutan yang di penuhi olej monster, kecuali kau."Mereka baru saja selesai melakukan patroli rutin sebelum melaporkanya kepada raja. Arise terpaksa ikut karena dia berada di satu kuda dengan Alvino."Tidak. Ini terlalu janggal. Jika tidak ada manusia atau hewan memang wajar, tapi jika para monster tidak muncul itu di luar batas wajar." Mata Alvino dengan aw