"Kau sudah sadar?" Alina hanya diam tidak menjawab. Dia tidak ingat apa yang terjadi. Alina menatap keempat saudaranya dengan maksud mememinta penjelasan. Albren yang paham dengan tatapan kakaknya pun mulai menjelaskan.Satu minggu yang lalu dia dan kakak-kakaknya sedang bersantai di taman belakang rumah. Mereka menceritakan banyak hal, mulai dari kapan Arise menikah dan Albren yang tidak akan pernah tertawa meski matahari terbit dari barat- atinya sampai dunia berakhir Albren tidak akan tertawa."Kalau Kakak menikah, aku akan membasmi semua monster yang ada di hutan lepas!""Jika saat itu benar-benar terjadi, mungkin kau sudah menjadi Kakek tua." Sahut Alrico menimpali ucapan Alvino. Arise mendengus mendengar ucapan kedua adiknya. Memangnya dia se-tidak laku itu sampai-sampai dia di katai akan menikah saat adiknya sudah tua. Itu artinya saat itu dia mungkin sudah tidak sanggup berdiri atau mungkin sudah di tanam di dalam tanah."Kalau begitu aku juga akan bertaruh. Aku akan mengubur
Setelah satu minggu membuat kerajaan gempar dengan menghilangnya satu keluarga petinggi kerajaan, Arise dan adik-adiknya memilih kembali setelah hampir dua minggu tinggal di distrik jauh. Mereka membuat alasan kalai pulang ke kampung halaman orang tua mereka dengan mendadak karena ada salah satu saudaranya yang meninggal, sehingga mereka tidak sempat memberikan kabar. Untungnya Cyril percaya.Sekarang Alvino dan Arise sedang di dalam perjalanan menuju istana. Alvino dengan urusan kerajaanya dan Arise yang memiliki urusan dengan adiknya, Alina."Kenapa hutan ini terlihat sepi?" "Kau bodoh ya? Tidak ada yang mau berkeliaran di dalam hutan yang di penuhi olej monster, kecuali kau."Mereka baru saja selesai melakukan patroli rutin sebelum melaporkanya kepada raja. Arise terpaksa ikut karena dia berada di satu kuda dengan Alvino."Tidak. Ini terlalu janggal. Jika tidak ada manusia atau hewan memang wajar, tapi jika para monster tidak muncul itu di luar batas wajar." Mata Alvino dengan aw
Arise berdiri di samping Alvino dengan napas tersenggal-senggal. Mereka berlari tanpa henti dari hutan menuju kerajaan. Bukanya tiba di kerajaan, mereka justru tiba di sebuah tempat yang sepertinya sudah tidak ada penduduknya karena bangunanya sudah runtuh."Bukankah seharusnya kita menuju kerajaan? Tempat apa ini?""Lihat baik-baik, ini Kerajaan Dharmaraja."Arise kembali memperhatikan sekitar. Jika di perhatikan tempat ini memang mirip kota di kerajaan Dharmaraja, tetapi tempat ini sudah hancur seperti di serang badai. Saat sibuk memperhatikan sekitar mereka, suara raungan yang membuat tanah bergetar terdengar, di susul raungan selanjutnya sampai membuat beberapa bangunan runtuh."Jangan bertanya, aku juga tidak tahu. Lebih baik kita pergi untuk melihatnya," ucap Alvino saat melihat Arise ingin membuka mulutnya bertanya.Alvino berlari dengan Arise di belakangnya. Rintik hujan membuat kecepatan lari mereka melambat. Tanah basah dan juga bau khas dari hujan membuat darah Alvino mendi
"ARGHHH!!!" Suara teriakan di ruangan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Di tengah-tengah ruangan terdapat wanita dengan kedua tangan dan kakinya di rantai. Urat-urat di wajahnya mulai menghitam. Arise, Alrico, dan Alvino berdiri menatap Alina yang berteriak kesakitan sejak tadi. Alina adalah pemilik darah murni. Orang tua Alina berasal dari klan sora, dari keturunan terbaik, keturunan langsung dari pemimpin klan. Lane sang kakak di paksa menikahi adik kandungnya sendiri Adelia. Dari pernikahan terlarang itu lahirlah Alina.Flashback."Kami tidak bisa melakukan ini Ayah," ucap laki-laki tampan yang bersimpuh di depan Ayahnya. "Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Lane.""Kami bersaudara Ayah. Pernikahan ini sangat di larang!""Tutup mulutmu dan lakukan saja!" Lane berdiri. Tubuhnya tinggi bahkan lebih tinggi dari ayahnya, wajahnya tampan dengan rahang tegas yang menambah ketampanannya rambutnya berwarna biru gelap hampir berwarna hitam. Matanya menatap tajam sang
"Kalian membiarkannya pergi?" Suara rendah terdengar di kuping orang-orang berjubah, "kalian para pemburu kalah dengan mangsa kalian?" Diam. Tidak ada yang menyahuti pertanyaan seorang laki-laki yang duduk di atas takhtanya.Laki-laki itu menghela napasnya kasar, "Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku!" Orang-orang berjubah menghilang setelah mendengar perintah dari laki-laki tadi. "Kau seperti Ibumu. Benar-benar membuatku ingin segera membunuhmu!"BATS! Hempasan sihir milik laki-laki itu membuat ruangan bergetar. Laki-laki berambut biru hampir berwarna hitam dan juga mata biru, sekali lihatpun orang-orang akan tahu jika dia memiliki hubungan dengan De'lewis bersaudara. "Seharusnya kau tidak lahir! Darah murni apanya, aku akan mengeluarkan semua darah di tubuhmu sampai kering!" Laki-laki itu berjalan keluar. Bangunan di sini terlihat kuno, bahkan mungkin sudah tidak ada bangunan seperti ini sekarang. Semua bangunan di sini seperti menara runcing yang menjulang tinggi dan yang l
Arise menatap kakek Eri. Yang di ucapkan oleh kakek Eri memang ada benarnya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" "Tidak ada, aku hanya bilang mungkin seyelah ini Cyril akan mengetahui kebenarannya. Mau dia tahu atau tidak itu bukan masalah besar, karena orang di belakangnyalah yang menjadi masalah.""Aku tidak tahu bagaimana sistem kerajaan ini, aku pikir tidak ada orang di atas Raja, ternyata masih ada orang yang bisa mengatur Raja."Kakek Eri menghela napasnya. Itu sebabnya dia tidak suka saat tahu anak cucunya tinggal di kerajaan, terutama menjadi keluarga kerajaan. "Bahkan mungkin Cyril adalah boneka yang di mainkan oleh orang-orang itu."BRAK!Arise dan kakek Eri menatap arah timbulnya suara, mereka saling bertatapan dan menghela napasnya bersamaan. Sepertinya bocah-bocah gila itu sedang bertarung."Albren tunggu! Dengarkan penjelasan Kakak!" Alrico berjalan mundur menjauhi Albren yang semakin dekat dengannya. Alvino masih terkapar setelah di lempar oleh Albren tadi. "Nanti, se
Alina.Aku menatap sekitarku takjub, ada segerombolan hewan seperti kambing di bumi melewatiku. Yang menakjubkan adalah kambing itu memiliki pola berwarna-warni dan juga permata di dahi mereka yang berkilauan, sebuah hiasan menggantung di tanduknya menambah kesan cantik. Dimana ini? Batinku menyaksikan dunia yang belum pernah aku lihat. "Indah bukan?" Suara yang terdengar lembut nan merdu membuatku menegang. Aku mengenali suara ini. "Ibu..." Air mataku mengalir begitu saja saat melihat sosok yang masih sama cantiknya seperti sepuluh tahun yang lalu. Wanita bergaun coklat cerah tanpa lengan, rambut di sanggul dan juga perhiasan di sekitar kepalanya membuat Ibu semakin cantik. "Rindu...Alina-" ucapanku terpotong saat Ibu memelukku dengan erat. "Kau cantik sekali, mirip seperti Ayahmu." Ibu mengeratkan pelukannya. Wanita itu melepaskan pelukannya saat aku mengatakan aku tidak bisa bernapas, "maaf, Ibu sangat senang bisa bertemu denganmu, terlebih kau sangat cantik! Astaga aku tidak p
"Tidak bisa!"Cana, Sina, Haru, Bingka, dan Gaah berlutut di depan pria tua berambut biru. Dia Sen, ayah dari Sina. Pria itu pemimpin dari konstelasi sora. "Kami hanya ingin membagikan sedikit pengetahuan, Sen Oji." — panggilan untuk orang-orang yang di hormati di Klan Sora.Sen menghela napasnya, "Apa kalian tahu kenapa kita memisahkan diri dari bumi?" tanya Sen dengan sabar. Dia memaklumi kelima remaja di depannya, jiwa muda mereka sedang semangat-semangatnya."Karena tidak seharusnya dua tempat saling bertemu," jawab Sina. "Lebih dari itu ada hal yang membuat kita memisahkan diri..." lirih Sen. Konstelasi sora, sora yang artinya langit. Mereka klan yang tidak berasal dari bumi dimana tempat manusia tinggal. Sejak awal mereka tinggal di antara awan-awan dan hidup dengan tenang di sana. Karena rasa penasaran dan juga rasa keingin tahuan mereka tinggi, para kingdom mencoba membuka gerbang menuju tempat yang mereka sebut bumi setelah di setujui oleh para tetua. Saat gerbang itu di bu
Alina mendudukkan dirinya di pinggiran kasur usang di kamar barunnya. Dia di tempatkan di kamar yang berdekatan dengan kamar pelayan. Ini sudah lima hari sejak dia kembali ke istana. Kesibukannya sekarang hanya membaca buku, melatih sihir dan juga melihat pemandangan dari jendela.Samar-samar terdengar suara pelayan yang bergosip. "Apakah pantas seorang Queen mendapatkan kamar yang bahkan kamar pelayan lebih baik?" Alina yang sudah terbiasa dengan hal itu tidak ingin mengambil pusing. Matannya menatap setiap tulisan di kertas dan menerjemahkan setiap aksarannya.Di dunia ini ada lima elemen dasar yaitu, api, air, angin, tanah, dan petir. Elemen di turunkan dari genetik pendahulunnya, kebanyakan dari mereka yang melakukan pernikahan dengan orang berbeda elemen maka sang anak akan mewarisi elemen paling kuat di antara keduannya. Lantas tidak semua orang memiliki elemen, ada orang yang tidak memiliki genetik elemen di tubuhnya, mereka di sebut sebagai spesialis. Mereka bertarung menggunak
"Para tetua yakin jika Sina yang menutup gerbang Konstelasi dan tinggal di sana, karena Sina adalah kunci gerbang itu sendiri.""Itu berarti Klan- maksduku Konstelasi Sora tidak musnah?"Adelia menggeleng. Manusia di bumi tidak pernah tahu kalau ada konstelasi yang di sebut sebagai klan utama, saat tahu seluruh anggota klan cabang di bunuh tanpa sisa, mereka mengira klan sora musnah dan menuliskan kemusnahan klan itu di dalam sejarah tanpa tahu klan utama masih ada."Kakekmu memiliki tujuan lain dengan melakukan pernikahan saudara, Ibu menyadari itu saat berpisah dengan Ayahmu." Alina menundukkan kepalanya. Pusing. Dia sulit mencerna apa yang Ibunya ceritakan, dia tidak tahu ada cerita semacam itu. "Apa Ibu tahu siapa pelaku yang membunuh tetua Konstelasi dan anggota klan cabang?""Tidak, Ibu juga bertanya-tanya. Tetapi, jika ada orang yang tahu, maka orang itu adalah kau Alina." Adelia mengusap kepala putrinya sayang."Aku bahkan belum bisa menemukan dalang di balik kecelakaan sepu
"Tidak bisa!"Cana, Sina, Haru, Bingka, dan Gaah berlutut di depan pria tua berambut biru. Dia Sen, ayah dari Sina. Pria itu pemimpin dari konstelasi sora. "Kami hanya ingin membagikan sedikit pengetahuan, Sen Oji." — panggilan untuk orang-orang yang di hormati di Klan Sora.Sen menghela napasnya, "Apa kalian tahu kenapa kita memisahkan diri dari bumi?" tanya Sen dengan sabar. Dia memaklumi kelima remaja di depannya, jiwa muda mereka sedang semangat-semangatnya."Karena tidak seharusnya dua tempat saling bertemu," jawab Sina. "Lebih dari itu ada hal yang membuat kita memisahkan diri..." lirih Sen. Konstelasi sora, sora yang artinya langit. Mereka klan yang tidak berasal dari bumi dimana tempat manusia tinggal. Sejak awal mereka tinggal di antara awan-awan dan hidup dengan tenang di sana. Karena rasa penasaran dan juga rasa keingin tahuan mereka tinggi, para kingdom mencoba membuka gerbang menuju tempat yang mereka sebut bumi setelah di setujui oleh para tetua. Saat gerbang itu di bu
Alina.Aku menatap sekitarku takjub, ada segerombolan hewan seperti kambing di bumi melewatiku. Yang menakjubkan adalah kambing itu memiliki pola berwarna-warni dan juga permata di dahi mereka yang berkilauan, sebuah hiasan menggantung di tanduknya menambah kesan cantik. Dimana ini? Batinku menyaksikan dunia yang belum pernah aku lihat. "Indah bukan?" Suara yang terdengar lembut nan merdu membuatku menegang. Aku mengenali suara ini. "Ibu..." Air mataku mengalir begitu saja saat melihat sosok yang masih sama cantiknya seperti sepuluh tahun yang lalu. Wanita bergaun coklat cerah tanpa lengan, rambut di sanggul dan juga perhiasan di sekitar kepalanya membuat Ibu semakin cantik. "Rindu...Alina-" ucapanku terpotong saat Ibu memelukku dengan erat. "Kau cantik sekali, mirip seperti Ayahmu." Ibu mengeratkan pelukannya. Wanita itu melepaskan pelukannya saat aku mengatakan aku tidak bisa bernapas, "maaf, Ibu sangat senang bisa bertemu denganmu, terlebih kau sangat cantik! Astaga aku tidak p
Arise menatap kakek Eri. Yang di ucapkan oleh kakek Eri memang ada benarnya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" "Tidak ada, aku hanya bilang mungkin seyelah ini Cyril akan mengetahui kebenarannya. Mau dia tahu atau tidak itu bukan masalah besar, karena orang di belakangnyalah yang menjadi masalah.""Aku tidak tahu bagaimana sistem kerajaan ini, aku pikir tidak ada orang di atas Raja, ternyata masih ada orang yang bisa mengatur Raja."Kakek Eri menghela napasnya. Itu sebabnya dia tidak suka saat tahu anak cucunya tinggal di kerajaan, terutama menjadi keluarga kerajaan. "Bahkan mungkin Cyril adalah boneka yang di mainkan oleh orang-orang itu."BRAK!Arise dan kakek Eri menatap arah timbulnya suara, mereka saling bertatapan dan menghela napasnya bersamaan. Sepertinya bocah-bocah gila itu sedang bertarung."Albren tunggu! Dengarkan penjelasan Kakak!" Alrico berjalan mundur menjauhi Albren yang semakin dekat dengannya. Alvino masih terkapar setelah di lempar oleh Albren tadi. "Nanti, se
"Kalian membiarkannya pergi?" Suara rendah terdengar di kuping orang-orang berjubah, "kalian para pemburu kalah dengan mangsa kalian?" Diam. Tidak ada yang menyahuti pertanyaan seorang laki-laki yang duduk di atas takhtanya.Laki-laki itu menghela napasnya kasar, "Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku!" Orang-orang berjubah menghilang setelah mendengar perintah dari laki-laki tadi. "Kau seperti Ibumu. Benar-benar membuatku ingin segera membunuhmu!"BATS! Hempasan sihir milik laki-laki itu membuat ruangan bergetar. Laki-laki berambut biru hampir berwarna hitam dan juga mata biru, sekali lihatpun orang-orang akan tahu jika dia memiliki hubungan dengan De'lewis bersaudara. "Seharusnya kau tidak lahir! Darah murni apanya, aku akan mengeluarkan semua darah di tubuhmu sampai kering!" Laki-laki itu berjalan keluar. Bangunan di sini terlihat kuno, bahkan mungkin sudah tidak ada bangunan seperti ini sekarang. Semua bangunan di sini seperti menara runcing yang menjulang tinggi dan yang l
"ARGHHH!!!" Suara teriakan di ruangan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Di tengah-tengah ruangan terdapat wanita dengan kedua tangan dan kakinya di rantai. Urat-urat di wajahnya mulai menghitam. Arise, Alrico, dan Alvino berdiri menatap Alina yang berteriak kesakitan sejak tadi. Alina adalah pemilik darah murni. Orang tua Alina berasal dari klan sora, dari keturunan terbaik, keturunan langsung dari pemimpin klan. Lane sang kakak di paksa menikahi adik kandungnya sendiri Adelia. Dari pernikahan terlarang itu lahirlah Alina.Flashback."Kami tidak bisa melakukan ini Ayah," ucap laki-laki tampan yang bersimpuh di depan Ayahnya. "Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Lane.""Kami bersaudara Ayah. Pernikahan ini sangat di larang!""Tutup mulutmu dan lakukan saja!" Lane berdiri. Tubuhnya tinggi bahkan lebih tinggi dari ayahnya, wajahnya tampan dengan rahang tegas yang menambah ketampanannya rambutnya berwarna biru gelap hampir berwarna hitam. Matanya menatap tajam sang
Arise berdiri di samping Alvino dengan napas tersenggal-senggal. Mereka berlari tanpa henti dari hutan menuju kerajaan. Bukanya tiba di kerajaan, mereka justru tiba di sebuah tempat yang sepertinya sudah tidak ada penduduknya karena bangunanya sudah runtuh."Bukankah seharusnya kita menuju kerajaan? Tempat apa ini?""Lihat baik-baik, ini Kerajaan Dharmaraja."Arise kembali memperhatikan sekitar. Jika di perhatikan tempat ini memang mirip kota di kerajaan Dharmaraja, tetapi tempat ini sudah hancur seperti di serang badai. Saat sibuk memperhatikan sekitar mereka, suara raungan yang membuat tanah bergetar terdengar, di susul raungan selanjutnya sampai membuat beberapa bangunan runtuh."Jangan bertanya, aku juga tidak tahu. Lebih baik kita pergi untuk melihatnya," ucap Alvino saat melihat Arise ingin membuka mulutnya bertanya.Alvino berlari dengan Arise di belakangnya. Rintik hujan membuat kecepatan lari mereka melambat. Tanah basah dan juga bau khas dari hujan membuat darah Alvino mendi
Setelah satu minggu membuat kerajaan gempar dengan menghilangnya satu keluarga petinggi kerajaan, Arise dan adik-adiknya memilih kembali setelah hampir dua minggu tinggal di distrik jauh. Mereka membuat alasan kalai pulang ke kampung halaman orang tua mereka dengan mendadak karena ada salah satu saudaranya yang meninggal, sehingga mereka tidak sempat memberikan kabar. Untungnya Cyril percaya.Sekarang Alvino dan Arise sedang di dalam perjalanan menuju istana. Alvino dengan urusan kerajaanya dan Arise yang memiliki urusan dengan adiknya, Alina."Kenapa hutan ini terlihat sepi?" "Kau bodoh ya? Tidak ada yang mau berkeliaran di dalam hutan yang di penuhi olej monster, kecuali kau."Mereka baru saja selesai melakukan patroli rutin sebelum melaporkanya kepada raja. Arise terpaksa ikut karena dia berada di satu kuda dengan Alvino."Tidak. Ini terlalu janggal. Jika tidak ada manusia atau hewan memang wajar, tapi jika para monster tidak muncul itu di luar batas wajar." Mata Alvino dengan aw