Share

PESONA SI BRONDONG TENGIL
PESONA SI BRONDONG TENGIL
Author: Mithavic Himura

SANG PENGHIANAT!

"Dafa? Rani, apa yang kalian lakukan?"

Berniat memberikan surprise pada Dafa sang tunangan hingga Maira ke kantor milik Dafa, ternyata yang terjadi justru Maira yang terkejut karena melihat Dafa dan Rani sahabatnya sedang berciuman di ruang kerja milik sang tunangan.

Tidak hanya sampai di situ, pakaian keduanya juga sudah tidak karuan padahal mereka sedang ada di tempat kerja dan memang, Rani sahabat Maira bekerja di perusahaan milik Dafa atas rekomendasi Maira karena kasihan dengan sahabatnya itu yang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Namun, rasa kasihan Maira ternyata dibalas dengan sebuah pukulan oleh Rani yang terobsesi dengan Dafa sejak lama secara diam-diam hingga saat Maira merekomendasikannya untuk bekerja di perusahaan Dafa, perempuan itu memiliki kesempatan untuk menggoda Dafa dan Dafa tergoda!

Melihat kedatangan Maira yang tiba-tiba, Dafa buru-buru mendorong Rani dari pangkuannya dan segera membenahi pakaiannya dengan wajah seperti maling ketangkap basah, dan Maira jijik melihatnya.

"Sejak kapan kalian berkhianat di belakang aku?" tanya Maira dengan suara tersendat.

Perempuan itu mundur ketika Dafa mendekatinya sembari mengucapkan kata bahwa ia bisa memberikan penjelasan, namun, Maira tidak peduli dengan kata-kata itu.

"Sayang, itu tadi tidak seperti yang kamu bayangkan, itu kecelakaan, Rani terpeleset dan aku hanya ingin menyelamatkan dia, tidak lebih."

Kembali Dafa berusaha untuk memberikan penjelasan, namun Maira tetap tidak bergeming mendengar penjelasan itu bahkan bibirnya tersenyum kecut pertanda ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sang tunangan.

Sementara Rani, gadis itu tidak seperti Dafa yang berusaha untuk menjelaskan pada Maira tentang apa yang sudah mereka lakukan. Bahkan, pakaian atasnya yang terbuka karena ulah Dafa hingga menampakkan separuh dadanya tidak dibenarkan oleh Rani seolah sengaja memperlihatkan tanda merah di bagian atas dada perempuan tersebut pada Maira karena ia juga melangkah mendekati sahabatnya itu dengan wajah yang tidak sepucat Dafa, dan sekarang Maira bisa melihat dengan jelas tanda merah di bagian dada atas milik Rani hingga wanita itu semakin muak dan hancur melihatnya.

"Terpeleset sampai kamu bisa memberikan tanda kepemilikan di dada Rani, gitu? Udahlah, enggak perlu dijelaskan lagi, semuanya udah jelas, kok! Kalian benar-benar sampah!!"

Maira merespon perkataan Dafa dengan ucapan seperti itu hingga Rani tersinggung sudah dikatakan sampah oleh Maira.

"Siapa yang sampah? Kamu harusnya sadar diri, Maira! Selama kamu jadi pacar Dafa, apakah kamu pernah membuat dia puas, nikmat dan bahagia? Kamu hanya fokus dengan pekerjaan, tidak memperhatikan pacar kamu yang kesepian karena ulahmu itu, sekarang, kalau Dafa tergoda padaku itu bukan salahku, saat kamu menjadi tunangan Dafa, apa pernah kamu membiarkan Dafa menyentuh bagian tubuh intim kamu selain berciuman di bibir?"

"Apa?"

"Ya! Dafa itu bukan anak SMA yang cuma bisa pacaran dengan hanya bergandengan tangan dan berciuman doang, Maira, kalian sudah bertunangan apa salahnya memberikan kepuasan lebih? Kalau sudah begini, bagaimana? Kamu mau menyalahkan orang lain?"

"Benar begitu, Dafa?" tanya Maira pada sang tunangan yang semakin tidak tahu harus bicara apa karena Rani bicara panjang lebar seperti itu pada Maira. Ingin membantah tapi semuanya benar, ia saja yang tidak pernah mengatakan langsung pada Maira karena Maira terlalu tabu untuk membicarakan masalah tersebut dengannya.

"Jawab aku, Dafa! Kamu benar-benar ingin pacar kamu seperti Rani yang murahan seperti itu?"

BRUKK!!

Tubuh Maira tersungkur ketika dengan kuat Rani mendorongnya lantaran tersinggung dengan kata murahan yang diucapkan oleh Maira tadi.

"Yang bodoh itu kamu! Punya tunangan tampan dan mapan tapi kamu sok suci, apa enaknya pacaran sama kamu, asal kamu tahu saja, aku sudah beberapa bulan ini melayani Dafa, sebagai wanita, Maira, jadi apa yang aku lakukan itu bukan murahan, tapi langkah penegasan untuk menjaga sebuah hubungan yang akan ke jenjang lebih serius lagi!"

Maira bangkit setelah tadi sempat tersungkur lantaran didorong oleh Rani. Meskipun bokongnya berdenyut tapi gadis itu tidak peduli dengan rasa sakit itu, karena sekarang yang lebih sakit adalah hatinya. Maira sangat sakit sekarang sampai ingin mengeluarkan air mata namun itu ditahannya karena tidak mau terlalu lemah di hadapan Dafa.

"Maira, aku minta maaf, aku cuma ingin kamu sedikit mesra padaku, apa yang aku lakukan dengan Rani itu kekhilafan, aku tetap lebih mencintai kamu, Sayang!"

Kembali Dafa berusaha untuk membuat kemarahan di hati Maira musnah, namun apa yang dikatakan oleh Dafa sangat tidak bisa diterima Rani. Gadis itu semakin maju melangkah ke arah Maira seolah tidak ingin membiarkan Maira dihampiri oleh Dafa.

"Asal kamu tahu saja, Maira, aku dan Dafa sudah pernah berhubungan intim beberapa kali belakangan ini, dia sudah melihat seluruh tubuhku dan dia puas begitu juga aku, apakah kau pernah memperlihatkan seluruh tubuhmu itu pada Dafa?"

"Kamu benar-benar rendah, Rani!" teriak Maira dengan wajah yang merah padam karena kemarahannya semakin berkobar mendengar ucapan Rani, dan Dafa tidak membantah sama sekali perkataan kotor Rani padahal hati kecil Maira ingin tunangannya itu membantah agar ia masih memiliki sedikit harapan untuk mempertahankan hubungan mereka tersebut, siapa tahu tunangannya benar-benar khilaf, kan? Begitu pikir Maira. Namun, harapan Maira musnah, karena Dafa justru diam saja.

Gadis itu menatap ke arah Dafa berusaha untuk menanti apakah Dafa melakukan bantahan bahwa apa yang dikatakan oleh Rani itu tidak benar atau tidak.

"Kamu enggak membantah apa yang dikatakan Rani, Dafa?" tanya Maira sarat luka, dan Dafa menghela napas mendengar desakan gadis tersebut.

"Seharusnya masalah ini bisa kita bicarakan sebagai sarana introspeksi diri, kamu yang seperti itu padaku, dan aku dengan keinginan aku."

"Introspeksi diri? Introspeksi diri apa? Aku berusaha menjaga diri agar hubungan kita tidak menjadi fitnah karena kamu adalah pengusaha tapi ternyata kamu yang menghancurkan dirimu sendiri! Apa aku salah? Ingin melakukan hal intim denganmu nanti saja setelah sah? Aku tahu, bagi sebagian orang pemikiran itu kuno, tapi kita ini makhluk beragama, Dafa, aku tahu pacaran juga tidak ada dalam aturan agama Islam, tapi setidaknya kita menjaga diri untuk tidak saling merusak sebelum kita sah!"

"Maka, pacaran saja kamu dengan pria ingusan! Aku ini sudah dewasa, Maira, aku butuh penyemangat saat aku sibuk di kantor, aku punya tunangan, tapi tidak bisa memuaskan aku, memberikan semangat baru untuk aku, setiap kita ketemu, aku tidak pernah bisa mendapatkan lebih dari sekedar ciuman, ciuman pun kamu tidak mau terlalu agresif, aku bahkan tidak pernah menemukan lidah kamu setiap kali kita berciuman, kau tahu cara berciuman bibir yang baik atau tidak? Kalau tidak, aku bisa mengajarimu, tidak perlu sok suci!"

"Jadi selama ini otakmu itu hanya dipenuhi dengan keinginan-keinginan kotormu itu setiap kali kita ketemu?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status