Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Maira semakin tersudut, rasanya, ia tidak bisa berkelit lagi untuk tidak memberikan nota pembayaran yang diminta oleh Moreno.
Dengan gerakan lambat, perempuan berambut panjang itu segera membuka tas selempang miliknya, dan perlahan mencari sesuatu di sana.Moreno langsung menyambar nota pembayaran yang diberikan oleh Maira padanya, dan matanya langsung menatap ke atas kertas putih itu untuk meneliti apa yang tertulis di kertas itu dengan baik."Perasaan, motor gue itu rusak parah, masa cuma segini biayanya?"Deg!Jantung Maira seolah berhenti berdenyut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Moreno ketika pria itu melihat nota pembayaran yang diberikan olehnya.Hal yang ia khawatirkan terjadi. Moreno merasa curiga karena biaya tidak sesuai dengan perkiraan lantaran Maira nekat memangkasnya sebab, ia tidak punya uang.Karena di nota tertera nomor bengkel yang dibubuhkan oleh pemilik bengkel agar pelanggan bisa melakukan kontak langsung dengan bengkelnya, Moreno langsung menghubungi nomor tersebut, dan Maira semakin gelisah melihat hal itu.Tidak berapa lama kemudian, Moreno terdengar bicara dengan seseorang yang menerima panggilannya di seberang sana.Dari percakapan yang terdengar di telinga Maira, perempuan itu sudah tahu apa yang dibicarakan oleh Moreno dan siapa yang dihubungi oleh pria tersebut.Maira semakin merasa terancam, hingga perempuan itu berbalik pelan dan berniat ingin melarikan diri saja dari hadapan Moreno."Tunggu!!"Suara Moreno membuat gerakan Maira terhenti seketika."Ya?" kata Maira pura-pura tidak tahu Moreno sedang menahan rasa murka."Apa yang lu lakukan sama motor gue!" hardiknya pada Maira, dan Maira semakin gugup karena merasa tamatlah sudah riwayatnya."Itu ....""Lu meminta orang bengkel buat ngebenerin motor gue seadanya? Padahal mereka sudah menganjurkan bahwa onderdil yang perlu diganti itu yang asli bukan tempelan doang?"Maira mundur ketika sambil bicara demikian, Moreno melangkah maju dengan mata melotot memancarkan aura kemarahan yang luar biasa."Tapi, itu juga yang terbaik, lho! Bener! Motor Anda tidak akan bermasalah karena -""Lu tau harga motor gue itu berapa? Berapa biaya perbaikan kalau ganti onderdil yang rusak? Makanya gue heran, kenapa biayanya cuma segini? Lu benar-benar pengen gue laporin ke polisi aja! Lu nipu gue juga tau!""Jangan! Jangan lakukan itu! Kenapa Anda tidak berbaik hati walau sedikit untuk saya? Bukankah ini juga kesalahan Anda? Anda mengebut di jalan, Pak. Saya hanya menyeberang! Tidak seharusnya Anda meminta saya untuk bertanggung jawab keseluruhan, saya terpaksa melakukan hal itu!""Menyeberang jalan dengan cara melongo di tengah jalan? Lu harusnya berterima kasih sama gue karena gue masih mikirin nyawa lu, kalau gue enggak menghindari lu, kepala lu yang pecah! Bukan motor gue yang rusak!"Maira bisa merasakan, betapa pria bernama Moreno itu benar-benar marah padanya. Dan sekarang, Maira sampai tidak tahu apa yang akan ia lakukan untuk melarikan diri dari kemarahan pria tersebut.Perempuan itu tertunduk, tidak tahu harus dengan cara apa agar bisa membuat kemarahan Moreno reda."Gue sudah minta pihak bengkel untuk mengganti onderdil yang asli untuk motor gue, jadi, bayar semuanya biar kita enggak ada lagi masalah!""Tapi, saya benar-benar sudah tidak punya uang, Pak! Tolonglah, atau kalau begitu beri waktu saya sebentar untuk mencari pinjaman dulu."Maira melakukan permohonan, dan Moreno tidak mengabulkan permohonan Maira.Ia tetap saja meminta Maira untuk bertanggung jawab melakukan pembayaran, jika tidak, masalah itu akan dibawa ke jalur hukum.Ketika perdebatan mereka semakin memanas, tiba-tiba saja, ponsel Moreno berdering. Pria itu langsung menerima panggilan tersebut ketika tahu siapa yang menghubungi.Ibunya.{Ya, Mi!}Maira mendengar Moreno bicara demikian pada seseorang yang menelponnya.{Kakekmu masuk rumah sakit, Moreno! Ini semua karena kamu bertengkar dengan ayahmu, mau sampai kapan kamu seperti itu? Kamu anak kami satu-satunya, kenapa kamu tidak patuh sedikitpun dengan kami}Suara ibunya terdengar dan langsung memberikan omelan kepada Moreno seperti biasanya jika mereka berkomunikasi via ponsel.{Ya, gimana mau patuh? Papi itu konyol, Mami! Masa dia minta aku balik? Aku enggak suka tinggal di rumah! Kebanyakan aturan!}{Rumah kamu di sini, tempat kamu di sini, kamu mau tinggal di luar terus? Mau sampai kapan? Kamu tidak tahu kenapa ayahmu ingin kamu cepat belajar menjadi pewaris? Itu karena Papi kamu sakit!}{Tadi Mami bilang, kakek yang sakit, sekarang kenapa Papi?}{Ayahmu sakit sudah sejak lama, beliau tidak mau kamu tahu karena nanti kamu akan sedih, kalau kamu mau kembali ke rumah, belajar bisnis, ayahmu akan konsentrasi berobat, pikirannya tidak terpecah belah dengan urusan kantor, apa kamu masih mau masa bodoh?}{Papi sakit apa?}{Kanker otak, selama ini dokter selalu bilang dia tidak boleh banyak berpikir, tapi siapa yang akan menghandle perusahaan kalau dia tidak kerja? Sekarang, perusahaan sedang kritis, banyak orang berkhianat pada ayahmu, kalau kamu tidak kembali, kamu benar-benar akan membunuh ayahmu sendiri!}{Mami becanda, kan?}{Kamu pikir dalam situasi seperti ini Mami bisa bercanda?}{Terus kakek? Kakek sakit apa? Kakek selama ini juga sehat aja kok, masa gara-gara aku sama papi berantem dia sakit?}{Itu karena ayahmu bilang, kamu menolak perjodohan yang sudah diatur oleh ayahmu!}{Apa hubungannya dengan kakek?}{Kakekmu marah karena kamu menolak dijodohkan, kamu tahu? Wanita yang akan dijodohkan dengan kamu itu pilihan kakekmu sendiri, tapi kamu menolaknya, kakekmu sakit karena shock!}{Tapi, Mi! Aku itu enggak mau dijodohkan! Hari gini dijodohkan, aku ogah!}{Kalau kamu tidak mau dijodohkan, bawa wanita pilihan kamu ke rumah! Kenalkan sama kami!}{Kalau tidak?}{Harapan ayahmu, kamu harus menikah, kalau kamu tidak punya pilihan sendiri, kamu harus bersedia dijodohkan!}{Kenapa maksa banget supaya aku nikah, sih?}{Karena kamu cuma menghabiskan waktu, kuliah saja kamu tidak mau, mau jadi apa, kamu Reno!}{Ya, sudah! Bilang sama papi dan kakek, enggak usah mikirin soal perjodohan! Aku sudah punya pilihan sendiri, nanti aku bawa ke rumah! Tapi, mereka harus sembuh!}Moreno langsung mengakhiri percakapan, dengan wajah yang terlihat sangat masam.Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ayahnya sakit, kakeknya sakit, semua karena dirinya, sedangkan sekarang ia justru gagal melakukan pertandingan adu balap, di mana ia sangat memimpikan pertandingan itu lantaran bukan hanya hadiahnya saja yang besar, tapi juga akan membuat sejumlah gangster tunduk padanya.Itu impiannya! Namun, apa yang harus ia lakukan sekarang?Jika ia pulang ke rumah, menikah dan memimpin perusahaan, bagaimana ia bisa berlaga di arena balap lagi?Sementara itu, Maira yang merasakan aura Moreno semakin menyeramkan, perlahan kembali ingin melarikan diri dari hadapan Moreno.Namun, gerakannya terhenti, ketika suara Moreno terdengar."Gue punya cara agar lu bisa bayar semua biaya perbaikan motor gue!" katanya dan ucapannya itu membuat Maira menatapnya dengan tatapan mata penuh harap."Cara apa, Pak? Saya akan melakukannya asalkan Bapak tidak membawa kasus ini ke jalur hukum.""Kawin sama gue, setahun aja!""Apa?"Ucapan Moreno benar-benar membuat Maira terkejut sampai perempuan itu setengah berteriak, dan wanita itu langsung menekap mulutnya sendiri."Ya, cuma itu yang bisa lu lakukan kalau enggak bisa bayar semua biaya perbaikan!""Tapi, ini konyol! Saya bilang, saya tidak mau menikah karena saya tidak percaya lagi dengan laki-laki, bagaimana mungkin saya menikah dengan Anda?!""Enggak perlu tegang dan baper kali! Kita kawin itu cuma untuk hitungan bisnis doang, gue perlu bantuan, dan lu orang yang bisa ngebantu gue karena lu miskin, ya, terserah sih, kalau lu enggak mau gue bisa cari cewek lain! Tapi, bayar semua biaya perbaikan motor kalau enggak mau, gue bawa ke jalur hukum ini urusan! Ingat, lu juga nipu gue soal keterangan perbaikan, itu hukumannya double!"Maira terdiam. Ia semakin tersudut sekarang, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.Mendadak, perkataan sang bos terngiang di telinga, soal lamaran dan juga soal bagaimana karirnya tidak bisa maju jika tidak menikah. Apakah ini
"Jadi, kamu enggak mau bantuin aku?" tanya Maira dengan wajah yang serius."Perjanjian kita itu, kalau ada hal yang enggak terlalu penting, skip aja, menurut gue, pertemuan itu enggak penting, ntar kalau ada yang tahu kita cuma pura-pura, gimana? Lu mau tanggung jawab?!""Kita itu diundang ke rumah, bukan di sebuah tempat umum, enggak mungkinlah sampai bikin kita ketahuan!"Maira berusaha untuk membujuk Moreno agar Moreno mau membantunya untuk ikut ke undangan makan malam yang dilakukan oleh sang bos."Itu kata lu, kalau kata gue itu bakal bikin sesuatu yang ribet, bahaya!""Reno, please. Ini demi impian aku, kalau kita enggak datang, promosi jabatan itu enggak akan dibahas, aku gagal dapat rekomendasi.""Terus?""Buat aku promosi jabatan itu penting, Reno, aku punya adik yang masih sekolah, dia butuh biaya, rumah orang tuaku juga sudah terlalu kumuh dan tidak layak untuk ditinggali, kalau -""Udah-udah! Males gue kalau denger cewek merengek macam lu ini! Bikin pusing! Jam berapa eman
Moreno tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh kakeknya. Secepat kilat, ia bangkit dari tempat duduknya, dan buru-buru keluar dari ruangan rawat inap sang kakek, untuk mengejar mantannya tadi yang sempat masuk. Moreno menemukan Mitha di luar sedang bicara dengan seorang perawat. Moreno yang terlanjur penasaran, tidak bisa menunggu Mitha selesai bicara dengan sang suster, pemuda itu segera menghampiri Mitha dengan wajah menuntut untuk diladeni dan Mitha sadar akan hal itu.Mitha mengakhiri pembicaraannya dengan sang suster dan belum lagi perempuan itu menanyakan pada Moreno, mengapa pria itu tidak bisa menunggu, Moreno sudah menyeretnya ke tempat yang lebih sepi, hingga Mitha terkejut. "Lepaskan, Reno!" katanya sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangan Moreno di lengannya. Namun, cengkeraman itu terlalu kuat hingga Mitha justru mengernyit menahan sakit akibat ia berusaha melepaskan tangannya.Moreno segera menarik lepas sarung tangan yang di
Moreno mengerutkan keningnya ketika mendengar pria di hadapannya yang dikatakan Maira dengan bisikan perempuan itu bahwa laki-laki tersebut adalah bosnya.Kenapa pria itu memanggil dirinya dengan sebutan tuan muda?"Anda memanggil saya dengan sebutan apa tadi?"Fyuuh!Maira menghembuskan napas lega ketika mendengar Moreno ternyata mau berbicara dengan formal seperti yang diwanti-wanti kan olehnya sebelum mereka sampai ke rumah sang bos. Akan tetapi, kenapa bosnya seperti kenal dengan Moreno? Tuan muda? Ada kegelisahan dirasakan oleh Maira, gelisah, jangan-jangan bosnya tahu ia sedang bersandiwara dengan Moreno lantaran mengenal pria tersebut.Pak Salim melangkah lebih dekat ke arah Moreno sambil sesekali menatap ke arah Maira."Anda ini putra tunggal Pak Marvel, kan? Sebenarnya saya tidak pernah bertemu secara langsung dengan dia, tapi saya cukup tahu Anda."Sialan! Gue udah bilang, undangan ini pasti jebakan, Maira kampret! Awas aja kalau karena hal ini pernikahan sandiwara ini dike
Maira terdiam mendengar kalimat Pak Salim, yang sebenarnya sangat membuat dirinya terkejut. Bagaimana tidak, sejujurnya, meskipun ia sudah menikah kontrak dengan Moreno, tetap saja ia tidak tahu banyak latar belakang Moreno, karena Moreno tidak pernah mengatakan apapun padanya kecuali dirinya yang seorang pembalap, itu saja.Namun, jika rasa terkejutnya diluapkan di hadapan sang bos, Maira khawatir bosnya tahu tentang sandiwara yang ia lakukan sekarang dengan Moreno.Maira menarik napas sesaat, sekedar untuk membuat perasaannya menjadi tenang. Karena yang akan ia katakan untuk merespon perkataan sang bos, lagi-lagi, adalah sebuah kebohongan."Iya, Pak. Saya tahu tentang itu, tapi saya dan Moreno itu ingin mandiri, tidak mau bergantung dengan orang tua, ya, memang kedengarannya seperti sangat naif, tapi kami hanya berusaha untuk belajar mandiri."Jemari tangan Maira saling menggenggam di bawah meja makan tatkala ucapan itu dilontarkannya pada Pak Salim. Maira memang mampu mengucapkan
Ancaman yang diucapkan oleh Moreno memang membuat Maira sebal, apalagi beberapa pengendara motor juga menatap mereka, Maira jadi tengsin, hingga mau tidak mau ia tidak merespon dampratan Moreno walaupun ia sangat dongkol.Motor melaju dengan kencang ketika lampu sudah menyala merah.Nyaris saja Maira terjungkal ke belakang, jika saja ia tidak langsung menarik jas yang dipakai Moreno untuk berpegangan. Lagi-lagi, Maira ingin memukul punggung pria tersebut, namun sayangnya itu tidak mungkin dilakukan oleh Maira karena sangat berbahaya jika motor melaju seperti itu, lalu ia membuat Moreno terkejut karena pukulannya. Bisa- bisa mereka akan celaka dan Maira tidak mau itu terjadi hingga Maira memutuskan untuk menahan diri saja. Beberapa menit kemudian, motor Moreno berhenti tepat di depan kost Maira. Maira mendadak pusing dan mual, karena tidak biasa naik motor sekencang itu. Rambutnya yang panjang berantakan, walaupun tertutup helm sepanjang perjalanan. Rasanya, Maira sangat murka dan
"Ooh, jadi ini mantan tunangan istri gue yang brengsek itu?" sinis Moreno usai mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa pada Maira. Dafa yang tadi menatap lurus ke arah Maira mengalihkan pandangannya pada Moreno. Sorot matanya terlihat tidak suka ketika ia menentang tatapan sinis mata Moreno padanya. "Hati-hati kamu bicara, kamu mau terlibat hukum sama aku?""Hukum? Lu mau menghukum gue dengan tuduhan apa? Gue ngawinin mantan tunangan lu? Terus, kalo gue lapor balik tentang perselingkuhan lu, gimana? Apa di kantor, lu masih punya muka?"Dafa emosi mendengar balasan sinis yang diucapkan oleh Moreno. Tangannya terangkat untuk menampar wajah Moreno, tapi dengan sigap, Moreno menangkap tangan itu dan menghempaskannya dengan kasar sehingga tubuh Dafa terjajar ke belakang."Pergi lu dari sini! Sebelum gue mengatakan pada seluruh warga di sini kalo lu mengganggu rumah tangga mantan lu!" usir Moreno dengan suara yang menggelegar di telinga. Nyali Dafa menciut. Pria itu hanya bisa mengepalka
Nasihat yang diucapkan Moreno makin membuat Maira tenggelam dalam tangis. Pelukan Moreno mampu membuat perasaannya menjadi nyaman, sampai Maira tidak sadar ia justru balas memeluk Moreno.Apa yang dilakukan oleh Maira cukup membuat Moreno tidak senang. Namun, ia tidak melerai pelukan wanita tersebut hingga beberapa detik lamanya ia membiarkan itu dilakukan Maira, sampai kemudian...."Mau sampai kapan lu meluk gue?" Pertanyaan Moreno cukup membuat Maira yang tadi terhanyut dalam perasaan nyaman saat memeluk Moreno musnah seketika. Maira tersadar, sehingga buru-buru melepaskan pelukannya, dan setelah merasa dirinya bebas, Moreno langsung mundur lalu membersihkan kemeja putihnya seolah wajah Maira tertinggal di sana."Cuci muka sana! Kalo perlu pelukan ketika lu enggak punya orang yang bisa lu peluk, peluk guling, atau lu shalat sana biar tenang!"Moreno bangkit setelah bicara demikian. Ia berbalik dan memungut jas nya yang tadi dilepaskannya begitu saja di lantai kamar kost Maira. N