Share

14. Malam 2

Puspa jadi serba salah. Setiap kali papa dan anak bersitegang, itu karena dirinya. Apa dia salah jika menegur? Hari ini memang ada acara bebas di sekolahan Vanya. Acara bazar di hari ulang tahun sekolahan itu.

Kalau bukan dia yang menegur, pasti di sekolah nanti akan ditegur juga oleh gurunya. Justru orang tua yang malu kalau begini. Dikira tidak mendidik anak dengan baik.

"Mas, sehabis nganterin Sony ke sekolah. Aku mampir ke rumah ibu." Puspa bicara sambil menyiapkan piring untuk suami dan anak-anak di meja.

"Iya," jawab Bram singkat.

"Jangan lupa, aku ingin ngomong serius dengan, Mas."

Bram diam memandangi istrinya yang sedang menyiapkan sarapan.

Kemudian Sony yang menyeret tas sekolahnya datang dan duduk di kursi. Disusul Vanya yang sudah berganti memakai kaus longgar.

Saat Bram menasehati anak-anaknya, Puspa diam. Di matanya, Bram adalah seorang ayah yang baik. Selalu mengajarkan anak-anak untuk sopan dan jujur. Makanya Bram tak terima saat Puspa tidak mau jujur padanya.

***L***

Puspa terkejut saat melihat beberapa poster berukuran 1X1 meter dengan foto seorang laki-laki berada di meja panjang ruang pertemuan di rumah orang tuanya.

Melihat wajah itu, darahnya mendidih sekaligus kembali terpuruk. Luka yang tak pernah kering, kembali berdarah-darah dan terasa sangat perih. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

"Nduk, ayo masuk. Kenapa berdiri di situ." Bu Rukayah yang lebih kerap dipanggil Bu Lurah muncul dari dalam rumah dan tergopoh menghampiri putrinya.

"Ini posternya Nak Dikri yang dikirim tadi malam." Bu Lurah memandangi gambar lelaki yang masih terbungkus plastik di atas meja.

"Rencananya Mbak Indah sama Mas Irwan mau menemui suamimu."

"Untuk apa, Bu?" Puspa melangkah duduk di kursi berukir di ruang pertemuan itu.

"Mau dirangkul untuk diajak mendukung Nak Dikri. Nak Bram kan punya karyawan dan relasi yang banyak."

"Nggak usah, Bu. Bahkan aku pun nggak akan mendukungnya." Ucapan Puspa datar dan dingin.

"Kenapa? Kita sudah lama kenal keluarga Pak Maksum. Mereka orang-orang yang amanah. Pak Maksum sudah beberapa kali menjadi anggota dewan, menjabat camat."

"Zaman sekarang uang yang bicara. Bisa membuat orang mendapatkan apa saja yang diinginkan. Uang bisa untuk mendapatkan jabatan, kedudukan, bahkan bisa membeli harga diri orang lain."

"Puspa," tegur Bu Lurah lembut sambil menyentuh lengan putrinya.

"Tapi bener kan, Bu?"

Bu Lurah tidak memungkiri hal itu. Benar, politik adalah uang. Uang untuk berpolitik.

"Pak Maksum kan omnya Irwan. Sebagai kerabat, apa salahnya kita memberikan dukungan. Semoga saja Nak Dikri benar-benar amanah."

Puspa menggeleng. "Aku nggak akan mendukungnya. Bilang ke Mbak Indah atau Mas Irwan, nggak usah datang ke rumah untuk bertemu Mas Bram, Bu."

Wanita anggun dengan hijab lebar itu tertegun memandangi putrinya. Heran dengan sikap Puspa. Bukankah Puspa dan Dikri kenal dengan baik.

"Bu Lurah, dicari Bu Marto di belakang." Seorang asisten rumah tangga memberitahu Bu Lurah. Wanita itu bangkit berdiri. "Ibu masak sup iga kesukaanmu. Ayo, masuk ke dalam. Ibu mau nemui Bu Marto dulu."

Setelah ibunya berlalu, Puspa pun berdiri melempar setumpuk poster itu ke lantai dan menginjak-injaknya. "Mati, mati kamu," desisnya lirih.

Puas mengacak-acak, walaupun plastiknya hanya kusut sedikit karena cukup tebal membungkus poster itu. Puspa masuk rumah dan langsung ke kamarnya. Mengunci diri dan menangis di lantai.

"Aku menyukaimu sejak dulu. Apa alasanmu menolakku? Katakan Puspa. Apa kamu punya pacar? Siapa dia? Apa lebih tampan dariku, lebih kaya? Dia teman kuliahmu?"

"Lihatlah, bagaimana aku akan memilikimu dengan caraku. Dan kamu akan menyesali itu, Puspa." Terbayang bagaimana cowok itu menyeringai sinis tepat di depan wajahnya. Dan peristiwa kelam itu berputar-putar di kepala. Puspa mendesis untuk menghalaunya.

Next ....

Selamat membaca 🥰

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Yanyan
dikri yg menghancurkan. Puspa..mulai terkuak
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
diam lah kau terus sampai stres dan gila puspa. tetaplah diam terus biar cepat juga menjadi gila.
goodnovel comment avatar
Idadalia Mutiara79
ah akhirnya hadir kembali... selalu beda di setiap ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status