Share

41. Menunggu 3

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mama khawatir, Vanya dipengaruhi oleh mereka untuk membenci Puspa. Santi tahu kalau Puspa nggak ada di rumah hampir dua minggu. Mungkin dia nanya ke Vanya. Mama khawatir mereka menyebarkan gosip yang bukan-bukan."

"Mama, tidak perlu memikirkan itu. Biar saya yang menanganinya nanti. Mama, harus jaga kesehatan. Pokoknya jangan sampai sakit, Ma."

"Iya."

"Kalau gitu, saya mau ngecek ke gudang. Setelah itu tiduran sebentar. Jam sembilan nanti kita ke rumah sakit, Ma."

"Iya. Mama mau pulang ke rumah dulu. Biar Siti bikinin puding waluh buat Puspa." Bu Dewi beranjak pergi. Jam besuk rumah sakit dibuka jam sepuluh pagi. Masih banyak waktu untuk membuatkan Puspa makanan.

***L***

Surabaya ....

Dita kaget saat menerima pesan dari Bram pagi itu yang mengabari kalau Puspa masuk rumah sakit.

[Pokoknya kabari saya bagaimana perkembangan kondisi Puspa, Mas. Saya nggak mungkin chat untuk menanyakannya. Saya khawatir dia akan tahu kalau Mas Bram menemui saya di Surabaya.]

[Setelah tahu apa yang meni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (18)
goodnovel comment avatar
Denovanti
Apa Rayyan move on nya sama Dita yaa.......
goodnovel comment avatar
Agustin
............. betul ipar adalah maut
goodnovel comment avatar
Yeyeh Masriah
iya mbak ngarep di nikahi wkwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   42. Gadis Kecil Itu 1

    PERNIKAHAN - Gadis Kecil Itu"Bagaimana keadaan Mbak Puspa, Bos?" tanya Dahlan."Sudah mendingan setelah mendapatkan penanganan dokter. Mungkin dalam beberapa hari ini saya kurang bisa fokus di gudang. Kamu handle semuanya, kalau ada masalah telepon saya.""Siap. Alhamdulillah dalam minggu ini ter-cover semuanya, Bos. Hari ini nanti kalau sesuai jadwal, banyak barang masuk.""Oke.""Mengenai Mbak Puspa yang pergi dari rumah, sebenarnya karyawan kita nggak banyak yang tahu. Mereka malah mengira, Mbak Puspa pergi sama Bos ke luar kota. Hanya orang-orang yang saya suruh mencari saja yang tahu, tapi saya jamin mereka semua bisa dipercaya. Nggak mungkin bocor ke orang luar. Saya bisa mastikan kalau warga tahu bukan dari orang-orang kita, Bos.""Tidak apa-apa. Abaikan saja. Mengenai pergunjingan mereka itu, tidak penting bagi saya.""Hanya beberapa orang saja, Bos. Sedangkan yang lain setengah nggak percaya Mbak Puspa pergi."Bram tidak menanggapi. Dia melangkah ke luar gudang. Berdiri men

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   43. Gadis Kecil Itu 2

    Tak sengaja sejak dari Puspa lahir, mereka sudah dipertemukan. Bahkan saat ia dan Sandra menikah, Puspa diajak kedua orang tuanya untuk menghadiri pernikahannya. Gadis kecil itu sangat cantik memakai rok tutu dan digandeng Bu Rukayah. Rambutnya yang hitam tebal di kucir dua.Entahlah, Bram masih ingat semuanya. Ternyata hal yang dianggap biasa di masa lalu, terasa sangat manis sekarang. Namun kemanisan itu diselipi oleh ujian. Kalaulah dia tahu sejak awal tentang keadaan Puspa, tidak mungkin ia sampai murka. Dia yang selalu menjaga kejujuran dalam hal apapun, merasa dikelabuhi dengan jawaban sang istri "hanya masa lalu."Namun sekarang Bram menyadari dan menyesalinya. Semoga saja usahanya untuk memulihkan Puspa, bisa membuat hubungan mereka kembali menghangat."Mas Bram, sudah ditunggu Ibu di rumah." Seorang karyawan perempuan tergopoh untuk memberitahunya."Iya. Terima kasih." Bram kembali menemui Dahlan, kemudian melangkah lebar kembali ke rumah."Kita berangkat sekarang saja, Bram

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   44. Gadis Kecil Itu 3

    Bu Dewi memberikan barang bawaannya pada Bu Lurah. Setelah menyalami besannya, wanita memeluk sang menantu. Air matanya tidak bisa ditahan. Puspa pun berkaca-kaca. "Maafkan saya, Ma," ucap Puspa lirih."Nggak, Nduk. Kamu nggak salah." Bu Dewi menyeka air matanya. "Mama bawain kamu puding waluh sama ayam bakar. Siti yang masak tadi. Nyuruh orang di gudang untuk nyembelih ayam.""Makasih, Ma."Bu Rukayah mempersilakan besannya untuk duduk. Bram duduk di kursi sebelah tempat tidurnya Puspa setelah meletakkan tas berisi baju ganti untuk istrinya yang tadi baru dibelinya.Disaat mereka tengah berbincang, seorang perawat masuk mendorong kursi roda hendak mengajak Puspa ke ruang USG untuk pemeriksaan. Dokter sudah menunggunya.Dengan cekatan, Bu Lurah memakaikan jilbab. Bram berdiri untuk membantunya pindah ke kursi roda, tapi dengan halus Puspa menolak. Justru Puspa berpegangan pada ayahnya.Perawat yang mendorong Puspa keluar paviliun, sedangkan Bu Lurah dan Bram mengikuti di belakang. Pak

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   45. Titik Terang 1

    PERNIKAHAN - Titik Terang "Untuk, Bunda." Sony memberikan buket pada Puspa sambil berkata lirih setelah melihat Bu Lurah tidur. "Ada coklatnya, Bun.""Makasih, ya." Puspa mencium serangkaian bunga yang beraroma wangi. Ada bunga Peony kegemarannya.Sony duduk di kursi sebelah brankar dan Bram meletakkan roti bolen di atas meja, kemudian duduk di sebelah sang anak."Bunda, sakit apa?" "Bunda hanya kecapekan.""Oh. Habis Bunda perginya lama. Sony telepon juga nggak bisa. Ponsel Bunda rusak, ya?""Hmm, i-iya," jawab Puspa gagap setelah melihat isyarat mata yang ditunjukkan suaminya. "Sony, salim dulu sama Uti Rukayah." Bram menyuruh putranya untuk bersalaman dengan Bu Lurah yang terbangun.Bocah itu turun dan menghampiri ibunya Puspa. Bu Lurah mengusap lembut rambut Sony sambil tersenyum. Anak lelaki ini sangat sopan. Berbeda dengan kakaknya yang pendiam tapi terlihat judes. Namun begitu, Puspa tidak pernah cerita padanya tentang bagaimana perlakuan Vanya terhadapnya."Maaf, ibu tingg

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   46. Titik Terang 2

    Dua hari dirawat di rumah sakit, Puspa sudah terlihat segar. Tidak pucat lagi seperti kemarin. Dia juga tidak tiduran saja di hospital bed, kalau bosan ia mondar-mandir duduk di kursi dekat jendela kamar. Ini hari ketiga dan berharap bisa pulang. Tapi pulang ke mana? Kemantapannya pulang ke rumah orang tua mulai goyah oleh sikap Sony. Bocah itu selalu membesuknya setelah pulang sekolah. Sedangkan Vanya hanya sekali saja datang sehabis salat maghrib. Itu pun tidak lama terus pamitan pulang. "Bu, hari ini aku sudah bisa pulang, kan?" tanya Puspa pada sang ibu yang menemani siang itu."Besok, Nduk. Hari ini kamu masih ada jadwal konsultasi dengan psikiater. Jadwalmu jam satu siang ini. Kamu bisa meluapkan apa yang kamu rasakan pada dokter. Jangan ditutup-tutupi. Mengobati itu harus tahu apa penyakitnya. Kamu harus jujur juga. Ibu pengen kamu kembali seperti dulu. Anak ibu yang manis dan ceria.""Konsultasi ini sangat penting buatmu, Pus," tambah sang ayah. "Masa depanmu masih panjang.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   47. Titik Terang 3

    Puspa menelan saliva. Nyeri menusuk relung hati mendengar kalimat terakhir suaminya. Mata Bram yang selalu menyorot tajam penuh ketegasan, kini terlihat tenang. Bram mengetuk pintu. Puspa masuk sedangkan dia menunggu di luar.Dokter Anggi sangat ramah, tenang, dan sabar. Khas sikap seorang psikiater. Di mulai dari perkenalan, ngobrol ringan, kemudian menanyakan tentang kondisi kesehatannya, lalu mendengarkan Puspa bercerita tentang apa yang dialaminya.Wanita setengah baya yang memakai hijab putih itu mendengarkan dengan seksama. Mencatat di buku tentang poin yang dianggap penting."Saya sangat memahami perasaan Mbak Puspa. Anda masih muda. Perjalanan masih panjang. Dari pribadi yang ceria, kemudian berubah drastis oleh peristiwa yang merenggut kesucian. Sekarang apa yang harus Mbak Puspa pulihkan? Pertama, rasa percaya diri."Self love. Dengan kembali mencintai diri sendiri apa adanya setelah apa yang Anda alami. Ini akan membantu Anda menjaga kesehatan mental. Mengobati rasa sesal.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   48. Bunga untuk Puspa 1

    PERNIKAHAN- Bunga untuk PuspaSebelum ke rumah sakit, Bram mampir dulu di florist. Kali ini dia tidak membeli buket bunga. Tapi memilih bunga primrose yang ada di pot kecil. Kebetulan sudah ada tiga kelopak bunganya yang mekar. Sengaja memilih bunga itu supaya awet. Puspa bisa menyimpan dan merawatnya. Kalau buket, setelah layu pasti di buang. Primrose di pot, bisa hidup jika terus dirawat. Sekalipun mungkin, Puspa tidak kembali ke rumahnya."Kenapa papa pilih bunga ini? Nggak kayak yang kemarin?" tanya Sony heran."Biar lebih awet. Bunga ini akan terus hidup jika bunda merawatnya."Bocah lelaki itu manggut-manggut."Ini ada pot yang lebih besar, Mas." Pemilik florist menunjuk pot warna putih. Dengan rimbunan bunga yang lebih banyak."Saya pilih yang ini saja, Mbak," jawab Bram. Sesuai dengan orang yang hendak diberi. Puspa yang mungil dan cantik. Katanya primrose melambangkan bunga cinta yang tulus dan sempurna. Puspa bisa melihatnya setiap hari jika menyiraminya nanti."Kalau pot

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   49. Bunga untuk Puspa 2

    Puspa mengangguk. Bram segera bangkit untuk membawakan tasnya Puspa. Pak Lurah dan Bu Lurah membawa barang-barang lainnya, sedangkan Sony menggandeng bundanya.Bram meletakkan semua barang-barang di bagasi, kemudian membuka pintu mobil untuk istri dan anaknya. Setelah itu dia menghampiri dan bicara dengan mertua. "Yah, saya izin membawa Puspa kembali ke rumah. Saya janji akan menjaganya dengan baik."Pak Lurah memandang putrinya yang sudah duduk di dalam mobil. Antara tega dan tidak. Puspa itu anak yang paling dekat dengannya semenjak kecil daripada sang kakak. Indah lebih dekat ke ibunya."Saya titip Puspa, Nak Bram. Kalau sampai dia membuat Nak Bram kecewa, pulangkan saja secara baik-baik pada kami. Sebagaimana Nak Bram mengambilnya secara baik-baik dari kami dulu." Ucapan dengan intonasi tenang dari Pak Lurah, membuat Bram serba salah."Saya paham, Yah. Maafkan saya atas permasalahan kemarin. Saya janji akan menjaga dan melindungi Puspa setelah ini."Pak Lurah menepuk bahu sang men

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   197. Nikah Yuk! 1

    PERNIKAHAN - Nikah, yuk!Dikri memperhatikan seorang perempuan yang memakai setelan kantoran warna abu-abu berdiri di seberang jalan. Segera disusulnya Maya untuk diseberangkan. Karena lalu lintas sangat ramai."Kamu istirahat sampai jam berapa?" tanya Dikri saat mereka berjalan beriringan masuk ke rumah makan."Jam satu lebih tiga puluh lima menit. Tapi aku harus salat zhuhur juga."Mereka duduk dan langsung memesan makanan. "Kamu biasa makan siang di sini?" tanya Dikri."Nggak. Biasanya aku bawa bekal atau makan di kantin. Kebetulan hari ini aku nggak bawa karena tadi aku dan mama bangun kesiangan. Siang ini pas banget dapat traktiran." Maya terkekeh. Dia terlihat ceria daripada saat bertemu Dikri beberapa waktu yang lalu. "Oh ya, tadi kamu bertemu klien di mana?""Di Kertosono.""Setelah ini nanti langsung kembali ke kantor?""Iya. Kamu pulang jam berapa?""Jam empat. Kalau banyak kerjaan, kadang jam tujuh malam baru nyampe rumah.""Makan dulu, May." Dikri mempersilakan saat pra

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

DMCA.com Protection Status