PGK 80“Katakan siapa yang menyuruh kalian!”Suara interogasi dari para bodyguard Daffa terdengar mencekam di ruangan yang menyeramkan itu. Beberapa pria yang dibawa paksa tadi telah menggigil ketakutan di lantai. Awalnya mereka tampak ragu-ragu untuk membuka mulut, hingga bodyguard Daffa sampai m
PGK 81Ting! Sebuah pesan terkirim di ponsel Daffa, ia pun mengecek pesan berupa foto seorang pria yang dikirimkan oleh anggota tim IT-nya barusan. Sudut bibir Daffa membentuk senyum miring. “Segera tangkap dan bawa dia ke hadapanku,” pinta Daffa pada asisten pribadinya. “Kerahkan semua orang-oran
PGK 82.a Beni dalam keadaan terikat tangannya di belakang. Seorang pengawal bertubuh besar memegangi dengan ekspresi siaga—takut pria itu melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Mantan bodyguard yang usianya nyaris menginjak kepala lima itu berontak. “Sudah kubilang ini tidak ada hubungannya den
PGK 82.b “Sebenarnya Tante serakah.” Daffa menimpali. “Tante tidak mau ada wanita lain yang menyaingi Tante di rumah ini. Tante sengaja menjodohkan aku dengan wanita-wanita yang Tante bisa atur sendiri saat aku bujang bahkan setelah aku menduda. Tante ingin berkuasa di sini.” “Jangan asal bicara
PGK 83 “Pak, ada yang ingin bertemu dengan Bapak di luar.” Handri mengalihkan pandangannya dari dokumen yang bertumpuk di meja kerjanya, menatap kepala pelayannya bingung. Pagi-pagi begini biasanya dia tak menerima tamu. Beberapa bulan belakangan juga Handri tak lagi menerima tamu dari klien-klie
“Raida,” panggil Handri, membuat langkah Raida terhenti dan menoleh sejenak. Handri menatap Raida dalam dan sendu. “Apa kamu sudah tidak mengingat mimpi-mimpi kita, Raida?” Raida terdiam, tahu kemana Handri akan membawa pembicaraan mereka ini. “Kamu ingat? Kita pernah bermimpi membangun rumah sed
PGK 84 “Aku tadi baru aja mau pesan barang pakai kartu kredit Mami, tapi ternyata kartu kreditnya udah diblokir!” ucap Gea mengadu. Mata Sovia seketika membulat terkejut, ia melempar asal sapu yang dipegangnya. “Jangan bercanda kamu!” “Beneran, Mi! Nih liat.” Gea menunjukkan layar ponselnya pada
PGK 85 “Maaf, saya gak sengaja.” Mandala buru-buru melepaskan rangkulan tangannya dari pundak gadis itu, keduanya tampak malu-malu dan mengalihkan perhatian dengan merapikan pakaian. “Terima kasih sudah bantu saya, Mas,” ucap gadis itu dengan suaranya yang lembut dan halus. Kepalanya tertunduk, m
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan