PGK 85 “Maaf, saya gak sengaja.” Mandala buru-buru melepaskan rangkulan tangannya dari pundak gadis itu, keduanya tampak malu-malu dan mengalihkan perhatian dengan merapikan pakaian. “Terima kasih sudah bantu saya, Mas,” ucap gadis itu dengan suaranya yang lembut dan halus. Kepalanya tertunduk, m
“Kau sudah ada calon?”“Belum.” Mandala menyugar rambut. “Tahun-tahun lalu saya menunda karena memprioritaskan adik yang sempat ada konflik dengan suaminya. Sekarang cari istri malah susah. Mungkin sudah terlewat tua.”“Memang usiamu berapa?”“Sudah 33, Buya.”“Ah, tapi masih terlihat muda. Tidak. K
PGK 86 “Buya bisa melihat bagaimana kamu selalu tersenyum malu-malu setiap bertemu dengan Mandala. Kamu sering memperhatikan Mandala diam-diam dan seolah mencari kesempatan bertemu Mandala. Kamu juga selalu antusias setiap ada yang membahas mengenai Mandala,” ucap Buya. Semua sikap Humairah selama
"Diskusikan dengan keluargamu dulu. Shalat istikharah. Buya beri waktu seminggu untuk kau berfikir. Jika setuju, kita langsungkan pernikahan di sini." Mandala terdiam. Di waktu yang bersamaan, Humairah masuk membawakan air. Berjalan sambil menduduk. Berlutut di dekat meja dan menyimpan dua gelas.
“Aku yakin, tapi gak semudah itu menghilangkan trauma. Mana tahu satu hari nanti Allah kembali uji dan kita merenggang lagi. Bukankah ujian hidup terus berganti?” “Ada dua ilmu yang mau Kakak bagi ke kamu sekarang.” Daffa mengangkat kepalanya sedikit. Dia melihat Klarisa. “Apa?” “Tidur sini dong!
BAB 88 Mandala langsung berjalan tergesa-gesa meninggalkan Daffa. Setelah mendengar saran dari Daffa, dia telah membulatkan tekadnya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Sementara Daffa yang melihat sahabatnya hanya menggeleng pelan dan tersenyum kecil. “Kayaknya bentar lagi kamu bakal dapat
Usai menentukan tanggal dan segala persiapan, Mandala dan Humairah memutuskan untuk tidak mengadakan acara pernikahan yang besar-besaran. Hanya sebuah acara kecil di pesantren yang dihadiri oleh orang-orang terdekat mereka saja. Bagi kedua mempelai, bukan meriahnya yang dicari, tetapi keberkahan di
BAB 89 “Saya terima nikah dan kawinnya Humairah Nur Hafidzah binti Almarhum Abdul Aziz dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Mandala menyelesaikan kalimat ijabnya hanya dalam satu tarikan nafas dengan intonasi yang mantap dan tanpa ragu. Dia telah latihan selama seminggu hanya untuk menghafal