Usai menentukan tanggal dan segala persiapan, Mandala dan Humairah memutuskan untuk tidak mengadakan acara pernikahan yang besar-besaran. Hanya sebuah acara kecil di pesantren yang dihadiri oleh orang-orang terdekat mereka saja. Bagi kedua mempelai, bukan meriahnya yang dicari, tetapi keberkahan di
BAB 89 “Saya terima nikah dan kawinnya Humairah Nur Hafidzah binti Almarhum Abdul Aziz dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Mandala menyelesaikan kalimat ijabnya hanya dalam satu tarikan nafas dengan intonasi yang mantap dan tanpa ragu. Dia telah latihan selama seminggu hanya untuk menghafal
Mandala yang baru saja keluar dari kamar mandi dibuat terpana dengan penampilan Humairah. Untuk pertama kalinya dia melihat Humairah tanpa tertutup hijab, ada desiran aneh yang menguasai tubuh Mandala. “Mas? Sudah selesai?” tanya Humairah. Sedikit canggung harus terbiasa tidur dengan orang lain di
PGK 90 Setelah mengobrol panjang sepanjang malam, Mandala tak kunjung melakukan apapun sesuai dengan harapan Humairah. Pria itu malah mengajaknya untuk tidur karena hari yang sudah larut. “K-kamu mau langsung tidur, Mas?” tanya Humairah ragu, memastikan. Mandala mengangguk. “Kamu pasti capek kan?
Seminggu setelah pernikahan mereka, tak kunjung ada peningkatan apapun dari hubungan Humairah dan Mandala, apalagi masalah ranjang yang tak kunjung selesai. Saat sedang tertidur, mendadak Mandala merasa haus dan terbangun. Dia tak sengaja mendengar suara isak tangis lirih, membuat Mandala seketika
PGK 91 Keduanya melaksanakan salat sunnah dengan penuh khidmat dipimpin oleh Mandala sebagai imam. Selepas mengucapkan kalimat salam, Mandala pun berbalik memposisikan tubuhnya berhadapan dengan Humairah. Tangannya diambil oleh Humairah, diciumi punggung tangannya. Mandala pun mencium kening Huma
PGK 92 Humairah membawakan secangkir kopi untuk Buya, meletakkannya dengan sopan dan hati-hati di atas meja, juga bersama sepiring pisang goreng yang menemani. “Terima kasih, ya, Nak,” ucap Buya, mengalihkan pandangannya dari kitab yang sedang dia baca. “Suamimu ke mana?” “Mas Mandala sedang ada
Buya pun menoleh, menatap Mandala. “Katakan apa pertanyaanmu, Nak. Insyaallah kalau Buya tahu jawabannya pasti akan Buya bantu jawab.” “Bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Dan menurut Buya bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap,” tanya Mandala. Buya mengangguk-angguk pelan, paham ke mana
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan