BAB 31 Aku menubruk Kak Daffa dan memeluknya. “Eh, ini kenapa?” “Kangen .…” “Yah, baru ditinggal tiga hari.” Dia tersenyum. Mengusap punggungku. “Kakak bawa kejutan,” bisiknya pelan. “Apa?” “Nanti saja. Kamu pasti suka.” Baru sadar kalau Om Handri juga ada di sini, aku melepaskan Kak Daffa da
Tante Sovia, dan Om Handri datang, diikuti Fania beberapa langkah di belakang. “Mana makanannya? Kenapa meja masih kosong?” “Habis,” jawabku pendek saja. “Habis? Apa maksudnya? Jangan bilang kamu tidak bisa mengatur konsumsi anggota rumah ini.” Aku menghela napas. “Aku sudah masak banyak, tapi me
BAB 32 Semua pekerja menunduk, tidak ada yang mau mundur satu pun. “Maaf, Non. Kami akan berubah,” kata mereka serentak. “Oke kalau kalian bisa berubah, tapi kalau karakter seperti A itu masih ada dalam diri kalian. Saya tidak akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan siapa pun.” Breefing ditutup
Perjalanan Jakarta—Tasik kami lalui berdua di mobil sambil sesekali bercanda. Semakin memasuki daerah Jawa Barat, jalanan lurus mulai berliku. Naik turun bukit. Pemandangan kota berganti pedesaan asri. Sawah, kebun, dan lahan sayur. Aku tidur beberapa saat. Kembali bangun ketika jalanan sudah benar
Waktu berlanjut. Tidak ada yang berbeda. Semua berjalan sesuai rencana. Aku sedang disibukkan survey ruko. Jika ada lokasi tepat, Kak Daffa akan membelinya dan otomatis langsung bisa dijalankan. Targetnya bulan ini upah kerjaku itu bisa beroperasi. Aku pulang ngampus dijemput sopir kantor. Naik dul
Sepertinya aku benar-benar sudah menaruh hati pada Kak Daffa. Pagi, saat dia melewatiku tanpa pakaian, jantung ini berdebar lembut. Tanpa sadar aku mengamati setiap lekuk otot-ototnya. Pria yang berlilitkan handuk itu berkulit putih. Tubuhnya tampak segar dan membawa harum. Rambut dan wajah basahny
BAB 34 Cinta. Kenapa begitu sulit menyadarinya? Kedekatan kami dari sejak aku kecil seolah menyamarkan bahwa perasaan itu memang ada. Perangainya yang buruk dan karakternya yang kurang baik, membuatku selalu merendahkan personalnya. Seakan cinta haram baginya. Kini. Setelah wajah itu mengisi panda
Semangat banget mau ke salon. Mau mempercantik diri lalu pamer sama Kak Daffa. Siapa tahu dia juga jadi cinta beneran. Aku bersama tiga teman jalan ke salon sehabis kuliah siang ini. Mereka dengan suka cita mau mengantar karena kujanjikan bayar perawatan mereka juga. Enak, sih, jadi istri Kak Daff