Semangat banget mau ke salon. Mau mempercantik diri lalu pamer sama Kak Daffa. Siapa tahu dia juga jadi cinta beneran. Aku bersama tiga teman jalan ke salon sehabis kuliah siang ini. Mereka dengan suka cita mau mengantar karena kujanjikan bayar perawatan mereka juga. Enak, sih, jadi istri Kak Daff
BAB 35 Aku memasuki ruang yang ada di samping ruang kerja Om Handri. Tempat yang dulu digunakan untuk menginterogasiku saat diculik. Pada sofa besar itu, Om Handri sedang duduk ditemani istrinya. “Papi panggil Risa?” Aku bertanya sambil mengawasi suasana, ada kotak hitam berpita putih teronggok d
Sebuah ruang kecil dengan satu sofa mengarah pada TV layar datar 52 inci. Di belakangnya ada lukisan kapal pesiar yang berlayar di lautan hijau. Gorden lebar berwarna cream dan brown mengisi dua sudut dinding sekaligus pintu kaca lebar di sisi kanan. Pintu kaca itu terbuka, membawa suara desau angin
BAB 36 “Kak.” “Hm … kenapa?” “Balik, yuk!” “Kenapa?” “Ngantuk.” “Emang udah kenyang?” “Udah, ah.” “Ya, udah.” Kak Daffa minum dan mengusap bibirnya dengan tisu. Aku melakukan hal yang sama lalu kami balik kamar. Di vila, pemandangan sudah berbeda. Banyak lilin aromaterapi dan bunga. Aku da
“Kenapa gak ngomong dari dulu?” “Mana gue berani!” “Gue pikir lo cintanya sama Andre.” “Udah gak lagi!” Aku membuang bantal yang lain. Malu mendera. Aku menyembunyikan wajah di antara dua lengan yang memeluk lutut. Takut cinta bertepuk sebelah tangan. Kak Daffa menarik salah satu tanganku. Meng
BAB 37 Dulu. Papa dan Kak Mandala pernah menanam bambu di kebun kakek yang ada di Magelang sana. Kondisi lahannya memang curam serupa jurang karena kampung halaman Papa berada di kaki gunung Sumbing. Papa menanam pohon itu untuk mencegah longsor. Setahun, dua tahun. Ketika kami kembali mudik lebar
Di bulan ke lima. Ruko yang kami rencanakan itu selesai. Lebih matang dari rencana awal karena gak dikejar-kejar waktu. Bangunan itu dua lantai. Atasnya merupakan rooftop. Ini bukan seperti toko biasa, tapi dibuat menyerupai kafe. Ada tempat yang memang untuk jual beli kue. Ada juga yang dikhususkan
BAB 38 Sejak zaman gadis dulu, haidku memang tidak jelas. Kadang maju kadang mundur. Bisa maju seminggu, bisa mundur seminggu. Jadi, tentang hitungan masa subur itu, aku tak paham, berhubung siklusnya pun tidak jelas. Aku dan Kak Daffa mengikuti program kehamilan. Seminggu dua kali kami cek, diber
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan