Share

Bab 0002

Penulis: Nendia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-24 21:07:33

Hamil?

OMG!

Emang bikin anak kek ngupil. Sedetik langsung dapet.

Aku mencubit paha Kak Daffa. Bisa kupastikan, di balik kain hitam ini, lapisan kulitnya sedang meradang.

Kak Daffa menyembunyikan sakit dengan sedikit meringis dan senyum yang dipaksakan.

“Kenapa, Sayang? It's oke, no problem. Kehamilanmu bukan untuk disembunyikan.” Kak Daffa menepis tanganku.

“Kamu ngomong apaan, sih, Beb?” Aku melirik Tamara dengan senyum tak enak.

Sumpah. Ini parah, sih. Kerjaan dari Kak Mandala gak pernah bener. Selalu menjatuhkan harga diri.

“Lo hamil?” Tamara mengernyit jijik.

“Cewek gue emang lagi hamil.”

“Pede banget. Tante ... tahu?”

“Bukan urusan dia.”

“Ih, parah banget sih lo, Daf.”

“Gue emang separah itu.”

Kak Daffa menatap Tamara cukup serius.

“Ra, gue minta lo mundur dari perjodohan ini. Gue gak mungkin sama lo karena Klarisa udah hamil. Jadi, gue gak mungkin ninggalin dia. Sebaiknya lo cari cowok lain. Jangan mau menjalani hubungan yang tujuannya cuma buat bisnis.”

“Aku sayang sama kamu beneran, Daffa.”

Kak Daffa menunjukkan telapak tangannya. “Pacar gue udah hamil. Mau dipaksa bagaimanapun pernikahan kita gak akan pernah ada.”

“Ini gimmick, ‘kan?”

“No. Dia memang cewek gue.” Kak Daffa menggenggam tanganku dan mencium punggung tangan. Aku hanya diam. Karena itulah tugas beratku.

“Aku gak nyangka, Daf. Gak nyangka kamu jadi seberengsek ini.” Tamara bicara dengan kaca-kaca pada kedua netranya. Dia mengentakkan kaki seraya berdiri. Detik kemudian, sudah pergi.

Aku menghela napas.

“Gak jadi, Mas!” seru Kak Daffa mengembalikan book menu. Aku bahkan lupa kalau pelayan itu masih berdiri di dekat kami. Detik-detik barusan terasa menegangkan.

Aku memutar leher. Mengikuti arah kepergian Tamara.

“Beres.” Kak Daffa mengusap telapak seolah berdebu.

“Parah lo, Kak.”

“Kerja lo cuma lima menit. Gue terlalu bayar mahal.”

“Masalah enggak entar?”

“Kagak.” Kak Daffa meminum jus lemon yang ada di hadapannya dengan gerak santai.

“Seriusan?”

“Gue jamin.” Dia berdiri. “Udah, yuk, balik!”

“Minum dulu lah, gue. Parah bener ke sini enggak makan apa-apa.”

Di meja bundar ini, hanya ada dua air minum. Milik Tamara dan Kak Daffa. Aku segera mengaliri tenggorokan dengan jus lemon milik Kak Daffa.

“Udah, entar gue beliin kebab pinggir jalan.”

“Astaga. Level gue ternyata cuma ampe pinggir jalan.”

Kak Daffa tertawa renyah sambil berjalan duluan.

***

“Kenapa Tamara lo tolak, Kak? Dia cantik, loh. Lo juga udah cukup umur.”

“Belum pingin nikah gue.”

“Lo gak punya hubungan spesial, ‘kan sama abang gue.”

“Najis,” umpatnya tak suka.

Kini giliranku yang tertawa puas.

Aku dan Kak Daffa tidak langsung pulang setelah dari restoran tadi. Kami nongkrong dulu di taman kota sambil ngobrol. Duduk di kursi permanen yang telah disediakan. Tak jauh dari kami, para pedagang kaki lima berjajar.

Ada kebab, sosis bakar, siomay, tukang kopi, nasi goreng, sampe seafood jalanan juga ada.

Di sini, banyak anak muda nongkrong malam mingguan. Kalau dilihat-lihat dari penampilan, aku dan Kak Daffa paling good looking. Rapi dan berkelas. Belum lagi audi yang terparkir cantik di sana. Lengkap.

Sayangnya yang tak melengkapi adalah jajanan kami. Cuma kebab dan minuman bersoda.

“Lagi sibuk apa di kampus?” Kak Daffa melirik. Dia duduk condong ke depan. Sikut bertumpu pada paha.

“Gue sama temen-temen lagi garap film pendek begitu, sih.” Aku kesulitan bicara karena sedang mengunyah kebab.

“Temanya?”

“Back to nature.”

“Hm ... bikin yang beda lah.”

“Contohnya?”

“Lo bisa bikin kehidupan seribu tahun lagi misal. Ketika sudah jarang pohon dan kehidupan didominasi robot-robot.”

“Jangan yang dana besar lah, kasih ide yang sesuai kantong mahasiswa.”

“Em ... entar coba gue pikirin.” Pria di sampingku ini menegak air dalam kaleng bersodanya.

“Kak.”

“Hm?”

“Ngapain tadi pake ngaku-ngaku hamilin gue. Emang gak bisa pacaran biasa aja. Bikin dia pergi doang, mah, gampang.”

“Gue emang sengaja pengin Tamara dan bokap nyokap gue berpikir kalo gue seberengsek itu.”

“Masalah enggak entar? Biasanya ada ekornya abis begini-beginian.”

“Kagak. Paling gue dimaki. Udah biasa.”

Kak Daffa tiba-tiba mengeluarkan sapu tangan merah. Lalu mengusap bibirku dengan gerak kasar.

“Buset.” Aku memekik.

“Makan kek gembel.” Dia membuang sapu tangannya di atas pahaku.

“Lagian lo kasih jajanan kebab. Emang gue bisa anggun makan yang segede gini.”

“Biasanya juga makan burger jumbo yang segede gaban.”

“Mana ada. Gue gak kenal burger. Biasanya gue makan Krabby Patty di restorannya Tuan Crab yang segede gini.” Aku menunjukkan ukuran dengan jempol yang hampir bertemu telunjuk.

Kak Daffa berdecak lalu tersenyum.

“Jajan lagi gak?” tanyanya setelah kebabku habis.”

“Sosis, ya?”

“Ya udah, ambil!”

Aku mengambil beberapa sosis berukuran jumbo. Kak Daffa langsung membayarnya.

Aku bukan kelaparan. Hanya males aja malam minggu kesepian di rumah. Kalau pulang agak larut kan bisa langsung tidur. Tak perlu meratapi kejomloan ini.

“Nih pake!” Kak Daffa menyerahkan jasnya saat kami hendak kembali duduk.

“Kagak ah.”

“Angin malam. Gue entar dimarahi tante.”

“Hm ... terpaksa.” Aku meletakkan jas di pundak dengan asal.

“Cowok lo gak nyari malam minggu gini?”

“Gue single.”

“Gaya lo. To the point aja gak laku.”

“Eh, sorry. Single itu pilihan. Jomlo itu takdir.”

“Ngeles.”

Selanjutnya, aku asyik makan sosis. Kak Daffa diam cukup lama.

“Cowok idaman lo kek gimana?” Dia kembali mencari topik obrolan.

“Gue tuh suka yang gayanya kek cupu gitu.”

“Cupu?” Kak Daffa mengernyit lalu dia tersenyum menertawakan.

“Bukan gitu. Maksud gue tuh penampilannya kek cowok jenius. Pake kaca mata. Introvert. Kalo bicara kek cuma bahas yang serius-serius aja. Enggak petakilan dan berengsek kek lo dan abang gue.”

“Oh, kalau anak SMA itu mungkin cowok-cowok yang ada di kelas akselerasi gitu ya. Yang gak pinter bersosialisasi, tapi otaknya ngisi.”

“Ya, yang gitulah.”

“Di kantor gue banyak tuh yang begitu, tapi tetep aja gue bosnya. Sepinter apa pun mereka gue tak tertandingi.”

“Helloooow. Itu perusahaan bokap lo kali.”

“Sama.”

“Tadi sok jadi anak durhaka. Sekarang banggain harta ortu. Gak konsisten lo.”

Kak Daffa tidak menanggapi. Hanya diam melihat jalanan. Beberapa menit tak bersuara. Musik dari lapak pemilik seafood mendominasi telinga.

Kak Daffa melirik. Melihat dengan sorot aneh. “Lo makan sosis kek anak kecil.”

“Napa emang?”

Kak Daffa kembali mengambil sapu tangannya di atas pangkuanku.

“No. ... no... No. ... gue bisa bersihin sendiri. Ini mayonesnya enak, tahu.” Aku membersihkan bibir dengan jari sendiri dan menyelamatkan sisa mayo.

“Astaga. Klarisa.” Dia mengumpat jijik.

Aku tertawa puas.

***

Jam sepuluh, kami memutuskan pulang. Berjalan beriringan menuju kendaraan yang terparkir di pinggir jalan.

Suara lamborghini yang melaju pelan menarik perhatian. Jika yang lain terpukau karena kemewahannya. Aku dan Kak Daffa terpana karena curiga pada penumpang di dalamnya.

Tepat ketika Kak Daffa hendak membuka pintu, kendaraan mewah itu berhenti tepat di belakang Audi.

Sedetik sebelum penumpang turun, aku menunduk dan menggeleng. Menyembunyikan muka dengan rambut. Persis kek setan.

Itu pasti bokap nyokapnya Kak Daffa. Mampus!
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rohaepi
lumayan menarik certain nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0003

    Kak Daffa berlari mendekat. Dia membuka pintu mobil dan sedikit mendorong tubuhku. Detik kemudian, terdengar suara kendaraan terkunci. Aku duduk gusar. Nengok ke belakang melihat keadaan. Tampak dua wanita yang turun dari Lamborghini—Tamara dan maminya Kak Daffa. Tamara pasti sudah bilang kejadian

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0004

    “Andre!” Aku melambaikan tangan dan segera menghampiri pria yang baru saja mendekati gedung fakultas. Andre tersenyum manis dan memelankan langkah. “Hai, Risa.” Lima langkah, aku mendekatinya. “Aku udah ngerjain yang kemarin, loh.” “Oke nanti aku cek.” “Udah dapat ide film yang mau kita garap?”

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0005

    “Gak mau.” Aku menggetok Kak Daffa dengan gagang sapu. “Eh!” Pria tinggi itu mengusap ubun-ubunnya. “Dikasih yang enak gak mau.” Kak Daffa balik kanan. Dia mendekati meja dapur lalu buat kopi sendiri. Emang dasar, tamu kurang asem. “Ngapain ke sini. Kak Mandala aja belum pulang.” “Mau nginep gue

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0006

    BAB 6 Gara-gara gak bisa nebeng. Aku harus berangkat naik angkot lalu pindah ke busway. Dua kali naik turun busway, barulah sampai halte dekat kampus. Dari sini, jarak masih 200 meter. Itu baru sampai gerbang depannya saja, belum masuk fakultas. Jam delapan lebih sepuluh menit, aku terengah-engah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0007

    BAB 7 Rabu pagi. Aku sudah melihat pemandangan tak mengenakkan. Rencana meeting hari ini harusnya jam sepuluh, tapi Natasya dan Mita sudah datang dari jam delapan. Lihatlah! Mita sibuk curi perhatian sama Mama. Dia bantuin buat kue segala. Kalau Natasya sibuk deketin Kak Mandala. Mereka lagi nyany

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0008

    BAB 8 Saat tersadar, aku sedang berbaring di sofa hitam. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruang sambil mencoba duduk. Aku berada di ruang luas berdinding granit putih. Di belakang tempatku duduk ada jendela lebar tertutup tirai tipis. Sedikit sekali furnitur di ruang ini. Hanya ada lemari panjang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0009

    BAB 9Malam yang gerah. Kipas angin berputar ke kanan dan kiri. Mama sedang membaca di ruang tamu. Kak Mandala terdengar memainkan piano di kamarnya. Tak perlu heran jika setiap waktu kakakku itu bermain musik. Selain hobi, dia juga bekerja sebagai sound effect di perusahaan media. Sering kali dia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0010

    “Udah?”“Ya.”“Turun!”“Ih!” Aku memukul lagi pundaknya.***Di kampus, Andre mengajakku menuju masjid karena teman-temanku belum datang, jadi ikut saja. Ternyata di sana sedang ada perkumpulan anak-anak LDK. Aku langsung merasa asing karena menjadi satu-satunya wanita yang tidak berkerudung di anta

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06

Bab terbaru

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0186

    “Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0185

    PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0184

    “Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0183

    PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0182

    “Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0181

    BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0180

    Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0179

    BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0178

    BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan

DMCA.com Protection Status