Share

Bab 0006

Author: Nendia
last update Last Updated: 2023-08-06 15:21:52

BAB 6

Gara-gara gak bisa nebeng. Aku harus berangkat naik angkot lalu pindah ke busway. Dua kali naik turun busway, barulah sampai halte dekat kampus.

Dari sini, jarak masih 200 meter. Itu baru sampai gerbang depannya saja, belum masuk fakultas.

Jam delapan lebih sepuluh menit, aku terengah-engah di depan ruang berpintu kaca buram. Mengatur napas sebelum masuk kelas.

Gara-gara Kak Daffa kurang asem, aku harus lari-larian begini.

Aku hati-hati membuka pintu. “Permisi, Prof.”

Lelaki beruban yang sebagian rambutnya sudah tak tumbuh itu menurunkan kaca mata. Dia sedang duduk di depan kelas. Melihat laptopnya dengan jarak begitu dekat. Sepertinya perkuliahan baru saja dimulai.

“Ka ... Karisa?”

“Klarisa, Prof.”

Prof Hendo melirik jam. “Anak sekarang, diberi toleransi sepuluh menit harus dimanfaatkan. Kau pikir itu diskon?” Pria itu kembali pada laptopnya.

Aku menghela napas lalu masuk dan duduk di kursi paling belakang.

Baru menghela napas panjang tiga kali, seseorang menyodorkan minum.

Aku menengok, kaget. Tumben ada yang perhatian. Tahu aja kalau aku kehausan.

Orang yang belakangan ini begitu kukagumi tersenyum ramah. “Kesiangan, ya?”

“Iya ... thanks.” Aku menerima air yang dia sodorkan.

“Tidak diantar kakak?”

“Enggak, dia sama pacarnya.”

“Besok juga gak diantar lagi?”

“Besok libur, ‘kan?”

“Eh, iya ... besoknya lagi?”

“Mungkin, enggak.”

“Boleh aku jemput?”

“Mau emang?”

“Kalau gak keberatan.”

“Enggak, lah.”

Andre tersenyum dan mengangguk. Aku punya feeling dia sedang pendekatan. Wah, tampaknya aku gak akan jomlo lagi.

“Sut!” Dia menunjuk depan dengan kerlingan mata. Baru sadar kalau tiga detik lalu kami cuma pandang-pandangan. Aku menunduk, kemudian membuka minum. Susah. Ternyata masih disegel.

Andre merebutnya dan membukakan lalu mengembalikannya lagi padaku. Bunga-bunga di sekelilingku terasa semakin banyak. Andre bukan cuma anak baik, tapi juga perhatian.

***

Meski diawali pagi yang berantakan, siangnya berjalan lancar. Malah, aku dapat kejutan lagi di sore harinya.

Setelah salat asar di masjid kampus. Aku dan beberapa teman duduk-duduk dulu di teras sambil membicarakan tugas.

Andre tiba-tiba menghampiri. “Risa, hari ini jadwal sampai jam berapa?” Dia berdiri sambil menggulung lengan kemeja sampai sikut.

“Sekarang, Dre. Kenapa?”

“Aku anter, ya, biar tahu rumah kamu.”

“Cie ... cie ....” Mita dan Tania meledek. Mereka memang tahu kalau aku naksir Andre.

Diledek begitu Andre sepertinya tidak keberatan. Dia hanya menyungging senyum ramahnya.

“Boleh.”

“Tapi aku masih ada kumpulan. Nunggu, bisa?”

“Bisa lah, apa yang enggak buat Andre!” seru Mita.

Aku memukul lengan Mita. “Boleh, Dre. Gak masalah.”

“Oke, tunggu, ya. Sebentar, kok.”

Andre berlalu ke arah tempat wudu. Mita dan Tania memutuskan untuk pergi duluan. Aku duduk diam menunggu Andre sambil memainkan ponsel.

Di balik kaca masjid, terlihat Andre salat. Setelah itu dia ke sisi kiri masjid lalu berkumpul di sana dengan beberapa laki-laki. Sepertinya itu anak-anak LDK (Lembaga Dakwah Kampus), terlihat mereka memanjangkan janggut dan bercelana cingkrang. Andre tidak berpenampilan seperti mereka, dia biasa saja, tapi aku tahu dia baik.

“Lama, ya, Risa?” Andre mendekat dengan menjinjing ransel.

“Bentar, kok.”

“Pulang sekarang?”

“Yuk!”

Kami sama-sama pasang sepatu lalu berjalan beriringan menuju parkiran. Sepanjang jalan, dadaku berdebar tak biasa.

Dengan menggunakan motor matic, kami menerobos jalanan kota. Macet luar biasa. Meski motor sudah mepet-mepet, tetap saja berjalan lambat.

Andre menepi di sebuah warung bakso yang cukup besar. “Kita makan dulu, ya.”

“Boleh.”

“Atau kamu mau yang lain?”

“Enggak, ini aja.”

Aku turun. Buka helm lalu masuk warung bakso bersama Andre. Kami memilih kursi paling ujung. Andre mengambil dua teh botol dan membaginya denganku.

“Macet banget.”

“Iya, ih, parah.”

“Biasanya kalau pulang naik apa?”

“Busway.”

Andre membuka kacamatanya dan membersihkan dengan kain khusus. Tanpa benda itu, mata Andre terlihat lebih sayu, hidungnya kecil mancung. Dia tak kalah tampan dari Kak Daffa. Hanya saja, Kak Daffa sudah terlampau tua. Kalau Andre kan seusiaku.

“Kakak kamu marah gak kalau lihat aku anterin.”

“Enggak lah, ngapain.”

“Aku takut dia marah. Suka segan lihat kakak kamu.”

“Cuek aja, Dre.”

Makanan datang. Kami menghentikan obrolan. Fokus pada mangkuk masing-masing.

“Selain kakak kamu ada yang lain lagi gak yang marah.”

“Siapa? Gak ada.”

“Pacar.”

“Pacar gue di Korea. Ji Chang Wook. Tenang aja.”

Andre tersenyum. “Bukan BTS.”

“Itu pacar ke dua.” Aku menyuap bakso kecil.

“Kalau Kak Daffa, pacar bukan?”

Mendengar nama Kak Daffa, pikiranku melayang pada perkataannya tadi pagi. “Jaga anak kita.”

Ingatan itu memberi rasa tak nyaman. Membuat makanan yang sedang kutelan jadi salah jalan. Aku tersedak. Sakit sekali.

“Risa tidak apa-apa?” Andre membantu menepuk pundak.

Aku terbatuk-batuk.

“Minum!” serunya setelah cukup reda.

“Pertanyaanku buat gak nyaman, ya. Maaf.”

“Enggak masalah. Kok, kamu punya pikiran gitu, kenapa?”

“Beberapa kali kamu pernah diantar jemput sama dia, ‘kan?”

“Oh, dia cuma temen kakakku.”

“Kirain pacar.”

“Enggak lah.”

***

Aku datang di rumah jam lima. Kak Mandala ternyata sudah pulang. Lelaki itu berdiri di pintu. Mengawasi aku dan Andre.

Aku segera membuka helm. Andre tampak tak nyaman menyadari kehadiran Kak Mandala. Dia mengangguk hormat pada lelaki yang melipat tangan di dada itu. Kak Mandala membalasnya dengan menaikkan dua alis sekilas.

“Marah, ya, kakak kamu?”

“Enggak, dia emang gitu. Menyebalkan.”

“Ya udah, aku langsung pulang.”

“Hati-hati, Andre. Thanks, ya.”

“Sama-sama, Risa.”

Andre kembali menyusuri jalanan. Aku segera masuk rumah. Mendekati Kak Mandala yang berjaga di pintu.

“Siapa?”

“Temen.”

“Anak mana?”

“Mana gue tau.”

“Kenapa jam segini baru nyampe rumah?”

“Makan dulu tadi.”

“Pacaran, ya, lo?”

“Kagak, ih. Lagian kalo pacaran kenapa? Masalah? Andre itu anak baik-baik gak kayak lo.”

“Halah. Luarnya aja baik. Gue tarining dulu dia kalau lo mau pacaran.” Kak Mandala balik kanan. Masuk rumah.

“Jangan nyebelin gitu dong, Kak. Jomlo terus gue entar.”

“Bodo.”

“Ich!” Aku mengentakkan kaki. Punya abang satu saja menyebalkannya setengah mati.

Aku menyimpan barang-barang di kamar lalu melihat ruangan- ruangan di rumah. Kemudian ke gazebo.

“Kak Daffa mana, Ma?”

“Dia kan emang tidak ke sini, Sa.”

“Oh, ya. Gak jadi diusir?”

“Hus, apa sih?”

Hmmm, sepi juga gak ada Kak Daffa. Gak ada teman bercanda. Padahal tadinya mau kukasih perhitungan.

“Ngapain nyari Daffa? Kangen lo?”

“Amit-amit.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
kangen itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0007

    BAB 7 Rabu pagi. Aku sudah melihat pemandangan tak mengenakkan. Rencana meeting hari ini harusnya jam sepuluh, tapi Natasya dan Mita sudah datang dari jam delapan. Lihatlah! Mita sibuk curi perhatian sama Mama. Dia bantuin buat kue segala. Kalau Natasya sibuk deketin Kak Mandala. Mereka lagi nyany

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0008

    BAB 8 Saat tersadar, aku sedang berbaring di sofa hitam. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruang sambil mencoba duduk. Aku berada di ruang luas berdinding granit putih. Di belakang tempatku duduk ada jendela lebar tertutup tirai tipis. Sedikit sekali furnitur di ruang ini. Hanya ada lemari panjang me

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0009

    BAB 9Malam yang gerah. Kipas angin berputar ke kanan dan kiri. Mama sedang membaca di ruang tamu. Kak Mandala terdengar memainkan piano di kamarnya. Tak perlu heran jika setiap waktu kakakku itu bermain musik. Selain hobi, dia juga bekerja sebagai sound effect di perusahaan media. Sering kali dia m

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0010

    “Udah?”“Ya.”“Turun!”“Ih!” Aku memukul lagi pundaknya.***Di kampus, Andre mengajakku menuju masjid karena teman-temanku belum datang, jadi ikut saja. Ternyata di sana sedang ada perkumpulan anak-anak LDK. Aku langsung merasa asing karena menjadi satu-satunya wanita yang tidak berkerudung di anta

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0011

    BAB 10 Mobil yang sudah dimodifikasi ini terlihat lebih mewah isinya. Aksesoris lengkap dengan kursi yang pastinya nyaman. Selain Om Handri, ada dua pria berseragam hitam di dalam sini. “Om pangling lihat kamu. Kirain tadi bukan Klarisa.” Aku melihat kerudung sendiri. Baru sadar kalau penampilan

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0012

    “Kenapa saya harus ikut campur dalam mengatur hidup Daffa, Tuan Handri.” “Sebagai pertanggungjawaban karena anak-anakmu sudah membantunya menggagalkan perjodohanku kemarin.” Mama melempar pandang. Melihatku dengan sorot kecewa. “Tuan, kehidupan anak-anak bukan untuk diatur orang tua semaunya. Bia

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0013

    BAB 11 Kak Daffa diam. Pria berkemeja hitam yang dua kancingnya terbuka ini hanya melihat jalanan depan sekolah dengan tatapan kosong. Dia bersandar pada kursi. Sebelah tangannya di belakang kepala. Dari semerawut tampilannya, tidak akan ada orang yang menyangka dia anak pemilik perusahaan multime

    Last Updated : 2023-08-09
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0014

    Aku menghela napas. Apa yang Kak Daffa katakan memang benar. Selama ini Kak Mandala sibuk menafkahi keluarga. Aku jadi teringat bagaimana manusia dingin itu menghabiskan masa remajanya. Papa pergi saat dia kelas dua SMA. Habisnya uang pesangon dan harta berharga lainnya, membuat kami jatuh miskin.

    Last Updated : 2023-08-09

Latest chapter

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0186

    “Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0185

    PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0184

    “Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0183

    PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0182

    “Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0181

    BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0180

    Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0179

    BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0178

    BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan

DMCA.com Protection Status