Share

Bab 0007

Penulis: Nendia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-06 15:22:03

BAB 7

Rabu pagi. Aku sudah melihat pemandangan tak mengenakkan. Rencana meeting hari ini harusnya jam sepuluh, tapi Natasya dan Mita sudah datang dari jam delapan.

Lihatlah! Mita sibuk curi perhatian sama Mama. Dia bantuin buat kue segala. Kalau Natasya sibuk deketin Kak Mandala. Mereka lagi nyanyi-nyanyi berdua di belakang.

Kesel kalau lihat Kak Mandala didekati cewek-cewek. Ini bukan hanya berlaku sekarang, tapi dari dulu. Semua teman yang dekat denganku bukan semata-mata ingin berteman, tapi ingin kenal sama kakakku.

Heran. Kenapa Kak Mandala laku banget, tapi aku enggak. Padahal kan pengin dikejar-kejar cowok juga.

Pesona Kak Mandala bukan hanya terlihat di mata teman-teman saja, tapi di mata keluarga juga. Setiap ada perkumpulan keluarga yang jadi perhatian ya Kak Mandala. Dia ditanya ini itu, kalau aku dicuekin. Enggak tahu kenapa. Perasaan aku gak jelek-jelek amat.

Jam sepuluh, suasana mulai baik. Andre datang. Kami pun bisa serius mendiskusikan projek, tapi itu hanya berlaku setengah jam. Karena setengah jam kemudian, Kak Daffa datang.

Pria yang memakai celana jeans dan kaus hitam bertuliskan salah satu brand mahal itu mendekati gazebo. Kaca mata hitam menggantung di kerah bajunya. Kedatangan Kak Daffa sontak menarik perhatian Mita dan Natasya.

“Hai, Kak Daffa.”

“Woi.” Pria itu bertumpu telapak pada tiang gazebo. “Lagi ngapain kalian?”

“Meeting, Kak,” jelas Andre sopan.

Kak Daffa mencondongkan badan. Melihat Andre lebih dekat. “Cowok idaman lo, Sa?” katanya sambil mendorong pundakku.

Kurang asem. Ngomong depan orangnya. Mau ditaruh mana mukaku.

“Mulutmu itu, Kak. Udah sana pergi!”

Bukannya pergi, dia malah ikut duduk di ujung gazebo. Sebelah kakinya melipat, sebelahnya lagi menjuntai ke bawah. Dia mengambil berkas-berkas yang ada di tengah-tengah kami.

“Ini tugas yang lo bilang kemarin?” Dia mengacungkan lembaran itu.

“Yaps.”

“Sampah ini!” serunya sambil membuang.

“Harus gimana dong, Kak? Kasih ide.” Natasya menatap dengan binar di kedua netranya.

Kak Daffa mulai menjelaskan ide. Bicara mendominasi. Dia mau menyandingkan perbedaan kehidupan dalam rentang waktu 100 tahun. Lokasi zaman dulu akan diambil di Badui.

Idenya cukup menarik. Anak-anak merespons suka. Andre menambahkan satu dua gagasannya.

Selanjutnya Kak Daffa dan Andre saling diskusi. Aku dan dua cewek lain, sibuk mencatat.

“Keren ini,” seloroh Mita.

“Dramanya juga menarik, jadi kelihatan gak menggurui, iya gak, sih?” timpal Natasya.

“Yang mau jadi pemeran utamanya siapa?” Aku melirik semua.

“Kak Daffa aja sama Kak Mandala.” Mita bicara penuh semangat.

“No! Jangan gue. Apa lagi Mandala. Sekali kita nongol di kamera, besoknya kita jadi artis.”

“Preetttt. Sok ngartis.” Aku menjulurkan lidah.

“Heh, kacamata. Lo aja!” Dia menunjuk Andre dengan sorot mata songong. Gak sopan banget.

“Aku demam kamera, Kak.”

“Kalau gitu yang di sini paling cantik ajalah.” Dua iris hitam Kak Daffa mengawasi aku, Mita, dan Natasya.

Aku tersenyum manis. Dua kali mengedipkan mata. Berharap dibilang cantik maksudnya.

“Nama lo siapa?” Mata Kak Daffa menunjuk Natasya.

Enggak tahu kenapa aku jadi kesel banget dengernya. Perasaan cantikkan gue, deh.

“Aku, Kak?” Natasya menunjuk diri sendiri dengan begitu bangga. “Natasya.”

“Nah, lo aja.”

“Yes, dibilang cantik sama Kak Daffa.”

“Ya, lumayanlah.”

Ih. Lebay.

“Sudah, ‘kan? Gue pinjem dulu Risa kalau gitu.” Dia berdiri sambil memasukkan ponsel ke dalam kantong celana.

“Ngapain, Kak?”

“Ada yang penting, sini dulu bentar!” Dia jalan mendahului. Masuk ke dalam rumah.

Aku cepat turun dari gazebo. Memakai sandal dan mengikutinya.

Kak Daffa berhenti di teras depan.

“Masalah apa?”

Pria itu menggaruk pelipisnya dengan ujung jari. “Bokap gue keknya nyariin lo, Sa.”

“Ha? Terus.”

Kak Daffa merangkul pundakku lalu bicara pelan. “Kalau lo ketemu bokap gue, terus dia tanya-tanya masalah kehamilan, lo jawab sesukanya. Apa kek. Yang penting dia empet sama lo. Lo, kan, paling pinter bikin orang lain kesel.”

Aku menimbang. Kalau bikin orang lain kesel, sih, mudah. Dari pada ngaku-ngaku hamil terus malah dikejar-kejar.

“Ada duitnya kagak?”

“Ada. Tenang.”

“Oke. Gampang itu, sih.”

“Lo bisa?”

“Kecil.”

“Itu baru ade gue.” Kak Daffa mengacak rambut atasku. Aku kembali merapikan dengan gelengan.

“Mau, dia?” Kak Mandala keluar. Duduk di kursi teras.

“Mau.”

“Awas jangan bawa-bawa nama gue. Bisa dipecat gue entar.”

“Biarin. Mau gue bilang sekalian yang kemarin itu skenario lo.”

Kak Mandala kepanikan. Dia sampai berdiri dari duduknya. “Heh, jangan main-main lo, Risa!”

Aku melenggang ke pintu rumah lalu menjulurkan lidah.

“Gak gue bayar kuliah lo entar.”

“Bodo!” Aku berlalu tak peduli. Kapan lagi buat Kak Mandala sedikit berekspresi.

***

Aku dan Andre merekap hasil diskusi di laptop masing-masing. Mita dan Natasya membantu Mama menyiapkan makan siang.

Beberapa menit kami fokus input data. Kipas angin yang berputar di atas kami mampu menurunkan suhu Jakarta yang luar biasa panasnya.

“Papa kamu ke mana, Sa?” Andre tiba-tiba bicara.

“Udah gak ada.”

“O,. maaf.”

“Gak apa-apa, kok.”

“Bapakku juga gak ada. Jadi, harus berjuang sendiri untuk mencari ilmu.” Tatapan Andre berpindah dari laptop ke jajaran tanaman sayuran. Dia terlihat menerawang jauh.

“Udah meninggal juga?”

“Bukan. Nikah lagi. Mungkin lebih tepatnya ganti istri.”

Setahuku, Andre ini memang anak dari luar Jakarta. Dia kuliah di sini karena beasiswa.

“Aku malu sama kamu. Kamu bisa dapat beasiswa, aku masih ngandelin kakak.”

“Kalau biasa gue lo gak apa-apa gak perlu pake aku kamu. Malah kelihatan kaku.” Andre menyungging senyum manis.

Aku duduk. Senyumannya membuatku malu.

“Enak, ya, kalau punya kakak baik, ada tanggung jawabnya sama adek.”

Aku mengangguk setuju. Serese apa pun kakakku dia cowok yang bertanggung jawab.

Andre kembali melihat laptopnya. “Risa, aku kirim email. Nanti kamu tinggal lengkapi naskahnya. Coba dicek.”

Aku membuka email yang dikirim Andre. “Ini udah ada.”

Andre mendekati layar laptopku. “Ini contoh. Ini yang harus kamu buat. Gak susah, kok. Gampang.”

“Hm ... oke, oke.”

“Aku balik, ya, kalo gitu.” Andre mengemasi barangnya.

“Loh, mama sama anak-anak lagi nyiapin makan tau.”

“Makasih, tapi aku ada urusan lain. Besok aku jemput, ya.” Andre sudah memasang ranselnya. Dia turun siap meninggalkan gazebo.

“Makan dulu padahal, Dre.” Aku mengekor.

“Sorry banget. Kapan-kapan, ya.”

Andre pamitan pada Mama dan anak-anak lalu langsung menuju motornya. Aku mengikuti. Mengantar sampai depan rumah.

Pria berkaca mata itu memperbaiki ranselnya lalu memakai helm.

“Heh, anak mana lo?” Kak Mandala tiba-tiba nongol.

Andre melihat Kak Mandala dengan sorot sungkan lalu melirikku.

“Saya tinggal dekat kampus, Kak. Ngekos.”

“Suka lo sama adek gue?”

Andre melihatku lagi dan hanya diam.

“Pacaran kalian?” Kak Mandala terus bertanya mengintimidasi.

“Apaan sih, Kak? Udah sana!” Aku mendorong Kak Mandala.

Aku bukan tak laku, tapi kalau ada yang deketin, ya gini. Suka diisengin Kak Mandala.

“Kita gak pacaran, Kak. Pacaran dilarang agama!” seru Andre.

Kak Daffa yang berdiri agak jauh tertawa terbahak-bahak. Dia melipat tangan di dada sambil bersandar pada dinding rumah. “Heh, kacamata. Lo pikir boncengan ma Risa gak dilarang agama? Parah lo. Alim nanggung-nanggung.”

“Itu nolong temen, Kak.”

Andre sepertinya terpojok. Aku mendorong Kak Mandala untuk terus menjauh. Bisa-bisa jomlo sampai tua kalau begini terus. “Udah sana, ih. Maaf, ya, Andre.”

“Gak apa, Risa.”

Aku terus menarik Kak Mandala sampai masuk rumah. “Lo nyebelin, Mandala!”

“Gue nolongin lo biar gak patah hati.”

“Lo bikin gebetan gue pergi!”

“Kalau baru digituin kapok, berarti dia gak serius.”

“Tahu ah! Gue bete sama lo.” Aku berlari ke kamar. Membanting pintu dan segera menguncinya. Abis itu memukuli guling sambil nangis.

“Mandala ... nyebelin banget!”

***

Feeling-ku udah jelek. Andre pasti gak jadi jemput. Dia mungkin gak akan deketin lagi. Aku juga marahan sama Kak Mandala jadi gak bakal nebeng.

Saat sedang memakai sepatu di depan rumah, tiba-tiba sebuah motor matic berhenti. “Risa, sudah siap?”

“Andre?” Aku terpana lalu tersenyum.

“Aku gak terlambat, ‘kan?”

“Pas banget aku baru mau berangkat.”

“Syukurlah, ayo!”

Aku langsung berlari dan naik motor Andre. Tanpa ba bi bu, dia segera tancap gas.

“Maafin kakakku kemarin, ya, Dre.”

“Gak apa. Itu bentuk sayang kakak ke adek.”

“Serius, kamu bisa maklum?”

“Iya.”

Pagi yang macet hari ini terasa berbeda. Seperti ada pelangi di sepanjang jalan yang kami lewati. Yes, gak jadi patah hati.

***

Pulangnya, aku gak bareng Andre karena dia masih ada jadwal. Sementara jadwalku sudah selesai dari tengah hari.

Aku menyusuri trotoar untuk sampai di halte terdekat. Panas matahari jam dua sangat menyengat. Jalanan lebar penuh dengan kendaraan. Menambah tingkat kepanasan kota ini.

Sebuah mobil hitam berhenti di bahu jalan. Jaraknya sekitar satu meter di depanku.

Benak bertanya, siapa yang berhenti di pinggir jalan seenaknya? Apa dia mau diderek Dishub?

Pintu mobil bergeser. Empat pria berpakaian hitam turun. Tubuh mereka tinggi besar, berotot.

Mereka langsung mengapitku. Memegang lengan kanan dan kiri.

“Heh, ngapain kalian?”

“Ikut kami!”

“Enggak. Heh, mau dibawa ke mana gue. Heh!” Aku berontak. Percuma. Tenaga tak sebanding. Dengan mudah, aku dizinjing masuk ke dalam mobil.

“Tolong ... tolong! Tol—”

Kain yang ditempelkan ke hidung membuat kepala pusing dan pandangan jadi kabur.

Bab terkait

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0008

    BAB 8 Saat tersadar, aku sedang berbaring di sofa hitam. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruang sambil mencoba duduk. Aku berada di ruang luas berdinding granit putih. Di belakang tempatku duduk ada jendela lebar tertutup tirai tipis. Sedikit sekali furnitur di ruang ini. Hanya ada lemari panjang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0009

    BAB 9Malam yang gerah. Kipas angin berputar ke kanan dan kiri. Mama sedang membaca di ruang tamu. Kak Mandala terdengar memainkan piano di kamarnya. Tak perlu heran jika setiap waktu kakakku itu bermain musik. Selain hobi, dia juga bekerja sebagai sound effect di perusahaan media. Sering kali dia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0010

    “Udah?”“Ya.”“Turun!”“Ih!” Aku memukul lagi pundaknya.***Di kampus, Andre mengajakku menuju masjid karena teman-temanku belum datang, jadi ikut saja. Ternyata di sana sedang ada perkumpulan anak-anak LDK. Aku langsung merasa asing karena menjadi satu-satunya wanita yang tidak berkerudung di anta

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0011

    BAB 10 Mobil yang sudah dimodifikasi ini terlihat lebih mewah isinya. Aksesoris lengkap dengan kursi yang pastinya nyaman. Selain Om Handri, ada dua pria berseragam hitam di dalam sini. “Om pangling lihat kamu. Kirain tadi bukan Klarisa.” Aku melihat kerudung sendiri. Baru sadar kalau penampilan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0012

    “Kenapa saya harus ikut campur dalam mengatur hidup Daffa, Tuan Handri.” “Sebagai pertanggungjawaban karena anak-anakmu sudah membantunya menggagalkan perjodohanku kemarin.” Mama melempar pandang. Melihatku dengan sorot kecewa. “Tuan, kehidupan anak-anak bukan untuk diatur orang tua semaunya. Bia

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0013

    BAB 11 Kak Daffa diam. Pria berkemeja hitam yang dua kancingnya terbuka ini hanya melihat jalanan depan sekolah dengan tatapan kosong. Dia bersandar pada kursi. Sebelah tangannya di belakang kepala. Dari semerawut tampilannya, tidak akan ada orang yang menyangka dia anak pemilik perusahaan multime

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0014

    Aku menghela napas. Apa yang Kak Daffa katakan memang benar. Selama ini Kak Mandala sibuk menafkahi keluarga. Aku jadi teringat bagaimana manusia dingin itu menghabiskan masa remajanya. Papa pergi saat dia kelas dua SMA. Habisnya uang pesangon dan harta berharga lainnya, membuat kami jatuh miskin.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0015

    BAB 12Hari semakin sore, mata kuliah Mr. Richard pasti sudah berakhir. Aku tidak kembali lagi ke kampus. Kak Daffa langsung mengantarkan ke rumah.Setiap detik aku memikirkan tawaran Kak Daffa. Mau setuju, berat. Mau dilepas juga sayang.“Jangan dulu bilang apa-apa sama Mandala. Takutnya dia malah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09

Bab terbaru

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0186

    “Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0185

    PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0184

    “Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0183

    PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0182

    “Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0181

    BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0180

    Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0179

    BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0178

    BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan

DMCA.com Protection Status