Share

Bab 0004

Author: Nendia
last update Last Updated: 2023-07-24 21:09:20

“Andre!” Aku melambaikan tangan dan segera menghampiri pria yang baru saja mendekati gedung fakultas.

Andre tersenyum manis dan memelankan langkah. “Hai, Risa.”

Lima langkah, aku mendekatinya. “Aku udah ngerjain yang kemarin, loh.”

“Oke nanti aku cek.”

“Udah dapat ide film yang mau kita garap?”

“Ada beberapa, nanti kita meeting lagi.” Raut ramah itu tak kehilangan senyuman.

“Oke.” Aku tersenyum bersemu.

Setiap kali melihat Andre dan sikap hangatnya, bunga-bunga seperti mengelilingiku.

“Kita kumpul di dalam aja bahasnya. Duluan, ya.”

“Hu'um.”

“Cek, cek, cek. Apa, sih, yang lo lihat dari Andre?” seloroh Natasya tepat di sampingku.

“Dia itu baik, ramah, lucu, terus pinter. Gemesin banget.” Mataku tak bisa beranjak dari punggung Andre. Dia sudah melewati tangga fakultas dan hilang di balik pintu kaca.

Natasya membuang napas kasar.

“Gue rasa mata lu bermasalah. Gara-gara tiap hari liat dua cowok ganteng.”

“Kak Mandala sama Kak Daffa maksud lo?”

“Siapa lagi,” selorohnya sambil jalan duluan.

“Ganteng dari Hongkong.”

Aku dan beberapa teman memilih satu kelas kosong untuk membicarakan rencana proyek film pendek. Di sini, Andre ketuanya. Sebenernya aku gak aktif-aktif banget di kampus. Kalau ada tugas kelompok pun biasanya numpang nama doang. Hanya saja, sekarang agak berbeda karena ketua kelompoknya Andre. Jadi, sekalian SKSD lah.

Masing-masing memberikan hasil kerjanya pada Andre. Lalu kami mendiskusikan hasil kerja masing-masing. Ada yang mau diubah lagi atau tidak.

Waktu satu jam ternyata tidak cukup, kami harus melanjutkan meeting di kemudian hari.

“Gimana kalau next meeting kita ngerjainnya di rumah Klarisa aja. Boleh, kan, Ris?” tanya Mita.

Semua orang melihat ke arahku. Dalam team ini ada empat orang. Andre, Natasya, Mita, dan aku.

“Rumah lo kan luas. Enak tuh di belakang rumah.” Natasya mengutarakan ide.

Aku mempertimbangkan. Cewek-cewek ini mau kumpul di rumah karena pengin ketemu Kak Mandala.

“Boleh, tidak?” Andre bertanya dengan lembut dan sopan. Kalau Andre yang nanya, aku mana bisa nolak.

“Boleh, deh. Hari apa?”

“Minggu.” Natasya dan Mita kompak.

“Minggu terlalu lama.”

“Enggak. Minggu aja Minggu. Gue gak ada waktu selain Minggu.” Natasya bicara rusuh.

“Iya, gue juga gak ada waktu,” sambung Mita.

“Minggu terlalu lama. Waktu kita mepet. Rabu saja. Rabu juga tanggal merah,” jelas Andre.

“Rabu tanggal merah?” Natasya dan Mita saling lirik. “Boleh!” seru mereka kompak.

Aku menurunkan posisi duduk. Menyandarkan kepala pada sandaran kursi. Modus banget sih mereka. Pasti pengin deketin Kak Mandala sama Kak Daffa. Semoga saja Kak Daffa gak datang ke rumah. Kalau Kak Daffa sampai datang, pasti rusuh.

***

Jadwal mata kuliah pertama jam sembilan. Keluar sekitar jam sebelas. Abis itu ada jadwal lagi pukul satu siang. Jeda sekitar dua jam biasanya kami gunakan untuk isoma atau mengerjakan tugas bareng-bareng.

Melihat bekal Natasya yang diberikan pada Kak Mandala, aku jadi tak enak hati. Dia pasti lapar, tapi tidak bisa jajan sembarangan.

“Sya, lo mau gue traktir gak hari ini?” Aku berbisik pada Natasya di akhir ceramah dosen.

“Lo kan tahu, makanan di sini gak ada yang bisa diterima perut gue.” Natasnya memasukkan binder ke dalam tas.

“Gue traktir di mall, lo boleh pilih apa aja.”

“Serius?”

“Yaps.”

“Oke kalau gitu.” Gadis berambut panjang ini tersenyum suka.

Tak mengulur banyak waktu. Aku dan Natasya langsung meninggalkan kampus. Dengan menaiki motor Natasya, kami sampai di sebuah mall dekat kampus.

Ini mall yang terkenal dengan harganya yang di atas rata-rata. Tempat toko barang-barang branded. Bawa uang seratus ribu tidak ada artinya di sini.

Pada pintu masuk, sekuriti menyambut. Memeriksa barang bawaan. Kami menyimpan tas pada mesin detektor lalu sekuriti itu mempersilakan masuk setelah tugasnya selesai.

Aku dan Natasya menuruni eskalator. Menuju tempat-tempat restoran yang ada di lantai bawah. Jika di luar, panas sangat menyengat. Di sini cukup adem.

Natasya memilih satu restoran yang bisa diterima perutnya. Kami duduk di kursi bar tinggi. Sambil menunggu pesanan jadi, aku memainkan ponsel.

Cek WA. Buka status.

Tiba-tiba, seseorang mencengkeram rambutku dari belakang. Aku limbung dan hampir terjatuh.

“Eh, sialan lo!” Aku berusaha melihat siapa yang melakukan ini. Mataku terbelalak saat sudut mata menemukannya.

“Tante! Ini jalangnya Daffa!”

Aku mencakar tangan Tamara agar cengkeramannya terlepas. Dia memekik kesakitan.

Tante Sovia berjalan cepat ke sini. Parahnya aku tak punya waktu lagi untuk kabur.

“Kamu pacarnya Daffa?” Perempuan berambut pendek ini menatapku dengan raut judes.

“Kamu hamil?” Tatapannya turun ke area perut.

Aku ikut menunduk. Besarnya hoodie tidak memperlihatkan bentuk asli perutku. Tante Sovia bisa menyimpulkan “tidak”, atau malah “ya”.

“Astaga ....” Wanita berkalung berlian itu menutup mulut. Mundur dua langkah ke belakang. “Be-berapa bulan?”

Aku ternganga. Mampus gue. Musti jawab apa?

Otak nge-blank. Gak bisa mikir sama sekali. Yang bisa kulakukan cuma ngambil tas. Abis itu jalan sambil menunduk.

“Heh, Jalang! Tante kok diam aja!” Suara Tamara di belakang. Sepertinya Tante Sovia masih dalam keterkejutannya jadi mereka tak mengejar.

Aku berlari di eskalator naik. Langsung ke luar mall.

Hari ini kacau, sampai jam mata kuliah terakhir selesai, aku penuh kekhawatiran.

***

Jam 16:30, aku sampai rumah. Bangunan bercat putih ini tidak berpenghuni. Jam segini biasanya Mama sedang mengantarkan pesanan kue.

Lempar tas. Buka hoodie. Lalu ke belakang ambil sapu. Baru sepuluh menit berlalu, bel berbunyi.

Dengan masih membawa sapu, aku membuka pintu. Kupikir itu Kak Mandala, ternyata Kak Daffa. Dia memakai kemeja biru langit dan celana hitam.

Tanpa dipersilakan masuk, dia langsung buka sepatu dan kaus kaki.

“Tante mana?” tanya tamu tak tahu diri ini.

“Pergi!” jawabku ketus. Gara-gara dia, hariku berantakan.

Ucapan Tante Sovia bisa didengar Natasya, jelas dia ikut mempertanyakan perihal kehamilanku, parahnya aku bingung harus menjelaskan dari mana.

“Emm.” Kak Daffa langsung ke belakang. Buka kulkas, ambil air. Tidak terlihat batang hidung Kak Mandala di belakangnya.

“Mana Kak Mandala?”

“Lembur,” jawabnya santai sambil menegak minum.

“Heh, Kak! Tadi gue ketemu nyokap lo di mall sama Tamara. Masa dia pikir gue hamil beneran.”

Kalimatku membuatnya terkejut. Kak Daffa menghamburkan minumannya lalu terbatuk-batuk.

“Apa lo bilang? Kok, bisa?”

Dengan kesal, kuceritakan kejadian di mall tadi secara rinci. “Mami lo syok. Dia pikir gue hamil beneran, Kak!” Aku mengernyit khawatir. “Kalau ortu lo sampe kenal gue gimana?”

Kak Daffa diam. Mimiknya jadi serius. “Palingan kita dikawinin.”

Aku menutup wajah dengan telapak tangan. “Enggak mau!” Pengin nangis rasanya.

Kak Daffa melingkarkan tangannya di leher belakangku. Bicara dekat telinga. “Kenapa? Enak, loh, jadi istri gue.”

“Kagak pokoknya.”

“Lo jadi cewek paling beruntung. Istri pewaris tunggal Kuncoro.” Kak Daffa merangkul kepalaku semakin erat.

“Ogah!”

“Lo jadi orang kaya.”

“Gak mau!”
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
mau dong sa, Daffa kayak nya suka Ama lo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0005

    “Gak mau.” Aku menggetok Kak Daffa dengan gagang sapu. “Eh!” Pria tinggi itu mengusap ubun-ubunnya. “Dikasih yang enak gak mau.” Kak Daffa balik kanan. Dia mendekati meja dapur lalu buat kopi sendiri. Emang dasar, tamu kurang asem. “Ngapain ke sini. Kak Mandala aja belum pulang.” “Mau nginep gue

    Last Updated : 2023-07-24
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0006

    BAB 6 Gara-gara gak bisa nebeng. Aku harus berangkat naik angkot lalu pindah ke busway. Dua kali naik turun busway, barulah sampai halte dekat kampus. Dari sini, jarak masih 200 meter. Itu baru sampai gerbang depannya saja, belum masuk fakultas. Jam delapan lebih sepuluh menit, aku terengah-engah

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0007

    BAB 7 Rabu pagi. Aku sudah melihat pemandangan tak mengenakkan. Rencana meeting hari ini harusnya jam sepuluh, tapi Natasya dan Mita sudah datang dari jam delapan. Lihatlah! Mita sibuk curi perhatian sama Mama. Dia bantuin buat kue segala. Kalau Natasya sibuk deketin Kak Mandala. Mereka lagi nyany

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0008

    BAB 8 Saat tersadar, aku sedang berbaring di sofa hitam. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruang sambil mencoba duduk. Aku berada di ruang luas berdinding granit putih. Di belakang tempatku duduk ada jendela lebar tertutup tirai tipis. Sedikit sekali furnitur di ruang ini. Hanya ada lemari panjang me

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0009

    BAB 9Malam yang gerah. Kipas angin berputar ke kanan dan kiri. Mama sedang membaca di ruang tamu. Kak Mandala terdengar memainkan piano di kamarnya. Tak perlu heran jika setiap waktu kakakku itu bermain musik. Selain hobi, dia juga bekerja sebagai sound effect di perusahaan media. Sering kali dia m

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0010

    “Udah?”“Ya.”“Turun!”“Ih!” Aku memukul lagi pundaknya.***Di kampus, Andre mengajakku menuju masjid karena teman-temanku belum datang, jadi ikut saja. Ternyata di sana sedang ada perkumpulan anak-anak LDK. Aku langsung merasa asing karena menjadi satu-satunya wanita yang tidak berkerudung di anta

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0011

    BAB 10 Mobil yang sudah dimodifikasi ini terlihat lebih mewah isinya. Aksesoris lengkap dengan kursi yang pastinya nyaman. Selain Om Handri, ada dua pria berseragam hitam di dalam sini. “Om pangling lihat kamu. Kirain tadi bukan Klarisa.” Aku melihat kerudung sendiri. Baru sadar kalau penampilan

    Last Updated : 2023-08-06
  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0012

    “Kenapa saya harus ikut campur dalam mengatur hidup Daffa, Tuan Handri.” “Sebagai pertanggungjawaban karena anak-anakmu sudah membantunya menggagalkan perjodohanku kemarin.” Mama melempar pandang. Melihatku dengan sorot kecewa. “Tuan, kehidupan anak-anak bukan untuk diatur orang tua semaunya. Bia

    Last Updated : 2023-08-06

Latest chapter

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0186

    “Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0185

    PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0184

    “Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0183

    PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0182

    “Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0181

    BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0180

    Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0179

    BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 0178

    BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan

DMCA.com Protection Status