Home / Historical / PERMAISURI YIN / 28. Penyamaran

Share

28. Penyamaran

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2024-12-11 22:50:32

“Tenanglah di sana, jangan keluar atau Permaisuri akan terbakar panasnya matahari. Untung tadi mendung pekat menutupi langit.” Shen Du mengembalikan arwah Li A Yin ke dalam kuilnya.

Permaisuri yang asli mulai tenang dan wajah menyeramkannya telah hilang. Meski demikian raut muka sedihnya terlihat lagi. Li Wei ada di depan matanya dan sulit untuk digapai.

“Aku hanya meminta Permaisuri bersabar. Sekarang namamu sudah bersih dari tuduhan pembunuh dan …” Shen Du menjeda ucapannya terlihat Li A Yin menaruh harapan padanya.

“Dan aku perkirakan jika tidak ada halangan, akan ada gerhana bulan tiga bulan lagi. Saat itulah Permaisuri memiliki kesempatan untuk kembali ke tubuhmu dengan catatan permaisuri yang sekarang secara suka rela meninggalkan tubuh yang ia pakai sekarang.”

Mendengar perkataan demikian, Li A Yin tersenyum bahagia. Tiga bulan lagi tidaklah lama untuk bersabar dan bersatu dengan Li Wei. Satu tahun lebih saja ia tahan dalam kerinduan.

“Pokok permasalahannya apakah permaisu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PERMAISURI YIN   29. Rumah Bordil

    Li Wei berhasil membawa Su Yin selamat sampai ke luar dinding. Mereka kini berada di bagian luar istana. Namun, lebih dekat dengan wilayah umum seperti rumah makan, penginapan, dan pasar. “Jalan ke rumah Hakim Chao Da ke sini. Pegang yang erat.” Pangeran Kedua terus memacu kudanya. Sedangkan Su Yin yang sudah biasa ke mana-mana naik MRT atau bus kota mulai merasakan sakit di punggung serta pinggangnya. Juga ia berkeringat sangat banyak. “Aduh patah pinggangku.” Suara polisi wanita itu tertelan angin. Li Wei menarik tali kekang kuda dan membawa tunggangannya menjauh sedikit dan ia melompat turun. Tangannya terulur membantu Su Yin turun. “Astaga, bagaimana cara orang-orang di masa lalu hidup seperti ini.” Dokter forensik itu melakukan stretching ringan untuk meredakan nyeri, encok, serta pegal linu. “Kau baik-baik saja?” Rasanya dalam sehari itu sudah beberapa kali Li Wei bertanya. “Sedikit. Kita di mana?” “Itu rumah hakim. Lihat prajurit sudah ada di depan. Kita lewat jalan bel

    Last Updated : 2024-12-12
  • PERMAISURI YIN   30. Kuil

    “Kau mau apa, tetap di sana dan jangan mendekat!” Su Yin menghalangi Li Wei yang terus berjalan mendekat ke arahnya. Di luar sana semakin malam suasana terdengar semakin ramai dan memacu adrenalin. “Diam, atau aku bunuh kau!” Reflesk polisi wanita itu memegang pinggang mencari pistol. Namun, tak ada apa pun di sana. Li Wei terus berjalan maju, Su Yin terus berjalan mundur, hingga kedua orang itu terpaku di dinding kayu dan saling menatap sejenak. “Aku hanya ingin tutup pintu, takut ada yang iseng masuk dan mengacaukan istirahat kita.” Li Wei menghela napas kasar. Sebenarnya ingin tapi mau bagaimana lagi Su Yin menolak terus. “Cis! Gayanya seperti orang sudah naik libido.” Benar apa kata Permaisuri tapi Pangeran Kedua masih menahan diri. “Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu. Kita harus bangun di pagi buta agar sampai di istana tepat waktu. Tidak ada yang tahu aku pergi. Semoga saja ayahanda tidak mengunjungiku malam ini.” “Benar aku boleh tidur, nanti kau …” “Kalau mau sudah d

    Last Updated : 2024-12-13
  • PERMAISURI YIN   31. Kiriman

    Selir Agung mondar-mandir di kediamannya. Hati wanita cantik tapi berhati bengis itu tak tenang. Ming Hua tahu bagaimana Putra Makhkota begitu dekat dengan adik seayahnya. Itu tidak baik menurutnya. “Nyonya, sudahlah. Apa tidak lelah dari tadi mondar-mandir terus.” Gui Mama juga pusing melihat tuannya tak tenang. “Pangeran Kedua semakin kuat, kedudukannya bisa saja menggeser putraku sewaktu-waktu.” Wanita itu bahkan mencopot hiasan kuku panjang di kelingkingnya. “Nyonya, izinkan hamba pergi sebentar dan membawa satu cara untuk menundukkan Pangeran Kedua.” Sebagai senior, Gui Mama sudah sangat hapal trik-trik di dalam istana. “Oh, Gui Mama kau memang diutus dewa untuk menyelamatkanku. Pergilah dan kembali dengan membuatku tersenyum.” Selir Agung duduk dan memperhatikan kepergian Gui Mama. Bahkan ia melewatkan jam makan siang ketika pelayannya itu belum juga kembali. Sampai hari berganti sore dan ia sudah berganti baju baru bahkan senja telah turun baru Gui Mama kembali. Tidak se

    Last Updated : 2024-12-16
  • PERMAISURI YIN   32. Mantel Bulu

    Li Wei mengabaikan urusan dengan permaisurinya terlebih dahulu. Soal cemburu, biarlah. Mungkin dari sana A Yin sadar bahwa ia harus mencintai dan berlaku baik dengan suaminya. Ada urusan lain yang jauh lebih penting. “Duduk,” ucap Li Wei pada Chang Mi ketika mereka sampai di kamar. Chang Mi duduk di tepi ranjang milik sang pangeran. Sesuai titah Selir Agung, ia harus merayu, menggoda dan membuat Li Wei penasaran dan mencintainya setengah mati. Hal demikian sudah dipelajari oleh Chang Mi di rumah bordil. Yang ia takutkan hanya ketika dapat perlakuan tak baik dari lelaki yang menginginkan tubuhnya. Chang Mi membuka satu demi satu hiasan kemudian merapikan rambutnya. Lapisan luar hanfu yang cerah juga mulai gadis itu longgarkan ikatannya. Ia menunggu dengan sabar sampai Li Wei mendatanginya. Sedangkan sang pangeran mengaduk air putih di dalam cangkir untuk diberikan pada gadis pemberian Selir Agung. Kemudian lelaki itu membuka tempat penyimpanan barang-barang berbahaya. Salah satu

    Last Updated : 2024-12-17
  • PERMAISURI YIN   33. Tamparan

    Dengan langkah penuh percaya diri walau lelah dan berkeringat, Su Yin bergerak terus menuju Istana Naga Emas yang ukurannya jauh lebih besar daripada Istana Naga Perak. “Heeei, kenapa aku tidak minta naik kereta saja, ya. Ini sih jaraknya lebih jauh ari apartmenku ke kantor.” Su Yin menyeka keringatnya. Sinar matahari juga naik semakin tinggi. “Pemaisuri, apa hamba perlu ambilkan tandu agar tidak kelelahan?” tanya Xu Chan. “Masih jauh tidak istananya?” tanya polisi wanita itu. “Tidak terlalu jauh, Nyonya, sebentar lagi juga sampai,” jawab pelayan dengan pipi tembem tersebut. “Ya sudah lanjut jalan kaki saja sampati betisku sebesar betis pemain bola, huuuh, haaah, yang kuat semangaaaat.” Berada di dalam tubuh gadis yang lemah membuat Su Yin harus banyak beradaptasi. Mulai dari olahraga angkat beban air dalam ember kayu yang ia lakukan sebelum mandi, rutin di pagi hari agar tubuh Permaisuri Li A Yin menjadi lebih kokoh. Perubahan itu mulai terasa ketika di malam hari ia tak ha

    Last Updated : 2024-12-18
  • PERMAISURI YIN   34. Kue Bulan

    Permaisuri Yin dipersilakan masuk oleh Putra Makhkota. Polisi wanita itu memberi hormat sesuai yang sudah diajarkan pada pemilik Istana Naga Emas. Belum sempat Su Yin berkata-kata, telah ada pengumuman bahwa Pangeran Kedua menunggu di luar dan ingin bertemu dengan Putra Makhkota. “Oh, aku pikir kalian tadi datang bersama-sama,” ujar Li Zu. “Tidak, dia sedang bersama selir barunya. Jadi aku pergi daripada mereka terganggu.” Su Yin menjelaskan tanpa ada rasa sakit hati. Belum tumbuh cinta di dalam hatinya. “Oh, ya, aku baru tahu kalau Pangeran Kedua punya selir baru. Cepat sekali ternyata.” Bai Jing hanya bisa tersenyum. Suaminya saja sudah beberapa tahun hanya beristrikan dia seorang. Pangeran Kedua masuk, selaku tuan rumah Putra Makhkota dan Bai Jing mempersilakan tamunya duduk di meja bundar dan di hadapan mereka tersaji makanan. Bentuk makanannya memang bagus dan menggugah selera, tapi beberapa kali Su Yin merasakan hambar pada makanan istana. Lidahnya sudah lama beradaptasi d

    Last Updated : 2024-12-19
  • PERMAISURI YIN   35. Ladang Perburuan

    Baji Jing, Su Yin, dan dua orang pelayan pribadi mereka melihat hasil rajutan sapu tangan buatan Su Yin. Ada kira-kira setengah hari dengan rasa bosan luar biasa dokter forensik itu merajutnya. Namun, hasil yang didapat. “Ini binatang apa, Adik Yin?” tanya Bai Jing sambil menahan tawa. “Tawon kena sengat lebah, Kak,” jawab Su Yin asal-asalan. “Astaga, lucu sekali tapi bisa jadi Adik Li menyukainya.” Bai Jing masih berusaha memuji hasil rajutan tangan Su Yin. “Haduh, hidupku tak hanya untuk membuat bahagia lelaki saja. Banyak yang bisa aku kerjakan.” Su Yin mengeluh. Benar kata orang, di masa lalu perempuan hidup hanya untuk membahagiakan lelaki saja walau hidup dan mentalnya hancur-hancuran tanpa keadilan. “A Yin, jangan begitu. Adik Li sudah jadi suamimu, kewajiban kita sebagai istri untuk berbakti dan mendukung suami. Tanggung jawab mereka di luar sana sangat besar. Menjadi pangeran bukan berarti mereka hidup enak terus dan bisa bermalas-malasan.” “Jadi perempuan bisa bermala

    Last Updated : 2024-12-20
  • PERMAISURI YIN   36. Rayuan

    Su Yin memutar kepalanya perlahan ke kiri dan kanan ketika usai membersihkan diri dan berganti baju. Ia tak akan ke mana-mana sebab Pangeran Kedua menginap di area perburuan dan baru kembali besok pagi. “Lama-lama bisa gila aku tinggal di sini. Kerjaan tidak ada, kasta masih berlaku, patriarki mendarah daging sampai ke tulang sumsum, kuat-kuat sekali perempuan yang hidup di zaman dahulu,” gerutu Su Yin di ranjangnya. Ia menguap sangat lebar dan terasa puas sekali. Matanya yang mengantuk ingin sekali terpejam, tetapi Xu Chan memanggilnya karena ada utusan dari istana dalam. “Nyoya, pakai mantelnya karena pakaian dalamnya terlihat tipis,” bisik Xu Chan karena yang datang malam itu dua orang laki-laki. Su Yin memakai mantel sambil berjalan karena penasaran siapa yang datang. Istana dalam yang dimaksud Xu Chan ialah wewenang khusus yang dimiliki oleh Permaisuri Utama. Dua orang lelaki itu menghadap dan memberi hormat ke arah Su Yin. Kemudian mereka memberikan surat perintah yang tela

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • PERMAISURI YIN   94. Karam

    Su Yin dan An Ama terkejut ketika sampai di kapal perang, beberapa prajurit Tang melawan serigala dengan ragam warna. Ya, pasukan Yi Gur sebagian bisa mengubah wujud, begitu pula dengan pemimpinnya. “Nyonya, hati-hati,” ucap An Mama ketika dua serigala memandang ke arah mereka. “Tebas langsung ke kepala saja, hiaaat!” Sang permaisuri melompat dan melayangkan pedang ke arah serigala hingga lepas. An Mama mendorong dan membuang binatang itu ke laut. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh prajurit Tang yang lain. “Kenapa dia ada di sini?” Perhatian Li Wei teralihkan. Pada saat yang sama Yigur menodongkan belati ke lehernya. “Enak saja, hanya aku yang boleh menyakiti suamiku, hiaaat!” Su Yin berlari dan menghalangi belati Yigur dengan pedangnya. “Kita jumpa lagi, kau datang juga.” Yigur tersenyum. “Kenapa kau tidak menuruti kata-kataku!” Li Wei masih sempat bertanya. “Kita bahas hal itu nanti, selesaikan yang di depan dulu.” Su Yin dan Li Wei bekerja sama melawan Yi

  • PERMAISURI YIN   93. Ikan Hiu

    Li Wei berdiri di atas benteng pertahanan. Pangeran Kedua sedang memantau para prajurit yang berlatih. Ia meraih teropong di pingang, lalu melihat ke arah yang jauh sampai ke tepi pantai. Armada angkatan laut yang dipimpin oleh menhan langsung sedang mengisi amunisi. Sebuah anak panah menancap di sebelah Li Wei. Di anak panah itu terikat sebuah surat. Ia membuka dan membacanya dengan perlahan lalu meremas dan membuangnya. “Suku serigala sedang mempersiapkan serangan untuk kita. Kapal mereka mulai berjalan. Sampaikan pesanku pada menhan agar mempercepat persiapan. Sampaikan diam-diam jangan sampai ada yang tahu, mengerti!” perintah Li Wei. “Baik, Pangeran.” Furong melompat dari benteng dan berlari ke kandang kuda lalu segera ke pelabuhan. Tersisa Pangeran Kedua dengan beberapa pasukan elitenya. Lelaki itu mengembuskan napas dalam. Ia boleh mati tapi Permaisuri Yin harus selamat apa pun caranya. Li Wei pergi menemui An Mama secara pribadi. Sang guru yang sedang mengasah pedang berd

  • PERMAISURI YIN   92 Angkatan Laut

    Ibu Suri duduk di kamarnya. Ia menatap ke depan dengan kekosongan. Sejak ditinggal Gui Mama tak ada lagi pelayan lain yang cakap dalam bekerja. Termasuk mengurus opium yang telah menjadi candunya. Ming Hua seperti orang gila yang terlihat baik-baik saja. “Pelayaaan!” teriak Ibu Suri. Semua berbaris dengan teratur memenuhi panggilannya. “Tolol. Aku hukum mati kalian semua baru tahu rasa!” “Jangan, Ibu Suri, ampuni kami yang datang terlambat.” Para pelayan bersujud di depan wanita angkuh itu. “Bantu aku berkemas. Aku ingin mengunjungi kaisar. Ada yang harus aku bicarakan.” Tiga orang pelayan wanita datang mendekatinya. “Tunggu, kalian semua keluar, dan kau tetap di sini.” Ming Hua meminta satu orang saja yang menemaninya. “Berikan aku opium.” “Ibu Suri, tapi opiumnya sudah habis sejak tadi malam.” Pelayan itu menjawab dengan takut. “Kurang ajar!” Ming Hua melayangkan tamparan. “Kenapa tidak dibeli lagi.” “Hamba tidak tahu, Ibu Suri, hamba tidak tahu harus mencarinya di mana.”

  • PERMAISURI YIN   91. Kerinduan

    Tangan Su Yin berlumuran darah. Sudah banyak prajurit yang ia bunuh demi menyelamatkan diri. Namun, jelas polisi wanita itu kalah jumlah. Sekarang ia bersembunyi di departemen sihir dan perbintangan. Satu-satunya tempat yang bisa Su Yin tuju.“Siapa di sana?” Su Yin memegang pedang dengan tangan gemetar. Perkelahian sengit itu membuatnya kehilangan banyak tenaga. Shen Du muncul sambil membawa pedang kayunya. “Kau ternyata. Oh iya aku lupa kau orangnya Ibu Suri. Majulah kalau ingin membunuhku.” “Tidak, Permaisuri Yin. Aku hanya ingin memberitahu, ke depannya nanti jalanmu tidak akan mudah dan umurmu tidak akan panjang.” “Aku bisa menanggung semua derita, ini sudah pilihanku.” Su Yin menarik napas panjang. Ia lelah, haus, juga lapar. Shen Du menyembunyikan pedang kayunya. Lalu ia menoleh ke belakang. Pengawal pribadi kaisar datang dengan dua orang prajurit kepercayaannya. “Bawa Permaisuri Yin pergi dari sini. Lewat danau belakang ada jalan rahasia tempat para pelayan kabur. Jangan

  • PERMAISURI YIN   90. Pemberontakan

    Ibu Suri duduk di singgasananya dengan angkuh. Gui Mama tersenyum melihat tuannya. Mata licik ibu suri memindai seluruh kediaman baru yang lebih besar dan mewah. Ia pun menarik napas dalam-dalam. “Lega sekali tanpa kehadiran Li Wei di istana ini,” ucapnya congkak. “Nyonya, satu pengganggu sudah hilang, hamba yakin perang di selatan akan menewaskan Pangeran Kedua.” “Gui Mama, jangan bicara terlalu kencang, dinding istana juga punya kuping.” Ming Hua memejamkan mata. Ia senang dengan harapan pelayannya tapi ia juga harus berhati-hati. “Maafkah hambamu yang bodoh ini, Nyonya.” “Dimaafkan, karena kau terlalu bahagia melihatku bahagia, sudah sepantasnya pelayan harus begitu, ah ha ha ha.” Ming Hua merasa sebagai penguasa istana. “Bagaimana kalau kita jalan-jalan, Nyonya?” “Apa yang harus dilihat, istana begitu-begitu saja sejak pertama kali aku datang, tidak ada bedanya. Hanya saja sekarang aku lebih bebas sebagai ibu suri, bahkan kaisar tidak akan berani menegurku.” Ibu Suri berdi

  • PERMAISURI YIN   89. Surat Perintah

    “Aku hanya ingin kemenangan untuk Tang, Yang Mulia.” “Aku mengenalmu cukup baik, ada yang kau sembunyikan dariku, katakan.” Perintah Kaisar dengan tegas. “Yang Mulia, izinkan hamba berangkat ke kaisar dan setelahnya akan hamba persembahkan kemenangan untuk Tang.” “Itu saja?” Kaisar tahu adiknya belum mau jujur sepenuhnya. “Juga, jika hamba memperoleh kemenangan izinkan hamba tinggal di selatan dan memerintah daerah itu dengan tradisi dan kebijakan Dinasti Tang.” Jujur juga Li Wei akhirnya. “Jadi kau ingin meninggalkan Chang An.” Kaisar memerintahkan Li Wei bangun dari sujudnya. “Benar.” “Kenapa?” “Terlalu banyak kenangan pahit di sini.” “Pahit?” “Salah satunya kematian ibuku juga istriku sempat mati kemarin. Aku hanya ingin menyelamatkan keluargaku.” “Sekarang aku sudah menjadi kaisar, tidak akan ada orang yang berani menyakitimu.” “Aku khawatir bukan orang lain yang menyakitiku, justru …” “Maksudmu, Ibu Suri?” tebak Kaisar. Li Wei diam saja. “Pergilah, akan aku pertimban

  • PERMAISURI YIN   88. Keinginan Terpendam

    Tubuh Kaisar diawetkan selama beberapa hari sebelum disemayamkan di sebuah kuburan yang luas. Sejak saat itu takhta kosong dan sudah jelas siapa yang akan mendudukinya meski belum dinobatkan secara resmi. Putra Mahkota mengambil alis tugas ayahnya yang mangkat dengan penyakit misterius. Masa berkabung dimulai sejak saat itu dan belum diakhiri hingga sebuah kuburan yang luas dan megah selesai. Satu demi satu perhiasan kesukaan kaisar diletakkan di dalam. Termasuk emas dan perak, juga baju-baju sutra yang dulu pernah dikenakan.Dalam kuburan kuno itu dibangun beberapa perangkap. Apabila ada yang mencuri perhiasan milik Kaisar akan mati dan terkubur di sana. Para selir kaisar yang tidak memiliki anak secara jelas diusir oleh Selir Agung. Permaisuri Utama dan Selir Cun masih tinggal karena telah memiliki anak. Ming Hua mencapai tujuannya untuk menjadi ibu suri. Hari ini tubuh Kaisar yang sudah diberikan pakaian terbaik diletakkan di dalam peti. Satu demi satu putra, putri, selir, pej

  • PERMAISURI YIN   87. Angin Dingin

    Di luar istana para suami menjalankan tugas negara dengan berat. Li Wei sampai membuka pakaian agungnya sebagai pangeran demi membantu pekerja tambang bijih besi membuat senjata tajam. Tubuhnya yang kekar menjadi semakin keras. Ia memukul-mukul besi panas hingga dibentuk menjadi pedang kemudian dicelupkan ke air. Begitu pula dengan Putra Mahkota. Ia turun tangan sendiri merekrut para tentara baru. Termasuk ikut serta membantu para tentara baru berlatih kungfu dasar. Hal demikian berlangsung tidak selama satu atau dua bulan. Dan kini sudah memasuki bulan ketiga para suami jauh dari istrinya demi menunaikan tugas negara. Di dalam istana para istri terus mendoakan kebaikan untuk suaminya termasuk Bai Jing juga Su Yin. Permaisuri Yin bersungguh-sungguh dalam merajut. Ia membuat pola rajutan naga memeluk bulan dengan benang perak yang amat sangat indah. Saking rumitnya rajutan itu, baru bisa selesai pada bulan ketiga dan tak terhitung sudah berapa banyak jarum yang menusuk tangannya.

  • PERMAISURI YIN   86. Memaafkan

    Aligur mengobati luka di betis Tugur dengan darah segar. Tugur menutup mata karena menahan pedih di kaki. Dengan beberapa kali pengobatan luka itu tertutup sempurna juga. “Wanita itu memang malaikat maut,” ucap Aligur sembari membasuh keringat yang bercucuran. “Seharusnya kita bunuh dulu wanita itu baru bisa menyerang istana dengan mudah,” sahut Tugur. “Tapi wanita itu bukanlah tujuan utama kita, Tuan.” “Aku tahu, tapi dia penghalang yang mematikan.” “Tidak juga!” “Maksudmu?” “Tidak lama lagi dia akan meninggalkan istana, setelah itu Tuan bisa melancarkan aksi. Enam bulan lagi anakmu akan lahir, Tuan. Dia akan menjadi penerus takhta Tang yang agung, anakmu akan jadi raja di generasi berikutnya,” bisik Aligur. “Selama enam bulan itu aku harus tetap bersabar, bukan?” “Benar, Tuan, tapi jika diperbolehkan aku ingin melakukan balas dendam, bukan pada wanita itu tapi untuk orang lain. Untuk memuluskan takhta anakmu nanti, kita harus membuat istana dalam keadaan huru-hara.” “Renca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status