Pemandangan itu membuat Bima tidak menyukainya dan langsung meneriaki Tiara, suara kerasnya itu mengejutkan wanita yang sedang melamun di depan jendela.
"Ah ... Aku ...?" ucap Tiara terbata-bata karena saking terkejutnya. "Kubilang keluar dari kamarku?" lagi-lagi Bima meneriaki Tiara untuk segera keluar dari kamarnya. Mau tidak mau Tiara segera keluar dari kamar, setelah menutup pintu air matanya jatuh begitu saja! Pria yang teramat dia cintai sangat menbencinya saat ini, entah mengapa sikapnya berubah begitu drastis kepadanya, apa yang telah diperbuat sehingga Lelaki itu begitu membencinya? "Kak Tiara." panggil seorang wanita muda. Mendengar namanya dipanggil Tiara segera menghapus air matanya dia tidak ingin kalau ada orang lain yang melihatnya menangis, mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang telah memanggilnya, ternyata itu adalah adik iparnya. "Kak Tiara, kenapa Kakak, menangis di sini?" tanya Sarah setelah menghampiri. "Ah tidak apa-apa sepertinya debu memasuki mata Kakak, kamu tidak perlu khawatir ya," ucapnya dengan berbohong karena tidak ingin kalau adik iparnya itu khawatir. Diantara semua makhluk yang hidup di dalam rumah ini hanya Sarah yang selalu memperhatikan Tiara dan peduli. Gadis remaja itu memiliki hati yang lembut dan baik hati dia selalu menyayangi kakak iparnya. Sarah selalu tidak tega melihat kakak iparnya yang dia sayangi selalu tidur di lantai di setiap malamnya, dia berusaha mengajak Tiara untuk tidur ke dalam kamar bersamanya tetapi wanita yang dia sebut sebagai kakak ipar itu menolak untuk tidur bersamanya, dengan beralasan kalau takut ibu mertuanya marah, tapi disetiap malam Sarah selalu membujuk dan mengatakan kalau ibu tidak akan mengetahui hal itu, tapi tetap saja Tiara selalu menolaknya. "Kamu baru pulang ya, mau Kakak, buatkan sesuatu" Tiara menawarkan dirinya untuk membuatkan sesuatu untuk Sarah yang baru saja pulang. "Tidak Perluh Kak, lebih baik sekarang Kakak, istirahat ya, Kakak, pasti sangat lelah sepanjang hari harus menbersihkan rumah karena perintah Ibu." "Dan aku nggak mau membuat Kakak, tambah lelah gara-gara aku, kalau aku menbutuhkan sesuatu nanti Sarah, akan mengambilnya sendiri." Sarah dengan sopan menolak tawaran dari Tiara karena menghawatirkan wanita yang seharian bekerja itu tambah lelah. Tiara sangat bersyukur meskipun ibu mertua dan suaminya sangat membencinya, tetapi ada Sarah yang selalu perhatian kepadanya. Diam-diam gadis itu selalu membawakan sesuatu untuknya dari luar saat pulang serta mengajaknya untuk makan bersama di dalam kamar miliknya. Baru saja Tiara akan merebahkan tubuhnya tetapi suara ibu mertuanya terus berteriak memanggil namanya, meski merasa sangat lelah dirinya tidak bisa mengabaikan panggilan dari mertuanya begitu saja. Dengan tubuh yang lelah Tiara berusaha bangkit dan menuruni tangga untuk menemui ibu mertuanya. Sesampainya dibawah dia bisa melihat wajah kesal Sintia yang menatapnya penuh rasa kebencian. ''Apakah kamu tuli sedari tadi aku memanggilmu tapi kamu tidak menyahuti pangilan ku.'' Sintia berteriak setelah Tiara berada dihadapannya, karena merasa kalau menantunya itu sengaja mengabaikan panggilan darinya. ''Maafkan aku Ibu. aku sangat lelah." Tiara mencoba menjelaskan alasanya tetapi Sintia sepertinya tidak peduli dengan semua yang di katakan oleh wanita yang saat ini menahan rasa kantuknya. ''Aku tidak peduli tentangmu, disaat aku memanggilmu kau harus datang dalam sepuluh detik. Apa kamu paham?" lagi- lagi Sintia meneriaki Tiara dan tidak menerima alasan apa pun. Ingin rasanya Tiara meneriaki ibu mertuanya yang sudah semena-mena padanya, tetapi apalah dayanya dia hanya wanita yang lemah tidak mampu melawan Sintia yang notabenenya adalah ibu mertuanya. ''Ambir air hangat dan remdam kaki ku, seteleh itu pijat aku sampai tertidur,'' setelah mengatakan itu Sintia lalu berlalu ke ruang keluarga menyalakan TV dan memutar acara favoritnya meninggalkan Tiara yang masih berada di tempat nya. Tiara berusaha membawa tubuhnya yang lelah berjalan ke dapur untuk melakukan perintah dari Sintia, padahal Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Saat ini yang paling dia inginkan adalah terbaring di atas tempat tidurnya agar saat bangun besok pagi tubuhnya akan jauh lebih ringan untuk beraktivitas melakukan banyak pekerjaan rumah. Setelah menyiapkan air hangat di dalam ember. Tiara lalu membawa air hangat itu ke Sintia dan menaruh kaki wanita yang selalu jahat kepadanya kedalam ember yang berisi air hangat. ''Bagaimana dengan Bima, apakah dia sudah tidur? Jangan sampai kamu membuatnya marah lagi,'' Sintia menanyakan soal Bima apakah Tiara tidak melakukan kesalahan sehingga membuat putra kesayangannya marah. ''Aku juga tidak tahu Ibu, setelah aku menyiapkan semua keperluannya dia menyuruhku untuk keluar dari kamar dan aku tidak melihat apa yang dilakukan lagi setelah itu?" Tiara memang benar-benar tidak mengetahui apakah Bima sudah tidur atau belum Karena setelah dia menyelesaikan tugasnya pria itu menyuruhnya untuk keluar dari kamar. ''Aku tidak heran jika Bima, mengusirmu dari kamar karena kamu begitu menjijikan di mata kami." Sintia menatap Tiara dengan penuh perasaan jijik. Tiara hanya bisa mengabaikan tatapan mertuanya dan melanjutkan tugasnya, dia hanya ingin segera merebahkan tubuhnya karena saking lelahnya, tapi sepertinya mertuanya belum merasa mengantuk karena masih saja tertawa sambil terus menatap TV. Setelah berapa lama Tiara yang menyadari kalau Sintia telah tertidur, dia berniat ingin beranjak dari tempat duduknya dan segera menaiki lantai dua sebelum suara Sintia terdengar memanggilnya. Seketika langkahnya berhenti dan berbalik melihat ke arah ibu mertuanya, tetapi saat berbalik dirinya hanya melihat kalau wanita itu tengah terlelap dengan terus mengigau memanggil-manggil namanya, karena merasa aman Tiara melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Saat sampai di lantai dua Tiara langsung merebahkan tubuhnya di atas karpet yang selalu ditiduri di setiap malamnya semenjak datang kerumah ini, tak lama mata gadis itu tertutup dan tertidur dengan sangat pulas saking lelahnya. Terdengar suara pintu berderit yang ternyata itu pintu kamar Bima yang terbuka, tiba-tiba saja pria itu merasa sangat haus karena Tiara belum menyiapkan air untuknya. Dirinya hendak mmenyuruh wanita yang sedang terlelap di atas karpet untuk mengambilkannya air minum tetapi setelah melihat bahwa wanita itu sepertihnya sangat kelelahan dan sedang tidur dengan lelapnya. "Rupanya dia sudah tidur!" Bima mengurungkan niatnya karena merasa kasihan melihat Tiara yang sudah terlelap, lalu memutuskan untuk turun mengambilnya sendiri. Meskipun Bima sangat jahat kepada Tiara tapi dia juga tidak tegah mengganggu tidur wanita yang belum lama ini di nikahinya karena sudah sangat larut. Sebenarnya Bima masih sangat mencintai Tiara tetapi rasa benci dan demdam nya lebih besar daripada rasa cintanya, sehingga membuat dirinya hilang kendali jika mengingat semua apa yang telah di katakan oleh ibunya Sintia. Sejak pertama kali pertemuan mereka dia sudah sangat mengagumi Tiara tetapi pertemuanya saat itu telah di rencanakan oleh pria itu sendiri. *** Dua hari telah berlalu seorang pria baru saja turun dari sebuah pesawat yang baru saja mendara, dia segera berjalan mencari seseorang yang akan menjemputnya ternyata disana sekretarisnya telah menunggumenunggu. Sang sekretaris langsung menyuruh pria itu untuk masuk ke dalam mobil agar bisa segera mengantarkannya kembali ke rumah yang dia tinggali bersama kedua orang tuanya. ''Bagaimana dengan perjalanan anda pak? Apakah semuanya berjalan dengan lancar?" tanya sekretarisnya yang sedang mengemudikan mobil.''Ya, semuanya berjalan dengan lancar. Bagaimana dengan perusahaan selama aku tidak ada di sini?" Pria itu kembali bertanya kepada sekretarisnya tentang perusahaan yang selama ini ditinggalkan keluar negeri.''Semuanya aman Pak, kalau soal perusahaan semuanya baik-baik saja,'' jawab sekretarisnya dengan senyum. ''Baiklah. Bangunkan aku jika sudah sampai''''Baik, Pak.''Karena merasa atasannya tidak ingin bicara lagi dengannya, dia langsung fokus kepada kemudinya mungkin setelah sekitar 30 menit mengendara akhirnya mereka telah sampai ke sebuah rumah yang sangat besar, pintu gerbang yang sangat tinggi menjuntai dan pekarangan rumah yang begitu besar.Setelah masuk melalui pintu gerbang butuh waktu lima menit untuk mengendarai mobilnya hingga sampai ke depan rumah utama saking besarnya dan panjangnya halaman tersebut.''Pak, bangun Pak Devan. Kita, sudah sampai,'' sang sekretaris langsung membangunkan atasannya setelah mereka tiba di tempat tujuan.''Apakah kita sudah tiba. Baiklah ka
Saat dalam perjalanan menuju ke rumah Sintia tiba-tiba saja Devan teringat kalau ini pertama kalinya dia berkunjung ke rumah Mertua adiknya.Dan sangat kebetulan dia melihat toko kue dan toko bunga bersebelahan, sehingga dia memilih untuk mampir dan membeli kue serta bunga sebagai buah tangan.Devan memilih dua kue salah satunya kue kesukaan Tiara rasa coklat pandan. Pria itu tersenyum saat Pelayan toko kue itu memberikan kue pesanannya, dia juga berniat untuk membeli satu buket bunga.Setelah seluruh urusannya selesai Devan kembali melanjutkan perjalanannya. Butuh waktu hingga dirinya sampai di rumah Sintia.Sebelum mobil Devan memasuki pintu gerbang dia dihentikan terlebih dahulu oleh Security yang menjaga di sana, untuk bertanya ada urusan apa dirinya datang ke rumah ini dan siapa dia.''Saya Devan, kakaknya Tiara," jawab Devan memperkenalkan dirinya. ''Oh maaf saya, tidak mengetahui kalau Bapak, saudara dari Ibu Tiara.''''Tidak masalah Pak, bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?'
''Saya, sangat senang dengan kerja keras anda pak Bima,'' ucap salah satu petinggi memuji Bima dengan hasil kerjanya yang sangat memuaskan.''Anda benar Pak, jika pak Diwan, masih hidup pasti beliau sangat bangga ke pada putranya'' yang lainya memuji dengan menyebut nama Diwan ayah dari Bima yang sudah lama meninggal.''Terimakasih atas pujian Kalian, dan terimakasih atas kerjasamanya yang baik, baiklah kita akhiri rapat ini sampai di sini dan berjumpa kembali setelah sebulan peluncuran produk Kita.'' Bima penuh dengam kharisma saat berada di hadapan para petinggi.Setelah para petinggi keluar dari ruangan Bima Juga ikut keluar dari ruangan rapat, saat sudah di luar dia disambut oleh Sekretarisnya.''Maaf Pak, sudah dari tadi ponsel Anda, berdering tetapi saya, tidak berani mengangkatnya karena takutnya ini sangat penting'' ucap sekretaris itu menyerahkan ponsel milik Bima.''Baiklah terima kasih'' setelah menerima ponsel itu Bima kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.Sesa
"Ayo silahkan masuk." Devan menpersilahkan tamu yang datang untuk masuk ke dalam rumah.''Terimaksih."''Aku tidak menyangkah kalau kamu akan datang selarut ini."''Maaf karena tidak menberikan kabar dan tiba-tiba datang kemari?''''Tidak masalah kami sangat senang jika kamu mau datang berkunjung.'' ''Siapa yang datang Nak?'' tanya Diana setelah melihat Devan kembali.''Iya Kak siapa yang datang?" Tiara juga ikut penasaran siapa yang berkunjug malam-malam begini.Devan hanya tersenyum tanpa menjawab apa pun. Tapi, saat seseorang muncul dari belakang Devan menbuat Diana dan Indra tersenyum lebar. Namun, lain halnya dengan Tiara dia sangat terkejut setelah melihat siapa yang datang? ''Bima ternyata kamu yang datang yah ... Mama pikir siapa." Diana dengan ramah menyapa menantunya yang pertama kali datang berkunjung setelah menikah dengan Tiara."Sini Bima, bergabung dengan kami." bukan hanya Diana yang bahagia dengan kedatangan menantunya. Namun, Indra juga terlihat bersemangat.''Iya
Saat Bima masuk ke dalam kamar Tiara. Bima terus Memperhatikan sekeliling kamar milik wanita yang telah dia nikahi. Bima juga melihat tempat tidur Tiara masih rapi tapi dia tidak mendapati wanita itu di sana, setelah melihat kesana kemari dia mendapati wanita berkulit putih itu tidur di dekat jendela, terdapat tempat tidur kecil di sana tapi terlihat sangat nyaman.Bima mengerti kalau Tiara menyiapkan tempat tidurnya untuk dia gunakan dan wanita itu lebih memilih untuk tidur di tempat yang kecil demi mementingkan dirinya. Bima berjalan mendekati istrinya yang sedang terlelap, dia bisa melihat bagaimana dia tidur dengan nyenyak di rumah kedua orang tuanya, selamah Tiara tinggal di rumahnya dia tidak pernah melihatnya tertidur seperti ini mungkin karena tempat tidur di rumahnya merasa tidak nyaman karena hanya beralaskan karpet tipis.Bima mengingat kembali bagaimana hubungannya dengan Tiara sebelum mereka menikah, karena memang niatnya untuk mendekati Tiara adalah sebuah rencananya ber
Saat dalam perjalanan menuju kantor Bima, tidak sengaja Tiara melihat seorang anak kecil yang sedang di pukuli oleh beberapa anak lain, karena tidak tega Tiara menepikan mobil lamborghini miliknya lalu turun dari mobilnya untuk menghampiri anak kecil yang sedang di pukuli itu.''Hei ... Apa yang kalian lakukan hentikan?'' teriak wanita itu segera berlari menghampiri anak kecil yang wajahnya sudah memiliki banyak lebam. Namun, yang tidak disadari oleh Tiara kalau dia sedang melakukan tugas yang di berikan oleh Bima, waktu sudah menghampiri satu jam waktu yang di berikan oleh pria itu untuk sampai ke kantornya secepat mungkin. Tapi, siapa sangka kalau dia harus menolong seorang anak kecil lebih dulu. ''Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalin memukuli teman kalian sendiri." Tiara menarik tangan anak yang di pukuli ke dalam pelukanya lalu berjongkok menatap wajah anak itu yang penuh dengan memar bahkan di bawah mata anak itu sedikit berdarah.''Apa kamu tidak apa-apa?'' Tiara menghapus d
"Kakak, akan membawa kamu pulang ke rumah?kakak tidak bisa membiarkan kamu sendirian di jalanan apalagi teman kamu sangat nakal dia tega memukuli kamu." Yang ada jika Tiara membiarkannya disana mungkin saja anak ini akan dipukuli lagi dan lagi. Karena disana tidak ada yang mengawasi mereka. Meskipun mereka semua baik tapi kalau sudah kelaparan bisa saja mereka akan berbuat kasar dan merampas uang teman-temannya. "Tapi kak. Apa tidak masalah jika membawa aku pulang ke rumah kakak?" Baik terlihat ragu mana mungkin dia akan menyusahkan orang baik seperti wanita itu. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain karena dirinya. "Enggak apa-apa dong nanti kakak yang ngurus itu ya. Yang penting kamu ikut sama kakak dulu." Tiara tidak mau tau dia harus membawa anak kecil itu ikut bersamanya terlalu bahaya jika membiarkan anak itu tetap dijalanan. "Makasih ya kak. Karena sudah baik sama Baim." Anak kecil itu sangat senang karena masih ada yang baik padanya. Setidaknya sekarang dia punya tempat tin
Tiara masih saja terus memohon di hadapan kedua orang tuanya agar mau menerima baim di rumah ini, tidak lama bibi niam datang menbawah baim yang sudah bersih setelah di mandikan dan di gantikan pakaianya.diana yang menatap anak itu langsung menyukainya, karena baim sangat tampan dan putih, bahkan diana bisa menilai kalau baim anak yang sabar dan tidak nakal.'' baim sini duduk sama kakak '' tiara melambaikan tanganya dan meminta baim agar duduk bersamanya.baim dengan ragu-ragu berjalan ke dekat tiara dan duduk disamping tiara, tapi baim terus saja menundukan kepalanya, diana dan indra saling bertukar pandang melihat baim lalu mengangguk.'' siapa nama kamu nak '' diana mulai mengajak baim untuk bicara.karena merasa di ajak bicara baim mengangkat kepalanya, '' nama aku baim '''' baim, apa baim mau tinggal disini bareng kita ''mendapatkan pertanyaan seperti itu baim jadi bingun dan menatap ke arah tiara, tiara mengangguk ke arah baim sehingga menbuat baim juga ikut menganggukan kep
''Paman apa lisa tidak di sayang lagi sama papa '' Lisa tiba-tiba saja menberikan pertanyaan yang susah di jawab oleh Louis. Louis tahu tidak semudah anak seusia Lisa harus mengalami semua itu. Alex seharusnya bertanggung jawab atas segalanya. seharusnya seorang ayah tidak harus memikirkan masalahnya sendiri, tapi harus bertanggung jawab atas anaknya yang telah lagi ke dunia ini. saat ini mereka sedang berada di dalam mobil menuju salah satu taman bermain yang sering louis kunjungi bersma lisa, '' lisa, kenapa tiba-tiba menberikan pertanyaan seperti itu sama paman '''' paman lisa menyadari kalau papa selalu saja menghindari lisa dengan berbagai macam alasan '' lisa mengungkapakan apa yang di rasakan selama ini tentang alex yang selalu saja menghindari dirinya.'' lisa paman sangat mengerti dengan apa yang di rasakan oleh lisa, namun bisa saja papa lisa tidak berniat untuk menghindari lisa namung munking memang karena pekerjaan yang tidak bisa di tunda '''' paman apa bisa malan ini
..sebuah gelas terbentur ke dinding karena di banting oleh seorang pria yang sangat marah karena miliknya telah di ganggu oleh orang yang tidak bertanggung jawab.'' bagaimana bisa kalian seceroboh itu, cari tau apa yang mereka inginkan sehingga mengancau di tempat yang tidak seharusnya mereka ganggu '''' baik pak, kami akan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi ''pria lainya pergi dari ruangan itu kini hanya tersisa pria yang melemparkan gelas ke tembok tadi, namun dering telponya kini mengalihkan pikiranya yang kacau.*****( paman huhu... hihi...) suara tangis di sebrang telpon menbuat raut wajah louis yang semula dingin tak berperasaan berubah menjadi sosok pria yang jauh berbeda.'' lisa ada apa sayang kenapa kamu menangis '' louis begitu mencintai kepenokanya yang hanya semata wayang.( papa mengingkari janjinya, dia bilang seharian ini akan menghabiskan waktu bersama lisa namun nyatanya dia pergi ) lisa anak berumur enam tahun yang di tinggalkan oleh ibunya sejak lisa di
Tiara masih saja terus memohon di hadapan kedua orang tuanya agar mau menerima baim di rumah ini, tidak lama bibi niam datang menbawah baim yang sudah bersih setelah di mandikan dan di gantikan pakaianya.diana yang menatap anak itu langsung menyukainya, karena baim sangat tampan dan putih, bahkan diana bisa menilai kalau baim anak yang sabar dan tidak nakal.'' baim sini duduk sama kakak '' tiara melambaikan tanganya dan meminta baim agar duduk bersamanya.baim dengan ragu-ragu berjalan ke dekat tiara dan duduk disamping tiara, tapi baim terus saja menundukan kepalanya, diana dan indra saling bertukar pandang melihat baim lalu mengangguk.'' siapa nama kamu nak '' diana mulai mengajak baim untuk bicara.karena merasa di ajak bicara baim mengangkat kepalanya, '' nama aku baim '''' baim, apa baim mau tinggal disini bareng kita ''mendapatkan pertanyaan seperti itu baim jadi bingun dan menatap ke arah tiara, tiara mengangguk ke arah baim sehingga menbuat baim juga ikut menganggukan kep
"Kakak, akan membawa kamu pulang ke rumah?kakak tidak bisa membiarkan kamu sendirian di jalanan apalagi teman kamu sangat nakal dia tega memukuli kamu." Yang ada jika Tiara membiarkannya disana mungkin saja anak ini akan dipukuli lagi dan lagi. Karena disana tidak ada yang mengawasi mereka. Meskipun mereka semua baik tapi kalau sudah kelaparan bisa saja mereka akan berbuat kasar dan merampas uang teman-temannya. "Tapi kak. Apa tidak masalah jika membawa aku pulang ke rumah kakak?" Baik terlihat ragu mana mungkin dia akan menyusahkan orang baik seperti wanita itu. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain karena dirinya. "Enggak apa-apa dong nanti kakak yang ngurus itu ya. Yang penting kamu ikut sama kakak dulu." Tiara tidak mau tau dia harus membawa anak kecil itu ikut bersamanya terlalu bahaya jika membiarkan anak itu tetap dijalanan. "Makasih ya kak. Karena sudah baik sama Baim." Anak kecil itu sangat senang karena masih ada yang baik padanya. Setidaknya sekarang dia punya tempat tin
Saat dalam perjalanan menuju kantor Bima, tidak sengaja Tiara melihat seorang anak kecil yang sedang di pukuli oleh beberapa anak lain, karena tidak tega Tiara menepikan mobil lamborghini miliknya lalu turun dari mobilnya untuk menghampiri anak kecil yang sedang di pukuli itu.''Hei ... Apa yang kalian lakukan hentikan?'' teriak wanita itu segera berlari menghampiri anak kecil yang wajahnya sudah memiliki banyak lebam. Namun, yang tidak disadari oleh Tiara kalau dia sedang melakukan tugas yang di berikan oleh Bima, waktu sudah menghampiri satu jam waktu yang di berikan oleh pria itu untuk sampai ke kantornya secepat mungkin. Tapi, siapa sangka kalau dia harus menolong seorang anak kecil lebih dulu. ''Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalin memukuli teman kalian sendiri." Tiara menarik tangan anak yang di pukuli ke dalam pelukanya lalu berjongkok menatap wajah anak itu yang penuh dengan memar bahkan di bawah mata anak itu sedikit berdarah.''Apa kamu tidak apa-apa?'' Tiara menghapus d
Saat Bima masuk ke dalam kamar Tiara. Bima terus Memperhatikan sekeliling kamar milik wanita yang telah dia nikahi. Bima juga melihat tempat tidur Tiara masih rapi tapi dia tidak mendapati wanita itu di sana, setelah melihat kesana kemari dia mendapati wanita berkulit putih itu tidur di dekat jendela, terdapat tempat tidur kecil di sana tapi terlihat sangat nyaman.Bima mengerti kalau Tiara menyiapkan tempat tidurnya untuk dia gunakan dan wanita itu lebih memilih untuk tidur di tempat yang kecil demi mementingkan dirinya. Bima berjalan mendekati istrinya yang sedang terlelap, dia bisa melihat bagaimana dia tidur dengan nyenyak di rumah kedua orang tuanya, selamah Tiara tinggal di rumahnya dia tidak pernah melihatnya tertidur seperti ini mungkin karena tempat tidur di rumahnya merasa tidak nyaman karena hanya beralaskan karpet tipis.Bima mengingat kembali bagaimana hubungannya dengan Tiara sebelum mereka menikah, karena memang niatnya untuk mendekati Tiara adalah sebuah rencananya ber
"Ayo silahkan masuk." Devan menpersilahkan tamu yang datang untuk masuk ke dalam rumah.''Terimaksih."''Aku tidak menyangkah kalau kamu akan datang selarut ini."''Maaf karena tidak menberikan kabar dan tiba-tiba datang kemari?''''Tidak masalah kami sangat senang jika kamu mau datang berkunjung.'' ''Siapa yang datang Nak?'' tanya Diana setelah melihat Devan kembali.''Iya Kak siapa yang datang?" Tiara juga ikut penasaran siapa yang berkunjug malam-malam begini.Devan hanya tersenyum tanpa menjawab apa pun. Tapi, saat seseorang muncul dari belakang Devan menbuat Diana dan Indra tersenyum lebar. Namun, lain halnya dengan Tiara dia sangat terkejut setelah melihat siapa yang datang? ''Bima ternyata kamu yang datang yah ... Mama pikir siapa." Diana dengan ramah menyapa menantunya yang pertama kali datang berkunjung setelah menikah dengan Tiara."Sini Bima, bergabung dengan kami." bukan hanya Diana yang bahagia dengan kedatangan menantunya. Namun, Indra juga terlihat bersemangat.''Iya
''Saya, sangat senang dengan kerja keras anda pak Bima,'' ucap salah satu petinggi memuji Bima dengan hasil kerjanya yang sangat memuaskan.''Anda benar Pak, jika pak Diwan, masih hidup pasti beliau sangat bangga ke pada putranya'' yang lainya memuji dengan menyebut nama Diwan ayah dari Bima yang sudah lama meninggal.''Terimakasih atas pujian Kalian, dan terimakasih atas kerjasamanya yang baik, baiklah kita akhiri rapat ini sampai di sini dan berjumpa kembali setelah sebulan peluncuran produk Kita.'' Bima penuh dengam kharisma saat berada di hadapan para petinggi.Setelah para petinggi keluar dari ruangan Bima Juga ikut keluar dari ruangan rapat, saat sudah di luar dia disambut oleh Sekretarisnya.''Maaf Pak, sudah dari tadi ponsel Anda, berdering tetapi saya, tidak berani mengangkatnya karena takutnya ini sangat penting'' ucap sekretaris itu menyerahkan ponsel milik Bima.''Baiklah terima kasih'' setelah menerima ponsel itu Bima kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.Sesa
Saat dalam perjalanan menuju ke rumah Sintia tiba-tiba saja Devan teringat kalau ini pertama kalinya dia berkunjung ke rumah Mertua adiknya.Dan sangat kebetulan dia melihat toko kue dan toko bunga bersebelahan, sehingga dia memilih untuk mampir dan membeli kue serta bunga sebagai buah tangan.Devan memilih dua kue salah satunya kue kesukaan Tiara rasa coklat pandan. Pria itu tersenyum saat Pelayan toko kue itu memberikan kue pesanannya, dia juga berniat untuk membeli satu buket bunga.Setelah seluruh urusannya selesai Devan kembali melanjutkan perjalanannya. Butuh waktu hingga dirinya sampai di rumah Sintia.Sebelum mobil Devan memasuki pintu gerbang dia dihentikan terlebih dahulu oleh Security yang menjaga di sana, untuk bertanya ada urusan apa dirinya datang ke rumah ini dan siapa dia.''Saya Devan, kakaknya Tiara," jawab Devan memperkenalkan dirinya. ''Oh maaf saya, tidak mengetahui kalau Bapak, saudara dari Ibu Tiara.''''Tidak masalah Pak, bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?'