..sebuah gelas terbentur ke dinding karena di banting oleh seorang pria yang sangat marah karena miliknya telah di ganggu oleh orang yang tidak bertanggung jawab.'' bagaimana bisa kalian seceroboh itu, cari tau apa yang mereka inginkan sehingga mengancau di tempat yang tidak seharusnya mereka ganggu '''' baik pak, kami akan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi ''pria lainya pergi dari ruangan itu kini hanya tersisa pria yang melemparkan gelas ke tembok tadi, namun dering telponya kini mengalihkan pikiranya yang kacau.*****( paman huhu... hihi...) suara tangis di sebrang telpon menbuat raut wajah louis yang semula dingin tak berperasaan berubah menjadi sosok pria yang jauh berbeda.'' lisa ada apa sayang kenapa kamu menangis '' louis begitu mencintai kepenokanya yang hanya semata wayang.( papa mengingkari janjinya, dia bilang seharian ini akan menghabiskan waktu bersama lisa namun nyatanya dia pergi ) lisa anak berumur enam tahun yang di tinggalkan oleh ibunya sejak lisa di
''Paman apa lisa tidak di sayang lagi sama papa '' Lisa tiba-tiba saja menberikan pertanyaan yang susah di jawab oleh Louis. Louis tahu tidak semudah anak seusia Lisa harus mengalami semua itu. Alex seharusnya bertanggung jawab atas segalanya. seharusnya seorang ayah tidak harus memikirkan masalahnya sendiri, tapi harus bertanggung jawab atas anaknya yang telah lagi ke dunia ini. saat ini mereka sedang berada di dalam mobil menuju salah satu taman bermain yang sering louis kunjungi bersma lisa, '' lisa, kenapa tiba-tiba menberikan pertanyaan seperti itu sama paman '''' paman lisa menyadari kalau papa selalu saja menghindari lisa dengan berbagai macam alasan '' lisa mengungkapakan apa yang di rasakan selama ini tentang alex yang selalu saja menghindari dirinya.'' lisa paman sangat mengerti dengan apa yang di rasakan oleh lisa, namun bisa saja papa lisa tidak berniat untuk menghindari lisa namung munking memang karena pekerjaan yang tidak bisa di tunda '''' paman apa bisa malan ini
Sepanjang perjalanan devan kembali dari kafe tempat pertemuan nya bersama dengn gibran, devan masih saja memilirkan semua perkataan gibran padanya.devan mengingat kembali kejadian di mana pertama kalinya dia bertemu dengan seseorang yang mengubah keseharinya menjadi lebih berwarnah.pov devan :enam yang tahun lalu devan berkuliah di salah satu universitas dan pada saat itu sudah menjadi semester terakhir devan di tahun itu, devan terkenal menjadi salah satu mahasiswa yang sangat terkenal bukan hanya ketampananya namun devan menjadi salah satu mahasiswa yang selalu mendapat prestasi tertinggi di masanya.banyak parah gadis yang selalu mengejar devan dan rata-rata mereka berasal dari kalanagan orang-orang yang kaya, namun tak satu dari mereka manpu mendapatkan hati seorang devan yang sangat terkenal cuek.hingga pada suatu hari semua itu berubah dengan masuknya salah satu mahasisiwi pindahan dari luar kota, gadis itu bernama anggita, anggita berhasil menbuat hati devan yang semulah cu
Saat dalam perjalanan pulang dari Cafe, devan melihat salah satu barang Anggi ketinggalan di dalam mobilnya, devan terpaksa harus Memutar Balik untuk mengembalikan barang Anggi. Sedangkan Anggi yang berada di cafe terus memohon kepada keempat rentenir itu agar mau bersabar dan memberikannya kesempatan. "Eh kamu pikir kami sudah tidak capek mengejar kamu terus, ini sudah sangat lama kami sudah mencari kamu kesana kemari " salah satu dari mereka meneriaki Anggi. Tiga tahun lamanya mereka mengejar Anggi untuk membayar semua utang-utang yang telah dipinjam oleh ibunya, Dan sebulan yang lalu Anggi telah pindah ke kota ini sehingga mereka sangat sulit untuk menemukan Anggi. " saya harus mendapatkan uang agar membayar utang saya ke bapak, Saya hanya bekerja paruh waktu di cafe ini "" Jika kamu tidak bisa membayar utang kamu maka terpaksa kami harus menjual kamu " Anggi sangat terkejut mendengar perkataan salah satu dari rentenir itu, mana bisa Mereka menjual Anggi hanya karena tidak bi
'' sekarang kita pulang ya ini sudah hampir soreh nanti mama cariin kita, dan kayanya mama sudah pulang kerumh deh '' devan terus menggandeng tangan tiara yang sibuk memak ice crem nya.takut kalau adiknya itu menabrak orang berpapasang denganya.dan benar saja tak lama ponsel devan berdering dan itu dari diana yang sepertinya menpertanyakan keberadaan mereka yang sampai sekarang belum juga kembali.'' iya mah..'' devan menyapa diana setelah mengangkat telpon diana.( devan kamu dimana kenapa kamu dan tiara belum juga sampai di rumah ) sesuai dugaan mereka kalau diana menghubungi karena mereka tidak kunjung pulang.'' iya mah maaf, devan sama diana lagi ada di mall, kami makan siang disini dan sebentar ;agi kami pulang ''( yah sudah hati-hati yah nak, jagain adik kamu )'' iya mah sampai nanti di rumah '' devan menyimpan kembali ponselnya setelah diana memutuskan sambungan telpon.'' mama kenapa kak '''' dia udah nyariin kita yang belum sampai juga di rumah '''' ya udah ayo kita pu
setelah mereka menyelesaikan pembuatan tendanya, devan mendekati anggi yang sedang menyusun barang-barang di dalam tenda, anggi juga melebarkan karpet kecil yang di bawah devan di depan tenda mereka.devan tersenyum melihat anggi yang bekerja keras, '' anggi kalau sudah selesai kita jalan-jalan dulu sebentar di sekitaran danau '''' emangnya nggak apa-apa ya kalau barangnya di tinggal disni '' '' nggak apa-apa '''' ya sudah ayo '' anggi mulai berjalan lebih dulu di susul oleh devan di belakang. '' aku senang kamu mengajak aku keluar seperti ini, sudah lama banget aku nggak menikmati waktu seperti ini '' anggi tiba-tiba saja memasang wajah yang terlihat sedih.'' kenapa, bukanya kamu bisa menikmati seperti kalau kamu nggak punya kesibukan '' devan mengerti tapi dia tidak mau terlihat seperti orang yang sedang mengasihani anggi.tidak semua orang ingin di kasihani meskiun hidup mereka sedang susah-susahnya, apalai devan tau kalau anggi tipe seorang gadis yang pekerja keras.''iya sih
Tibahlah dimana devan merayakan hari kelulusanya, semua keluarganya berkumpul dan parah sahabatnya untuk menberikan selamat kepada devan. namun orang sangat di tunggu-tunggunya tak kunjung datang, devan sudah menghubungi anggi, dan anggi bersiap datang namun sampai sekarang anggi tak kunjung datang juga.'' devan, ada apa sayang kenapa kamu sepertinya sedang menunggu seseorang '' diana datang menepuk pundak devan yang terlihat sedang menunggu seseorang.'' ah.. mama bikin kaget saja '' devan mengelus dadanya karena terkejut.'' bisa-bisanya kamu terkejut begitu, kamu nungguin siapa sih dev '' diana kembali mengulang pertanyaanya.'' teman devan mah, dia berjanji akan datang namun sampai sekarang dia belum datang juga '''' cewek atau cowok teman yang sedang kamu tunggu itu '' diana malah menggoda putranya.sebenarnya diana mengetahui kalau putranya itu sedang jatuh cinta kepada seseorang, namun diana lebih memilih kalau devan yang menbritahukanya sendiri.''hm.... cewek mah '' walau
Dua hari kemudian devan berangkat ke luar negeri, devan tidak lagi menemui anggi setelah hari itu, meski sangat ingin bertemu dengan seseorang yang sangat dia cintai devan terpaksa menahan hanya demi menghormati keputusan anggi.'' hati-hati yah sayang, kabari mama kalau kamu sudah sampai disana '' diana sangat sulit melepaskan putranya, ini pertama kalinya diana harus berpisah dari devan yang cukup jauh dan lama.'' iya mah,mama harus jaga kesehatan mama, papa juga yah, tiara kamu harus nurut sama mama dan papa '' '' iya nak kamu juga yah, sering-sering kabari kami selama kamu disana '' indra memeluk putra semata wayangnya.'' tiara kakak pergi yah, ingat pesan kakak kamu nggak boleh nakal, dan selalu nurut apa yang dikatan oleh mama dan papa '' tidaak lupa devan juga memeluk tiara adik yang selalu dia sayangi.'' ish kakak apaan sih, tiara bukan lagi anak kecil yah kakak beri pesan seperti itu '''' hehe.. siapa tau ajah adek kakak ini kan sangat bandel luar biasa '' devan mengacak
Devan sangat terkejut dan segera meninggalkan kantornya, dia tidak menyangkah kalau wanita yang tadi pagi hampir dirinya tabrak jatuh pingsan. Sebenarnya dia sudah menduganya kalau hal ini akan terjadi.Namun, wanita itu terlalu keras kepala dan memilih untuk kekampus dalam keadaan tidak sehat, untungnya tadi dia sempat memberikan kartu namanya kepada wanita itu. Devan menambah lajuh kendaraannya agar segera tiba dikampus diimana wanita itu berada.''Permisi, apa kalian tau dimana ruangan wanita yang jatuh pingsang tadi dimana dia sekarang?'' Devan telah tiba dikampus gadis itu dan menanyai beberapa mahasiswa yang kebetulan berpapasan denganya.''Oh, gadis yang tadi sepertinya dia berada diruangan dosen disebelah sana yang pintunya berwarna coklat, karena kami tadi sekelas jadi saya mengetahuinya.'' jawab seorang gadis yang memakai kacamata lensa.''Terimakasih.'' Devan segera berlari menuju ruangan yang ditunjuk oleh gadis berkacamata tadi.Devan hanya mengetuk pintu satu kali dan m
Saat mendengar kabar tentang Louis mereka semua terkejut dan panik, terutama Hana dia sangat syok sampai ingin jatu pingsan untungnya Axel ada dibelakanya sehingga bisa menhanya agar tidak terjatuh.''Suster, apa yang terjadi kepada anak kami?'' Axel mencoba untuk tenang.Jika mereka berdua sama-sama panik siapa yang akan menangani keadaan ini, Lisa juga sedang di rawat disini jadi sala satu dari mereka harus ada yang kuat.''Sayang, tenanglah ingat kalau Lisa masih dirawat disini.''''Aku, sangat takut kalau putra kita kenapa-napa. Louis, apa yang sebenarnya terjadi sama kamu nak?''''Padahal baru saja dia meninggalkaan ruangan ini dan kita sudah mendapatkan kabar buruk tentangnya''''Sayang, sabarlah Louis, pasti akan baik-aik saja dia anak yang kuat'' Axel terus saja menenankan istrinya yang terus menangis.''Ada apa?'' Lisa tiba-tiba terbangun mungkin karena mendengar suara Hana yang menangis.''Lisa?''''Kakek, apa yang terjadi kenapa Nenek, menangis seperti itu?'' dan benar saja
Tubuh Louis jatuh dengan darah yang mulai mengalir disekitarnya. Keempat pria tadi meninggalkan Louis yang sudah tergeletak diatas tanah. Louis masih sadar sehingga berusaha bangkit, akan tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bangun dari tanah. Dia masih tidak menyangkah kalau pria yang menusuknya tadi membawa pisau. "Tolong...?"Louis mencoba untuk teriak meminta tolong disisa tenaganya yang masih tersisa. "Tolong... Akh..."Namun, tak ada satupun yang mendengarkan teriakanya yang meminta tolong. Louis semakin lemah rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk berteriak hingga kesadarannya mulai hilang dan pingsan. Namun, kebetulan salah satu mobil yang berada disamping mobilnya sang pemiliknya datang, saat akan hendak membuka pintu mobil matanya tertuju kepada Louis yang sudah tidak sadarkan diri. Karena sangat terkejut pria itu segera menghampiri tubuh Louis yang sudah bersimbah dara segar. "Pak, Pak bangun, Pak...?" Pria itu berusaha membangunkan Louis. "Huk... Huk...?" "Pak? Apa
"Apa maksudmu Bima?""Ibu, maafkan Bima.""Harusnya. Kamu biarkan saja wanita sialan itu disini, tidak perlu harus membawanya kerumah sakit?"Sintia sangat marah setelah mengetahui kalau semalam Bima membawa Tiara kerumah sakit, menurutnya itu tidak perlu dan terlalu berlebihan. "Ibu, jika sesuatu terjadi padanya karena kita tidak membawanya kerumah sakit, maka keluarganya akan menuntut kita." Bima tidak suka dengan perkataan ibu-nya yang menurutnya terlalu jahat. "Apa pun itu ibu, tidak suka,""Ibu. Aku malas berdebat dengan ibu, aku harus kekantor secepatnya." Bima sudah malas berdebat dan meninggalkan Sintia yang masih terus meneriaki-nya. "Bima. Ibu, belum selesai berbicara Bima,"Namun orang yang terus diteriaki namanya terus saja berlari menaiki tangga tanpa berbalik, sehingga membuat Sintia sangat kesal dia masih ingin memarahi Bima tetapi anak itu sudah malas mendengarkannya. "Wanita sialan itu telah mencuci otak anakku?" Sintia terus mengatai Tiara, "aku tidak akan membia
"Sepertinya Lisa, keracunan makanan sehingga menyebabkan muntah-muntah, apakah anda tidak memberikannya makanan yang membuatnya alergi?" Dokter itu mberitahukan tentang keadaan Lisa. Bisa saja anak kecil itu memiliki alergi atau memang keracunan makanan saat memakan sesuatu. "Kalau mengenai alergi sepertinya tidak Dokter, karena saya yang selalu memeriksa makanannya setiap akan makan di rumah!" "Kalau begitu bisa saja pada saat dia berada di sekolah?" "Tapi Dokter, kami selalu menyiapkan bekal untuknya. Lisa, sama sekali tidak membeli makanan tanpa pengawasan kami," Hana tau betul mengenai apa yang akan dimakan oleh cucunya karena dia sendiri turut memeriksa makanan yang akan dimakan atau di bawah bekal kesekolah. "Mungkin yang Anda katakan memang benar, tetapi kita tidak tau pada saat dia berada di luar jangkaun anda, bisa saja pada saat makan mereka saling berbagi makanan sesama teman?" "Atau bisa saja Lisa, sebelum makan tidak mencuci tangan atau banyak lagi kemungkinannya"
Bima segera membawa Tiara kerumah sakit? pria itu terlihat sangat terburu-buru menuruni tangga sambil menggendong wanita yang masih terlelap, tapi sesekali gadis yang menutup mata itu mengeluarkan suara erangan kecil. Bima segera memasukkan Tiara ke dalam mobil, tidak lupa dia juga menyelimutinya, lalu segera melajukan kendaraannya. "Huk, huk, huk," tiba-tiba Tiara terbatuk-batuk membuat Bima berbalik ke arahnya. Pria itu bisa melihat kalau wanita itu banyak mengeluarkan keringat. "Bersabarlah kita akan segera tiba di rumah sakit!" Pria itu terlihat sangatlah khawatir dan menambah laju kendaraannya. "Bima..." Tiara menggumamkan nama Bima. "Hm, ada apa?" Namun wanita di sampingnya itu masih terlelap, ternyata wanita itu hanya mengigau, Bima terus melihat ke arah Tiara, yang ternyata wanita itu masih beberapa kali menyebutkan namanya di dalam tidurnya. Segera tiba di rumah sakit. Pria itu segera membawa Tiara masuk kedalam rumah sakit, sambil teriak memanggil dokter dan suster un
Malam semakin larut. Banyak tamu undangan meninggalkan acara. Bima dan keluarganya juga bersiap pulang. Tiara mendekati ibunya, Diana, ingin menyampaikan sesuatu.Diana terlihat heran karena Tiara tiba-tiba menarik tangannya. "Ma, malam ini aku tidak pulang ke rumah Mama. Aku dan Bima akan kembali ke rumah mertuaku," kata Tiara."Bukankah kamu bilang akan pulang bersama Mama?" tanya Diana, sedikit bingung dengan keputusan putrinya. Siang tadi, Tiara mengatakan akan kembali ke rumah mertuanya dua hari lagi."Iya, Ma, tapi kami sudah seminggu di rumah Mama. Aku merasa tidak enak jika lebih lama lagi. Aku takut ibu mertuaku berpikir buruk tentangku," jelas Tiara. Ia takut Sintia, ibu mertuanya, semakin marah. Tiara lebih memilih mengalah untuk menghindari masalah lebih besar."Baiklah, Nak. Jika itu keputusanmu, Mama tak bisa berbuat apa-apa, meskipun Mama ingin kamu menginap lagi malam ini," kata Diana.Mereka berpisah di parkiran. Sepanjang perjalanan, Tiara diam, pikirannya kacau. Hat
Tibalah saatnya para tamu undangan dipersilakan untuk berdansa, meramaikan acara malam hari ini.“Kita persilakan Pak Bima Priawan, beserta istrinya untuk naik berdansa dengan para tamu undangan,” penyiar acara menyebut nama Bima dan Tiara.Tiara merasa sangat canggung setelah namanya disebutkan. Bukannya dirinya tidak ingin berdansa, namun bila harus bersama Bima, rasanya sangat canggung, apalagi di depan banyak orang. Jika hubungan mereka tidak bermasalah, maka tidak akan ada masalah jika harus berdansa bersama.Para tamu undangan bertepuk tangan, menyuruh Bima dan Tiara untuk naik berdansa. Musik yang indah sudah diputar, menantikan pasangan pada malam hari ini.Bima mendekati Tiara dan menyodorkan tangannya, agar gadis bergaun navi itu mau berdansa dengannya. Dia harus bisa menjaga citranya di depan banyak orang, agar dianggap sebagai suami yang romantis dan mencintai pasangannya.“Ayo, Tiara, naik sama Bima,” bisik Diana di telinga putrinya, menyuruhnya untuk berdansa bersama Bi
Malam itu, Louis memilih kembali ke apartemennya yang mewah di pusat kota. Kemewahan apartemen itu terasa hampa. Ia merasa sangat malas untuk pulang ke mansion keluarga besarnya di pinggiran kota. Pertengkaran terakhirnya dengan Alex, kakak tirinya yang selalu berseberangan pendapat dengannya, masih terasa menyengat di dadanya. Ia butuh ketenangan, jauh dari drama keluarga yang selalu mewarnai hidupnya. Ia ingin menghindari konfrontasi lebih lanjut, setidaknya untuk sementara waktu.Louis melepas dasinya yang terasa mencekik, melemparkannya asal ke sofa kulit berwarna krem. Ia berjalan menuju kamar mandi, niatnya untuk segera mandi dan melupakan segala kepenatan. Namun, sebelum tangannya menyentuh gagang pintu kamar mandi, ponselnya berdering, menghentikan langkahnya. Nama Rangga, sahabatnya sejak kecil, terpampang di layar."Ada apa kamu menghubungiku?" tanya Louis, suaranya terdengar sedikit lelah."Louis, aku ingin kamu menemani aku ke sebuah acara. Aku lagi malas jika ha