Saat dalam perjalanan menuju ke rumah Sintia tiba-tiba saja Devan teringat kalau ini pertama kalinya dia berkunjung ke rumah Mertua adiknya.
Dan sangat kebetulan dia melihat toko kue dan toko bunga bersebelahan, sehingga dia memilih untuk mampir dan membeli kue serta bunga sebagai buah tangan. Devan memilih dua kue salah satunya kue kesukaan Tiara rasa coklat pandan. Pria itu tersenyum saat Pelayan toko kue itu memberikan kue pesanannya, dia juga berniat untuk membeli satu buket bunga. Setelah seluruh urusannya selesai Devan kembali melanjutkan perjalanannya. Butuh waktu hingga dirinya sampai di rumah Sintia. Sebelum mobil Devan memasuki pintu gerbang dia dihentikan terlebih dahulu oleh Security yang menjaga di sana, untuk bertanya ada urusan apa dirinya datang ke rumah ini dan siapa dia. ''Saya Devan, kakaknya Tiara," jawab Devan memperkenalkan dirinya. ''Oh maaf saya, tidak mengetahui kalau Bapak, saudara dari Ibu Tiara.'' ''Tidak masalah Pak, bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?'' ''Yah ... Maaf Pak, silakan anda masuk'' Security itu dengan sopan mempersilakan Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai saudara Tiara, untuk masuk setelah membukakan pintu gerbang. ''Terima kasih ya Pak,'' tidak lupa Devan berterima kasih kepada Security yang telah membantu membukakan pintu gerbang. Security itu hanya mengangguk dan mempersilakan pemuda itu kembali melanjutkan mengemudikan mobilnya masuk ke dalam. Devan memarkirkan mobilnya di depan rumah yang tak kalah besar dengan rumahnya Meskipun begitu rumahnya sedikit lebih besar. Devan beberapa kali memencet bell hingga salah satu pembantu rumah tangga di rumah itu membukakan pintu untuknya. ''Dengan siapa yah Pak,'' tanya pembantu rumah tangga itu. ''Apa Tiara, sedang ada di rumah?'' tanya Devan kepada pembantu rumah tangga yang sedang berdiri di hadapannya. ''Apa saya, boleh tahu anda ini siapa ya?" ''Saya Devan, kakak dari Tiara," ''Ohh Kakak dari ibu Tiara,'' pembantu rumah itu sedikit terkejut saat mengetahui kalau yang berada di hadapannya itu adalah saudara dari majikannya. Devan bisa menyadari perubahan dari sikap pembantu rumah tangga itu. Entah mengapa dia merasa sedikit aneh dengan tingkah laku pembantu rumah tangga di hadapanya ini. ''Iya benar apakah saya bisa bertemu dengan Tiara.'' Devan kembali mengulangi perkataannya. ''Apakah anda bisa menunggu sebentar. Saya akan memberitahukannya kalau ada tamu yang sedang mencari ibu Tiara,'' ''Baiklah kalau begitu'' ''Silakan Anda, duduk di sana dulu Pak, Saya akan memanggil ibu Tiara,'' Devan semakin merasa sangat aneh bukannya dirinya dipersilakan untuk masuk dan menunggu di dalam ini malah dirinya disuruh menunggu di luar dan pembantu itu menutup kembali pintunya. Pembantu itu segera berlari masuk mencari Sintia untuk melaporkan kalau ada Devan di luar sedang mencari Tiara, kebetulan Sintia sedang berada di ruang keluarga. ''Nyonya, di luar ada kakaknya Ibu Tiara, sedang mencarinya?'' pembantu itu menyampaikan kepada Sintia kalau Pemuda di luar sana sedang menunggu di depan. mata Sintia, terbuka dengan lebar saking terkejutnya mendengar kalau Devan, datang untuk mencari Tiara. ''Apa? Kamu menyuruh dia untuk masuk ke dalam rumah'' ''Tidak Nyonya. saya menyuruhnya untuk menunggu di luar" ''Bagus. Tini, sekarang kamu buatkan kopi atau teh untuk kakanya Tiara, dan persilakan dia untuk masuk dan menunggu di ruang tamu'' ''Baik Nyonya," pembantu yang bernama Tini itu berlalu masuk menuju ke dapur untuk melakukan perintah dari Sintia. Sedangkan Sintia segera mencari keberadaan Tiara, menemukannya berada di halaman belakang sedang membersihkan. Wanita yang sudah berusia setengah abad itu segera menarik tangan gadis yang sedang memotong rumput masuk ke dalam rumah. ''Ibu, ada apa? Kenapa Ibu, menarik-narik tangan Tiara." Tiara sempat terkejut karena tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang. ''Diam kamu, segera masuk bersihkan dirimu dan berdandan karena saudaramu sedang menunggu di depan, dia datang untuk mengunjungimu, ingat kamu tidak boleh mengatakan apa pun kepada saudaramu jika sampai itu terjadi maka kamu akan jauh lebih menderita daripada ini,'' setelah mengatakan itu Sintia meninggalkan Tiara lebih dulu. Ternyata sintia menuju ke ruang tamu untuk menemui Devan dan menyapanya. Sintia memperlihatkan senyumanya yang ramah kepada pria yang sedang duduk di atas sofa. Dia tidak ingin kalau pria itu mengetahui kalau selama ini dirinya menyiksa Tiara semenjak pertama kali gadis itu menginjakkan kakinya di rumah ini. ''Devan, Maaf ya kamu sudah menunggu lama, Tiara, sedang bersiap-siap dia baru saja selesai mandi" ''Ah ... Selamat siang Tante, tidak apa-apa saya masih bisa menunggu Tiara,'' Sintia mengajak Devan mengobrol begitu banyak dan bertanya tentang banyak hal serta menanyakan kabar Indra, dan Diana untuk sekedar basa-basi, dia juga meminta maaf kepada pemuda itu karena adiknya belum pernah berkunjung ke rumah kedua orang tuanya semenjak dirinya memasuki rumah ini. Devan hanya berkata tidak masalah dan bisa memakluminya karena Tiara, dan Bima baru saja melangsungkan pernikahan. Devan sudah tidak sabar menunggu Tiara turung dari lantai dua, tak lama wanita yang di tunggu-tunggu akhirnya turung juga. Dia sangat kagum kepada adiknya meskipun sudah menikah dia tetap terlihat sangat anggun dan cantik. Tiara melebarkan senyumanya ketika bersitatap dengan Devan kakak yang sangat dirindukan. Ingin rasanya Tiara menangis di pelukan pria di hadapannya ini sambil mengadu dengan menceritakan semua masalahnya serta meanangis sekencang-kencangnya. ''Kak Devan. aku sangat merindukan Kakak." Tiara dengan manjanya memeluk Devan di hadapan Sintia. Sintia yang menyasihkan itu memutar bola matanya dengan sangat malas menyaksikan drama yang di buat oleh kedua bersaudara itu. ''Kakak juga sangat merindukan kamu, tadi saat pulang kerumah setelah sebulan lamanya, Kakak, merasa sangat aneh karena kamu, sudah tidak ada disana.'' Devan mengatakan dengan sungguh-sungguh sambil memeluk Tiara dengan sangat erat. ''Kalian, bisa mengobrol saya, akan masuk dulu.'' Sintia lalu berdiri dan mulai berjalan meninggalkan Tiara, dan Devan tetapi ... ''Tante, apakah saya, boleh menbawa Tiara, pulang kerumah saya, Mama sangat merindukannya dia ingin kalau Tiara, menginap untuk beberapa hari di rumah." Devan menyampaikan niatnya kepada Sintia sebelum mertua adiknya meninggalkan mereka berdua. Sintia sangat kesal dengan permintaan Devan tapi meskipun begitu Sintia tetap berbalik ke arah pria itu dengan memasang senyum yang di paksa. ''Bagaimana Ya ... Tante, tidak bisa memutuskanya Tiara harus meminta izin dulu sama Bima, karena bagaimana pun dia harus meminta izin kepada suaminya'' Sintia berpura-pura tidak bisa memutuskan untuk mengizinkan Tiara sebelum meminta izin dari Bima. ''Oh begitu Ya, Tante, baiklah kalau begitu saya, akan menghubungi Bima,'' Sintia hanya mengangguk dan tersenyum sambil menunggu melihat Devan mulai menghubungi Bima putranya, tetapi Bima tak kunjung mengangkat teleponya. ''Maaf Tante, Bima, tidak mengangkat telepon saya, bagaimana kalau saya, menbawa Tiara saja dulu nanti di perjalanan saya akan berusaha menghubungi Bima lagi dan menberitahunya?'' Tiara dan Devan masih menunggu jawaban dari Sintia. Gadis itu takut kalau ibu mertuanya melarangnya untuk ikut bersama dengan kakaknya karena belum mendapatkan izin dari Bima. Tiara terus berpikir apakah dirinya akan di beri izin atau tidak.''Saya, sangat senang dengan kerja keras anda pak Bima,'' ucap salah satu petinggi memuji Bima dengan hasil kerjanya yang sangat memuaskan.''Anda benar Pak, jika pak Diwan, masih hidup pasti beliau sangat bangga ke pada putranya'' yang lainya memuji dengan menyebut nama Diwan ayah dari Bima yang sudah lama meninggal.''Terimakasih atas pujian Kalian, dan terimakasih atas kerjasamanya yang baik, baiklah kita akhiri rapat ini sampai di sini dan berjumpa kembali setelah sebulan peluncuran produk Kita.'' Bima penuh dengam kharisma saat berada di hadapan para petinggi.Setelah para petinggi keluar dari ruangan Bima Juga ikut keluar dari ruangan rapat, saat sudah di luar dia disambut oleh Sekretarisnya.''Maaf Pak, sudah dari tadi ponsel Anda, berdering tetapi saya, tidak berani mengangkatnya karena takutnya ini sangat penting'' ucap sekretaris itu menyerahkan ponsel milik Bima.''Baiklah terima kasih'' setelah menerima ponsel itu Bima kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.Sesa
"Ayo silahkan masuk." Devan menpersilahkan tamu yang datang untuk masuk ke dalam rumah.''Terimaksih."''Aku tidak menyangkah kalau kamu akan datang selarut ini."''Maaf karena tidak menberikan kabar dan tiba-tiba datang kemari?''''Tidak masalah kami sangat senang jika kamu mau datang berkunjung.'' ''Siapa yang datang Nak?'' tanya Diana setelah melihat Devan kembali.''Iya Kak siapa yang datang?" Tiara juga ikut penasaran siapa yang berkunjug malam-malam begini.Devan hanya tersenyum tanpa menjawab apa pun. Tapi, saat seseorang muncul dari belakang Devan menbuat Diana dan Indra tersenyum lebar. Namun, lain halnya dengan Tiara dia sangat terkejut setelah melihat siapa yang datang? ''Bima ternyata kamu yang datang yah ... Mama pikir siapa." Diana dengan ramah menyapa menantunya yang pertama kali datang berkunjung setelah menikah dengan Tiara."Sini Bima, bergabung dengan kami." bukan hanya Diana yang bahagia dengan kedatangan menantunya. Namun, Indra juga terlihat bersemangat.''Iya
Saat Bima masuk ke dalam kamar Tiara. Bima terus Memperhatikan sekeliling kamar milik wanita yang telah dia nikahi. Bima juga melihat tempat tidur Tiara masih rapi tapi dia tidak mendapati wanita itu di sana, setelah melihat kesana kemari dia mendapati wanita berkulit putih itu tidur di dekat jendela, terdapat tempat tidur kecil di sana tapi terlihat sangat nyaman.Bima mengerti kalau Tiara menyiapkan tempat tidurnya untuk dia gunakan dan wanita itu lebih memilih untuk tidur di tempat yang kecil demi mementingkan dirinya. Bima berjalan mendekati istrinya yang sedang terlelap, dia bisa melihat bagaimana dia tidur dengan nyenyak di rumah kedua orang tuanya, selamah Tiara tinggal di rumahnya dia tidak pernah melihatnya tertidur seperti ini mungkin karena tempat tidur di rumahnya merasa tidak nyaman karena hanya beralaskan karpet tipis.Bima mengingat kembali bagaimana hubungannya dengan Tiara sebelum mereka menikah, karena memang niatnya untuk mendekati Tiara adalah sebuah rencananya ber
Saat dalam perjalanan menuju kantor Bima, tidak sengaja Tiara melihat seorang anak kecil yang sedang di pukuli oleh beberapa anak lain, karena tidak tega Tiara menepikan mobil lamborghini miliknya lalu turun dari mobilnya untuk menghampiri anak kecil yang sedang di pukuli itu.''Hei ... Apa yang kalian lakukan hentikan?'' teriak wanita itu segera berlari menghampiri anak kecil yang wajahnya sudah memiliki banyak lebam. Namun, yang tidak disadari oleh Tiara kalau dia sedang melakukan tugas yang di berikan oleh Bima, waktu sudah menghampiri satu jam waktu yang di berikan oleh pria itu untuk sampai ke kantornya secepat mungkin. Tapi, siapa sangka kalau dia harus menolong seorang anak kecil lebih dulu. ''Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalin memukuli teman kalian sendiri." Tiara menarik tangan anak yang di pukuli ke dalam pelukanya lalu berjongkok menatap wajah anak itu yang penuh dengan memar bahkan di bawah mata anak itu sedikit berdarah.''Apa kamu tidak apa-apa?'' Tiara menghapus d
"Kakak, akan membawa kamu pulang ke rumah?kakak tidak bisa membiarkan kamu sendirian di jalanan apalagi teman kamu sangat nakal dia tega memukuli kamu." Yang ada jika Tiara membiarkannya disana mungkin saja anak ini akan dipukuli lagi dan lagi. Karena disana tidak ada yang mengawasi mereka. Meskipun mereka semua baik tapi kalau sudah kelaparan bisa saja mereka akan berbuat kasar dan merampas uang teman-temannya. "Tapi kak. Apa tidak masalah jika membawa aku pulang ke rumah kakak?" Baik terlihat ragu mana mungkin dia akan menyusahkan orang baik seperti wanita itu. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain karena dirinya. "Enggak apa-apa dong nanti kakak yang ngurus itu ya. Yang penting kamu ikut sama kakak dulu." Tiara tidak mau tau dia harus membawa anak kecil itu ikut bersamanya terlalu bahaya jika membiarkan anak itu tetap dijalanan. "Makasih ya kak. Karena sudah baik sama Baim." Anak kecil itu sangat senang karena masih ada yang baik padanya. Setidaknya sekarang dia punya tempat tin
Tiara masih saja terus memohon di hadapan kedua orang tuanya agar mau menerima baim di rumah ini, tidak lama bibi niam datang menbawah baim yang sudah bersih setelah di mandikan dan di gantikan pakaianya.diana yang menatap anak itu langsung menyukainya, karena baim sangat tampan dan putih, bahkan diana bisa menilai kalau baim anak yang sabar dan tidak nakal.'' baim sini duduk sama kakak '' tiara melambaikan tanganya dan meminta baim agar duduk bersamanya.baim dengan ragu-ragu berjalan ke dekat tiara dan duduk disamping tiara, tapi baim terus saja menundukan kepalanya, diana dan indra saling bertukar pandang melihat baim lalu mengangguk.'' siapa nama kamu nak '' diana mulai mengajak baim untuk bicara.karena merasa di ajak bicara baim mengangkat kepalanya, '' nama aku baim '''' baim, apa baim mau tinggal disini bareng kita ''mendapatkan pertanyaan seperti itu baim jadi bingun dan menatap ke arah tiara, tiara mengangguk ke arah baim sehingga menbuat baim juga ikut menganggukan kep
..sebuah gelas terbentur ke dinding karena di banting oleh seorang pria yang sangat marah karena miliknya telah di ganggu oleh orang yang tidak bertanggung jawab.'' bagaimana bisa kalian seceroboh itu, cari tau apa yang mereka inginkan sehingga mengancau di tempat yang tidak seharusnya mereka ganggu '''' baik pak, kami akan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi ''pria lainya pergi dari ruangan itu kini hanya tersisa pria yang melemparkan gelas ke tembok tadi, namun dering telponya kini mengalihkan pikiranya yang kacau.*****( paman huhu... hihi...) suara tangis di sebrang telpon menbuat raut wajah louis yang semula dingin tak berperasaan berubah menjadi sosok pria yang jauh berbeda.'' lisa ada apa sayang kenapa kamu menangis '' louis begitu mencintai kepenokanya yang hanya semata wayang.( papa mengingkari janjinya, dia bilang seharian ini akan menghabiskan waktu bersama lisa namun nyatanya dia pergi ) lisa anak berumur enam tahun yang di tinggalkan oleh ibunya sejak lisa di
''Paman apa lisa tidak di sayang lagi sama papa '' Lisa tiba-tiba saja menberikan pertanyaan yang susah di jawab oleh Louis. Louis tahu tidak semudah anak seusia Lisa harus mengalami semua itu. Alex seharusnya bertanggung jawab atas segalanya. seharusnya seorang ayah tidak harus memikirkan masalahnya sendiri, tapi harus bertanggung jawab atas anaknya yang telah lagi ke dunia ini. saat ini mereka sedang berada di dalam mobil menuju salah satu taman bermain yang sering louis kunjungi bersma lisa, '' lisa, kenapa tiba-tiba menberikan pertanyaan seperti itu sama paman '''' paman lisa menyadari kalau papa selalu saja menghindari lisa dengan berbagai macam alasan '' lisa mengungkapakan apa yang di rasakan selama ini tentang alex yang selalu saja menghindari dirinya.'' lisa paman sangat mengerti dengan apa yang di rasakan oleh lisa, namun bisa saja papa lisa tidak berniat untuk menghindari lisa namung munking memang karena pekerjaan yang tidak bisa di tunda '''' paman apa bisa malan ini
''Paman apa lisa tidak di sayang lagi sama papa '' Lisa tiba-tiba saja menberikan pertanyaan yang susah di jawab oleh Louis. Louis tahu tidak semudah anak seusia Lisa harus mengalami semua itu. Alex seharusnya bertanggung jawab atas segalanya. seharusnya seorang ayah tidak harus memikirkan masalahnya sendiri, tapi harus bertanggung jawab atas anaknya yang telah lagi ke dunia ini. saat ini mereka sedang berada di dalam mobil menuju salah satu taman bermain yang sering louis kunjungi bersma lisa, '' lisa, kenapa tiba-tiba menberikan pertanyaan seperti itu sama paman '''' paman lisa menyadari kalau papa selalu saja menghindari lisa dengan berbagai macam alasan '' lisa mengungkapakan apa yang di rasakan selama ini tentang alex yang selalu saja menghindari dirinya.'' lisa paman sangat mengerti dengan apa yang di rasakan oleh lisa, namun bisa saja papa lisa tidak berniat untuk menghindari lisa namung munking memang karena pekerjaan yang tidak bisa di tunda '''' paman apa bisa malan ini
..sebuah gelas terbentur ke dinding karena di banting oleh seorang pria yang sangat marah karena miliknya telah di ganggu oleh orang yang tidak bertanggung jawab.'' bagaimana bisa kalian seceroboh itu, cari tau apa yang mereka inginkan sehingga mengancau di tempat yang tidak seharusnya mereka ganggu '''' baik pak, kami akan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi ''pria lainya pergi dari ruangan itu kini hanya tersisa pria yang melemparkan gelas ke tembok tadi, namun dering telponya kini mengalihkan pikiranya yang kacau.*****( paman huhu... hihi...) suara tangis di sebrang telpon menbuat raut wajah louis yang semula dingin tak berperasaan berubah menjadi sosok pria yang jauh berbeda.'' lisa ada apa sayang kenapa kamu menangis '' louis begitu mencintai kepenokanya yang hanya semata wayang.( papa mengingkari janjinya, dia bilang seharian ini akan menghabiskan waktu bersama lisa namun nyatanya dia pergi ) lisa anak berumur enam tahun yang di tinggalkan oleh ibunya sejak lisa di
Tiara masih saja terus memohon di hadapan kedua orang tuanya agar mau menerima baim di rumah ini, tidak lama bibi niam datang menbawah baim yang sudah bersih setelah di mandikan dan di gantikan pakaianya.diana yang menatap anak itu langsung menyukainya, karena baim sangat tampan dan putih, bahkan diana bisa menilai kalau baim anak yang sabar dan tidak nakal.'' baim sini duduk sama kakak '' tiara melambaikan tanganya dan meminta baim agar duduk bersamanya.baim dengan ragu-ragu berjalan ke dekat tiara dan duduk disamping tiara, tapi baim terus saja menundukan kepalanya, diana dan indra saling bertukar pandang melihat baim lalu mengangguk.'' siapa nama kamu nak '' diana mulai mengajak baim untuk bicara.karena merasa di ajak bicara baim mengangkat kepalanya, '' nama aku baim '''' baim, apa baim mau tinggal disini bareng kita ''mendapatkan pertanyaan seperti itu baim jadi bingun dan menatap ke arah tiara, tiara mengangguk ke arah baim sehingga menbuat baim juga ikut menganggukan kep
"Kakak, akan membawa kamu pulang ke rumah?kakak tidak bisa membiarkan kamu sendirian di jalanan apalagi teman kamu sangat nakal dia tega memukuli kamu." Yang ada jika Tiara membiarkannya disana mungkin saja anak ini akan dipukuli lagi dan lagi. Karena disana tidak ada yang mengawasi mereka. Meskipun mereka semua baik tapi kalau sudah kelaparan bisa saja mereka akan berbuat kasar dan merampas uang teman-temannya. "Tapi kak. Apa tidak masalah jika membawa aku pulang ke rumah kakak?" Baik terlihat ragu mana mungkin dia akan menyusahkan orang baik seperti wanita itu. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain karena dirinya. "Enggak apa-apa dong nanti kakak yang ngurus itu ya. Yang penting kamu ikut sama kakak dulu." Tiara tidak mau tau dia harus membawa anak kecil itu ikut bersamanya terlalu bahaya jika membiarkan anak itu tetap dijalanan. "Makasih ya kak. Karena sudah baik sama Baim." Anak kecil itu sangat senang karena masih ada yang baik padanya. Setidaknya sekarang dia punya tempat tin
Saat dalam perjalanan menuju kantor Bima, tidak sengaja Tiara melihat seorang anak kecil yang sedang di pukuli oleh beberapa anak lain, karena tidak tega Tiara menepikan mobil lamborghini miliknya lalu turun dari mobilnya untuk menghampiri anak kecil yang sedang di pukuli itu.''Hei ... Apa yang kalian lakukan hentikan?'' teriak wanita itu segera berlari menghampiri anak kecil yang wajahnya sudah memiliki banyak lebam. Namun, yang tidak disadari oleh Tiara kalau dia sedang melakukan tugas yang di berikan oleh Bima, waktu sudah menghampiri satu jam waktu yang di berikan oleh pria itu untuk sampai ke kantornya secepat mungkin. Tapi, siapa sangka kalau dia harus menolong seorang anak kecil lebih dulu. ''Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalin memukuli teman kalian sendiri." Tiara menarik tangan anak yang di pukuli ke dalam pelukanya lalu berjongkok menatap wajah anak itu yang penuh dengan memar bahkan di bawah mata anak itu sedikit berdarah.''Apa kamu tidak apa-apa?'' Tiara menghapus d
Saat Bima masuk ke dalam kamar Tiara. Bima terus Memperhatikan sekeliling kamar milik wanita yang telah dia nikahi. Bima juga melihat tempat tidur Tiara masih rapi tapi dia tidak mendapati wanita itu di sana, setelah melihat kesana kemari dia mendapati wanita berkulit putih itu tidur di dekat jendela, terdapat tempat tidur kecil di sana tapi terlihat sangat nyaman.Bima mengerti kalau Tiara menyiapkan tempat tidurnya untuk dia gunakan dan wanita itu lebih memilih untuk tidur di tempat yang kecil demi mementingkan dirinya. Bima berjalan mendekati istrinya yang sedang terlelap, dia bisa melihat bagaimana dia tidur dengan nyenyak di rumah kedua orang tuanya, selamah Tiara tinggal di rumahnya dia tidak pernah melihatnya tertidur seperti ini mungkin karena tempat tidur di rumahnya merasa tidak nyaman karena hanya beralaskan karpet tipis.Bima mengingat kembali bagaimana hubungannya dengan Tiara sebelum mereka menikah, karena memang niatnya untuk mendekati Tiara adalah sebuah rencananya ber
"Ayo silahkan masuk." Devan menpersilahkan tamu yang datang untuk masuk ke dalam rumah.''Terimaksih."''Aku tidak menyangkah kalau kamu akan datang selarut ini."''Maaf karena tidak menberikan kabar dan tiba-tiba datang kemari?''''Tidak masalah kami sangat senang jika kamu mau datang berkunjung.'' ''Siapa yang datang Nak?'' tanya Diana setelah melihat Devan kembali.''Iya Kak siapa yang datang?" Tiara juga ikut penasaran siapa yang berkunjug malam-malam begini.Devan hanya tersenyum tanpa menjawab apa pun. Tapi, saat seseorang muncul dari belakang Devan menbuat Diana dan Indra tersenyum lebar. Namun, lain halnya dengan Tiara dia sangat terkejut setelah melihat siapa yang datang? ''Bima ternyata kamu yang datang yah ... Mama pikir siapa." Diana dengan ramah menyapa menantunya yang pertama kali datang berkunjung setelah menikah dengan Tiara."Sini Bima, bergabung dengan kami." bukan hanya Diana yang bahagia dengan kedatangan menantunya. Namun, Indra juga terlihat bersemangat.''Iya
''Saya, sangat senang dengan kerja keras anda pak Bima,'' ucap salah satu petinggi memuji Bima dengan hasil kerjanya yang sangat memuaskan.''Anda benar Pak, jika pak Diwan, masih hidup pasti beliau sangat bangga ke pada putranya'' yang lainya memuji dengan menyebut nama Diwan ayah dari Bima yang sudah lama meninggal.''Terimakasih atas pujian Kalian, dan terimakasih atas kerjasamanya yang baik, baiklah kita akhiri rapat ini sampai di sini dan berjumpa kembali setelah sebulan peluncuran produk Kita.'' Bima penuh dengam kharisma saat berada di hadapan para petinggi.Setelah para petinggi keluar dari ruangan Bima Juga ikut keluar dari ruangan rapat, saat sudah di luar dia disambut oleh Sekretarisnya.''Maaf Pak, sudah dari tadi ponsel Anda, berdering tetapi saya, tidak berani mengangkatnya karena takutnya ini sangat penting'' ucap sekretaris itu menyerahkan ponsel milik Bima.''Baiklah terima kasih'' setelah menerima ponsel itu Bima kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.Sesa
Saat dalam perjalanan menuju ke rumah Sintia tiba-tiba saja Devan teringat kalau ini pertama kalinya dia berkunjung ke rumah Mertua adiknya.Dan sangat kebetulan dia melihat toko kue dan toko bunga bersebelahan, sehingga dia memilih untuk mampir dan membeli kue serta bunga sebagai buah tangan.Devan memilih dua kue salah satunya kue kesukaan Tiara rasa coklat pandan. Pria itu tersenyum saat Pelayan toko kue itu memberikan kue pesanannya, dia juga berniat untuk membeli satu buket bunga.Setelah seluruh urusannya selesai Devan kembali melanjutkan perjalanannya. Butuh waktu hingga dirinya sampai di rumah Sintia.Sebelum mobil Devan memasuki pintu gerbang dia dihentikan terlebih dahulu oleh Security yang menjaga di sana, untuk bertanya ada urusan apa dirinya datang ke rumah ini dan siapa dia.''Saya Devan, kakaknya Tiara," jawab Devan memperkenalkan dirinya. ''Oh maaf saya, tidak mengetahui kalau Bapak, saudara dari Ibu Tiara.''''Tidak masalah Pak, bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?'