Share

Bab. 4

Penulis: Leend Syahidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ini foto yang, Bapak minta.” Dengan sopan Firman meletakkan sebuah amplop coklat berisi foto-foto kegiatan Herda selama ini jika Danu sedang keluar kota.

“Terima kasih, Firman. Kau sudah bersusah payah membantuku,” ucap Danu sambil memegang amplop yang Firman antarkan.

“Sudah tugas, saya sebagai anak buah, Pak. Siap menerima dan menjalankan tugas.”sahut Firman sambil merundukkan kepala sebentar. “Maaf ini dari saya pribadi, Pak. Bila ada waktu, sudi kiranya, Bapak menghadiri pernikahan sederhana saya 2 mingu lagi.”

“Oh, Alhamdulillah, insya Allah, saya pasti datang,” sahut Danu.

­­­­________

Danu menatap nanar lembaran foto yang berserak, di atas meja berpelitur coklat muda di ruang tengah rumah ibunya. Ada sekitar sepuluh foto yang menampilkan gambar istrinya bersama pria lain. Foto yang diambil diam-diam di dua tempat yang berbeda.

Bahkan ada foto yang Herda jalan bertiga bersama putri mereka dengan pria yang sama.

Ternyata Danu begitu naif selama ini. Bukan sebentar, hampir delapan tahun dia menjadi lelaki yang seperti tak punya harga diri di hadapan istri keduanya.

Sifat memelas, wajah mendamba, keluhan manja yang dulu sering Herda utarakan padanya, ternyata hanya akal-akalan wanita muda itu untuk memisahkan dirinya dari Kirani.

Dulu Danu masih cukup muda saat menikah dengan Kirani, jiwa mudanya masih bergejolak, geloranya masih meledak-ledak. Saat dibisikan sedikit saja, hal yang sensitif makanya, naluri lelakinya untuk melindungi langsung merespon, tanpa melihat batasan yang sepantasnya.

“Kenapa, nggak datang  kemarin waktu meeting?” Danu, bertanya pada Herda siang itu saat jam istirahat berlangsung. Biasanya perempuan ini akan mendampingi pak Nando-rekan kerja Danu.

“Saya lagi jalan, cari pinjaman kemarin, Pak,” jawab Herda dengan wajah memelas.

“Pinjaman? Untuk apa? Koq nggak minjam di kantor saja?” Danu kembali bertanya sambil memperhatikan penampilan Herda yang nampak sopan.

“Eh itu, Pak. Saya malu, Pak. Dua bulan lalu sudah minjem. Tapi ini saya butuh lagi.” Wajah Herda sudah dibuat sendu.

Danu cukup heran, mengapa karyawan biasa seperti Herda bisa pinjam uang sana sini, kemudian lelaki ini kembali tergelitik untuk bertanya kesusahan apa kiranya yang menimpa perempuan muda ini.

“Emangnya, kamu lagi susah apa, sampai harus minjem?” selidik Danu, dengan mata yang masih tak ingin berpaling dari wajah sendu yang sengaja dibuat-buat oleh Herda.

“It-itu Pak, ibu saya sakit dan kontrakan rumah kami sudah hampir habis waktunya,” jawab Herda sambil menunduk sedih.

Setelah itu, Danu meminta Herda untuk menghadap ke ruangannya sebelum jam pulang nanti.

“Ini, kamu pakai tahan-tahan ya. Mudah-mudahan bisa membantu.” Danu langsung menyerahkan amplop berisi lembaran uang berwarna merah pada Herda saat perempuan itu masuk ke ruang kerja Danu di lantai dua.

“Ya Allah, Pak. Terima kasih banyak. Tapi saya bayarnya bagaimana, Pak. Saya masih ada utang diluar yang kemarin.” Keluh Herda lagi, namun tangannya sudah menggenggam amplop pemberian Danu dengan erat.

“Nggak apa-apa, kamu pakai saja.” Danu tersenyum melihat gurat bahagia yang terlukis di wajah perempuan itu.

“Terima kasih, banyak, Pak!” ucap Herda dengan mata berbinar.

Dan betapa Danu ikut bahagia melihat perempuan itu juga nampak bahagia dengan pemberiannya.

Sejak saat itu komunikasi keduanya selalu berlanjut. Awalnya Herda yang sering mengirim ucapan terima kasih yang berulang. Lalu biasanya chat-chat mereka semakin melebar hingga larut malam, bahkan Herda tak segan bertanya, Danu sudah makan atau belum, mengirim pesan hati-hati dijalan, dan kalimat lain yang bisa menawan hati pria ini.

“Jalan yuk, Bro. hangout sekali-kali.” Ajak Willi rekan kerja mereka yang lain.

“Aih, Kirani nggak suka jalan ke tempat gituan, paling banter ke mall. Istri sholeha dia, mah.

“Ya, jangan sama Kirani lah. Istri tuh khusus untuk di rumah, di luar tuh sekali-kali sama yang lain, hahaha.” Seloroh Willi, mengajak Danu untuk mengikuti jejak kelamnya bersama wanita-wanita di luar sana.

Dan hari itu dimulaikah petualangan buruk Danu bersama rekan yang lain juga bersama Herda.

Tiga tahun bersama dengan sikap nrimo dan tanpa drama dari Kirani, ditambah dengan belum hadirnya anak antara mereka, membuat rasa bosan dirumah namun senang di luar, membuat Danu semakin jauh tenggelam. Ditambah dengan pelayan Herda yang semakin berani padanya, membuat dunia lelaki ini semakin menjauh dari kata setia, hingga keputusan Kirani untuk menjauh, menyadarkannya sedikit dari kekhilafan.

Namun saat ia ingin meraih Kirani untuk kembali, rupanya masa sudah tak sama. Kirani sudah menjauh, terlalu jauh hingga sulit dijangkau. Perempuan sabar dan pendiam ini, menjauhkan dirinya, meninggalkan hidup berkecupukan di rumah besar suaminya. Pergi jauh membawa lukanya, kembali ke desa asal tempatnya di besarkan. Meski hidup sangat sederhana dan pertanyaan-pertanyaan tetangganya yang cukup menganggu, namun Kirani telah mengambil keputusannya. Pergi menjauh, tinggalkan sesal yang mendalam pada seorang lelaki yang dulu, hampir tiap malam membuat air matanya mengamuk diatas bantal pembaringan mereka yang semakin dingin.

“Coba dulu, kamu tidak bermain api dengan Herda, Nu, mungkin kamu dan Kirani sudah punya anak juga.” Bu Maryam mendekati putranya yang nampak tak bersemangat pagi ini. segelas teh beraroma melati dan sepiring kue bolu pandan buatan tangan hangat beliau, ikut di sajikan dalam piring kaca bening berwarna coklat.

Danu diam, hatinya bercelaru. Bayangan wajah teduh Kirani yang nampak semakin keibuan, bayangan anak kecil bersama ayahnya yang menghampiri Kirani, bayangan perselingkuhan Herda, bayangan Dinar, putri kecil yang tak tahu apa-apa. Juga bayangan lelaki yang bersama Herda di foto itu, lelaki yang sangat Danu kenal, semua menari, seolah mengejek kebodohan dan kenifannya selama ini.

“Aku habis bertemu Kirani, Bu.” Malah kalimat itu yang ia lontarkan. Kalimat yang langsung membuat wajah ibunya terlihat ceria.

“Benarkah? Dimana kamu melihatnya. Ibu rindu sekali sama Rani, bagaimana keadaannya sekarang?” bertub-tubi bu Maryam mengungkapkan rasa bahagia yang tiba-tiba hadir. Beliau ingat betul bagaimana Kirani mempelakukannya begitu sopan selama ini. Bahkan saat beliau meminta Kirani pada ibunya untuk di jodohkan dengan Danu, perempuan itu hanya mengangguk pasrah saja.

Bukan bu Maryam tak mengenal orang tua Kirani, mereka kenal. sangat kenal. Bahkan dengan almarhum ayah Kirani, sebenarnya bu Maryam masih ada hubungan kekerabatan. Bu Maryam pun berasal dari desa yang sama dengan ayah Kirani, namun beliau merantau ke kota sudah cukup lama, hingga di desa itu mereka sudah tak ada rumah.

Namun perpisahan Kirani dan Danu, membuat beliau rasanya tak punya muka untuk bertemu mantan besannya di desa itu.

Apalagi perpisahan keduanya akibat dari perselingkuhan yang Danu lakukan.

Danu mengatakan ia khilaf saat ibunya mengamuk di hari pertama Kirani pergi.

“Mana ada khilaf? Tidak ada yang namanya khilaf dalam perselingkuhan. Memang kamu sama-sama ga*al dengan perempuan itu!” raung bu Maryam dengan deraian air mata. Bahkan berhari-hari ia menelpon Kirani hanya untuk mengungkapkan penyesalan beliau. Dan Kirani dengan sabar ikut menenangkan mertuanya yang nampaknya sama terlukanya dengan dirinya.

“Saya sengaja datang ke desa hanya untuk melihat dia, Bu,” jawab Danu pelan.

“Bagaimana keadaannya? Ibu rasanya ingin sekali bertemu. Ingin menelpon juga, tapi sepertinya nomorya sudah di ganti,” tukas bu Maryam membayangkan wajah teduh mantan menantunya.

“Saya, nggak bicara, Bu. Saya hanya melihat dari jauh.”

“Apa, dia sudah menikah?” tanya bu Maryam. Beliau bahkan berharap mantan menantunya itu belum menikah, meski delapan tahun sudah berlalu. Sudah cukup lama untuk Kirani hidup sendiri.

“Nggak tahu, Bu. Mudah-mudahan belum,” ucap Danu penuh harap.

“Andai ibu punya anak laki-laki satu lagi, ibu akan membujuk mati-matian agar Kirani mau lagi jadi mantu ibu. Dan kamu hiduplah dengan Herda, jauh-jauh. Tapi, sayang anak ibu Cuma kamu, Nu. Itupun ibu sama bapakmu hampir sepuluh tahun baru bisa dapat kamu.” Bu Maryam menerawang, dipikiran dipenuhi bermacam andaian.

Danu yang mendengar itu, hatinya malah tersentil. Bukan hanya ibunya yang menginginkan Kirani kembali, namun juga dirinya. Melihat Kirani kemarin di dekati anak kecil dan ayahnya saja, masih timbulkan rasa cemburu di hati pria tiga puluh delapan tahun ini.

“Ibu ingin sekali bertemu, Kirani. Apa dia akan menerima ibu, bila ibu sambang ke desa?”

Bab terkait

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 5

    Namun baru dua suapan kuah bakso yang masuk ke tenggorokan Kirani, tiba-tiba pandangannya tertuju pada pria yang cukup ia kenal, jalan bergandengan tangan dengan seorang wanita bergaun pendek. Kedua pasangan itu juga memasuki warung tempat Kirani dan Fatma makan.Lalu Pria itu juga nampak terkejut, saat melihat Kirani sedang duduk bersama seorang perempuan yang sedang duduk membelakangi pintu masuk.Pria yang barusan masuk, adalah Johan, mantan suami Fatma yang menikah dengan Mira, kawan lama Fatma yang dulu masuk menjadi duri dalam rumah tangganya bersama Johan.Seketika Johan terhenyak, saat melihat Kirani dan Fatma. Meski hanya melihat dari belakang saja, namun Johan yakin itu adalah Fatma. Wanita yang pernah menemaninya dalam suka dan duka hampir dua tahun lamanya, sebelum kehadiran kawan lama yang menusuknya dari belakang.Kirani tahu benar cerita mereka, karna saat Fatma dan Johan sedang di ambang perceraian, Kirani sudah kembali pulang di desa tempat mereka tinggal sekarang. Me

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 6

    Kirani menatap lurus kedepan. Senyum tipis terkadang ia sunggingkan di bibir tipisnya. Sesekali ia memperhatikan penampilan Fatma yang tampak cantik manglingi, dengan kebaya pengantin warna putih. Kemudian ia bergeser sedikit kebelakang duduk tepat di samping ibu sang mempelai. Disebelah kanan Bu Minah, ada Hartini yang duduk dengan gamis biru senada dengan Kirani, hanya saja warna gamis Hartini sedikit lebih tua dari gamis yang digunakan Kirani.Hartini yang sudah hamil tua itu, malah menggeser duduknya ke samping Kirani. Selain di samping Kirani ada kipas angin yang berputar juga karna Hartini tak menyangka bila pria yang menjadi saksi pernikahan Fatma dan Firman dalah Danu. Mantan suami Kirani.Jiwa kepo Hartini pun meronta-ronta. Hartini yang memang ceplas ceplos dari kedua rekannya ini tak tahan untuk tak kepo pada Kirani tentang kehadiran mantan suaminya di acara pernikahan ini. Tumpukan pertanyaan sudah menggunung di kepala wanita berumur tiga puluh empat tahun ini.Bukan hany

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 7

    Setelah selesai mengisikan nasi dan lauk untuk Sofia, Kirani bersiap untuk mengajak anak itu mencari kursi yang tak jauh dari meja prasmanan. Namun saat dirinya berbalik, hampir saja ia menabrak dada bidang seseorang pria. Pria itu memang sengaja berdiri tepat di belakang Kirani tadi, ia tak tahan untuk mengajak wanita ini berbicara. walau hanya sekadar bertanya kabar.Namun insiden yang terjadi barusan, membuat angan Kirani sedikit melayang. Meski tahun-tahun telah berlalu, namun aroma mint bercampur sandalwood dari salah satu merk parfum ternama, masih jelas di indra penciuman Kirani. Aroma ini dulu yang membuat angannya melayang. Aroma ini dulu yang akan menyatu dengan aroma vanila musk yang menguar dari tubuhnya di malam-malam hangat yang penuh cinta. Aroma ini ini mengingatkannya pada…“Saya juga lapar, Bunda!” suara berat itu menginterupsi lamunan angan Kirani. Suara itu, aroma parfum ini, adalah milik orang yang sama. Orang yang delapan tahun lalu mendekapnya penuh hangat juga

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 8

    “Ran,”“Makan dulu, Mas!” bergetar suara Kirani.“Aku kangen sama, kamu.” Ia tatap wajah yang sudah sedikit memerah itu.“Aku nggak, Mas!”Namun senyum tiba-tiba terbit di wajah Danu. Senyum yang rasanya sudah lama tak menghiasi wajah berhiaskan brewok kasar yang selalu tercukur rapi.“Kirani!” Danu sudah melanggar batasannya. Ia genggam erat jemari yang sedikit bergetar itu. bahkan piring yang di pegang tangan kiri Kirani juga nampak bergetar.“Mas, lepas!” Kirani mendongak, netranya memerah, sungguh ia tak ingin orang lain melihatnya terlalu dekat dengan Danu. Danu ini sekarang suami perempuan lain.Danu rasanya hampir kehilangan kontrol. Melihat mantan wanita hampir menangis, ingin rasanya Danu mendekapnya dalam pelukan. Sebab luka itu masih jelas terlihat. Luka yang membayangi jelaga kelam itu.Kemudian Danu meremas sedikit kuat jemari yang tak terlalu halus itu, mengalirkan untaian rindunya yang hampir buncah.“Mas, lepas.” Cicit suara Kirani. Benar-benar ingin menangis rasanya.

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 9

    Hampir seminggu ini, Danu tidur berganti-ganti tempat. Ada dua hari di rumah ibunya, dan sisanya ia habiskan di salah satu apartemen miliknya. Apartemen yang dulu ia cicil atas nama Kirani. Meski tak besar, namun di apartemen ini dulu dirinya kerap menghabiskan waktu memadu kasih bersama Kirani.“Mas, bosan di rumah, kita malam minggu di apartemen!” ajak Danu suatu sore pada Kirani yang baru saja selesai keramas.“Tapi langsung tidur ya, aku pegel, Mas.” keluh Kirani manja.“Iya,” sahut Danu tak janji.Apartemen minimalis, type studio. Yang mampu di cicil Danu saat itu. meski tak besar, dan sangat minimalis, namun disinilah keintiman antar dirinya dan Kirani benar-benar dekat. Semua gerak gerik yang Kirani lakukan dapat Danu pantau. Semua, apa saja yang Danu ingin lihat dari wanitanya di masa lalu.Dan seperti biasa keinginan Kirani untuk tidur saja di apartemen itu, tak pernah terjadi. Makan bersama, tidur bersama hingga mandi bersama, semua Danu tuntut pada Kirani di awal-awal perni

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 10

    Herda menangis histeris!Dengan linangan air mata ia berlutut sambil memeluk kedua kaki Danu yang baru saja mengucap ikrar talak di hadapannya dengan disaksikan kedua orang tua Herda juga Firman yang dipanggil oleh Danu untuk menemani dirinya.Firman pun sudah tahu kisah lama yang pernah terjalin antara atasannya ini dengan Kirani, kawan istrinya.Cerita itu didengar dari istrinya juga diceritakan langsung oleh Danu. Saat jam makan siang kemarin.Kisah yang cukup rumit menurut Firman, namun itulah kenyataan yang ada. Kawan istrinya yang Firman panggil dengans ebutan mbak Kirani merupakan mantan istri dari atasannya. Sementara istri atasannya sekarang adalah mantan sekretaris kawan atasannya, yang ternyata melahirkan anak yang bukan anak atasannya.Duh, memikirkan itu Firman jadi pusing sendiri. Kadang-kadang apa yang dilihat orang lain dari luar belum tentu sama dengan dalamnya. Sepertia atasannya ini. Dari luar nampak berwibawa, keluarganya harmonis, punya harta yang cukup, hidupnya

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 11

    Mungkin cinta dulu adaNamun luka kerap mengejekJejakkan sakit yang piluMembawa masa lalu yang membayangiKirani kemudian menyalami mantan suaminya setelah menyalami mantan mertuanya dengan takzim.Ini pertama kalinya lagi Kirani bertemu bu Maryam, sejak perceraian yang ia tuntut pada putra mantan mertuanya itu, hanya sekali dulu mereka bertemu. Di awal-awal saat Kirani pertama kali pulang ke rumah ibunya. Seminggu kemudian bu Maryam datang, menangis dan memohon maaf pada Kirani dan ibunya. Beliau memohonkan maaf untuk khilaf yang Danu lakukan.Bukan hanya bu Maryam yang menangis, tapi juga Kirani. Tiga tahun menjadi menantu bu Maryam, cukup membuat wanita paruh baya itu merasa memiliki seorang putri. Sikap sopan dan santun yang Kirani miliki membuat bu Maryam benar-benar menyayangi Kirani, layaknya putri sendiri.Saking kecewanya bu Maryam atas perselingkuhan yang putranya lakukan, membuat ibu ini mendiamkan putranya berbulan-bulan lamanya. Bahkan saat Danu melaksanakan pernikahan

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 12

    Danu menatap tak suka pada lelaki yang baru turun dari mobil Avanza hitam yang baru saja berhenti di depan rumah Kirani.Danu ingat, lelaki yang baru saja turun bersama anak perempuannya, adalah lelaki yang sama di pesta penikahan Firman dan kawan Kirani. Lelaki dan anak perempuannya yang nampak memberi perhatian pada Kirani.Cemburu.Tiba-tiba saja rasa itu datang mengejek di kepala Danu yang rambutnya hampir kuyup. Pantaskah?Sedang Kirani bukan lagi siapa-siapanya. Kirani hanyalah wanita pertama yang ia cintai juga wanita pertama yang ia sakiti.Sesal semakin mendera. Bukan hanya pada Danu, namun juga pada bu Maryam yang begitu berharap bermenantukan Kirani kembali.Namun bila Kirani memilih keputusannya sendiri. Anak dan ibu itu tak punya kuasa mengatur keinginan Kirani. Seperti dulu mereka tak kuasa menahan Kirani untuk tetap tinggal.Ini masalah hati dan perasaan. Boleh saja Kirani tersenyum pada mereka, menyambut keduanya dengan baik namun siapa yang tahu sisa luka dalam hati y

Bab terbaru

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 85_Extra Part Keenan dan Alya

    Waktu berjalan begitu pantas dan berlalu tanpa bisa dihentikan. Masa-masa derita, sakit hati, kecewa dan air mata kini berganti tawa bahagia. Meski luka itu tetap meninggalkan bekasnya. Namun duka itu sebisa mungkin tak diingat-ingat lagi oleh Sofia dan Arbi. Pun dengan Kirani yang sudah terlebih dahulu memaafka luka masa lalu yang dulu membuatnya menangis kecewa. “Nenek sudah makan?” Davka yang sudah kelas lima SD menghampiri Kirani yang terlihat sedang menjahit sebuah jaket berwarna coklat tua. “Sudah, tadi ibumu sudah bawakan nenek ubi jalar rebus. Nenek sudah dua hari tak makan nasi, ibumu yang melarang.” “Karna mama bilang, gula darah nenek tinggi lagi!” Davka memperhatikan jaket coklat yang sering digunakan neneknya akhir-akhir ini. Terlihat ada tiga bekas jahitan pada baju hangat itu. “Nenek, kayanya suka sekali dengan jaket kakek ini?” “Ya, suka sekali. Kakekmu itu baik dan sangat sayang pada nenek.” Bukan sekali dua kali Kirani menceritakan tentang Gani pada cucu mere

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 84

    “Kok, begitu liatnya, Mas?” Kening lebat Sofia berkedut heran, melihat Arbi menatapnya seolah tak berkedip. Baju dinas belum sempat Sofia lepas, bahkan rambut panjangnya hanya dicepol asal. Sofia sedikit terlambat pulang, siang ini. Membuatnya harus terburu mengeluarkan bahan makanan dari kulkas. Ia ingat suaminya pasti belum makan siang. Tinggal di desa seperti ini, tak seperti di kota, bila lapar bisa lari ke warung makan yang bertebaran dimana-dimana. Di sini, belum banyak yang menjual makanan masak. Hanya ada bakso, ayam crispy dan jajanan cilok dan sejenisnya. Penampilan berantakan itu malah membuat Sofia semakin terlihat cantik. Wajahnya terlihat bersinar. Bisa jadi karna efek KB juga. Sofia tak ingin kecolongan. Setelah memastikan dirinya tak hamil, segera saja ia meminta suntik KB satu bulan. Mungkin Kbnya cocok di tubuh Sofia. Ia tak merasa pusing atau keluhan lainnya. Lagian masa lalu yang menyakitkan itu membuatnya masih takut untuk memberi adik lagi pada Davka. Arbi me

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 83

    “Fia,”“Y-ya, Mas!”Rasanya begitu gugup. Bukan hanya Sofia, tapi juga Arbi. Benar-benar canggung. Bahkan debaran itu semakin menggila saat Arbi melihat lagi rambut sebahu istrinya yang begitu indah. Bertahun-tahun baru ia melihat mahkota legam itu lagi. Ditambah dengan Sofia yang masih menggunakan baju mandi saja, membuat Arbi semakin, ah ...Tak jadi masuk, Arbi malah keluar lagi, mengganti lampu di ruang TV dengan yang lebih redup.“Huf! Selamat,” batin Sofia.Namun ...“Lho kok dimatiin lampunya, Mas?”Arbi masuk lagi, mematikan lampu kamar. Namun pintu kamar ia buka sedikit agar tetap bisa mengawasi Davka yang sedang tertidur di depan. Ingin tidur di kamar ini juga tak bisa, sebab kasurnya hanya muat untuk dua orang. Memang malam ini mereka harus tidur bertiga di depan tv. Namun, Arbi ada keinginan sendiri yang tak bisa ditunda. Melihat penampilan Sofia tadi membuatnya seketika on fire.“Mas kangen banget sama, kamu!”Arbi mendekat, bahkan langsung memeluk. Mendekap tubuh itu d

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 82

    Sofia tergugu dalam isak tangisnya. Ini bukan tangis kesedihan lagi. Namun ini tangis keikhlasan. Keikhlasan yang membawanya kembali pada jodoh pertamanya.Ingin sekali rasanya Arbi memeluk tubuh terguncang itu, tapi disini ada bunda Kiran, dan tentu Sofia tak ingin disentuh terlalu jauh, sebab keduanya belum menjadi muhrim lagi.Antara bahagia dan sedih, juga rasa khawatir menyatu, mengepung benak perempuan tiga puluh tiga tahun ini. “Mama, maukah mama maafkan papa, biar papa bisa bobo sama kita disini?”Davka berdiri dengan sebuah kotak cincin sederhana di belakang Sofia yang sedang mengusap air mata yang tak ingin berhenti.Pertanyaan yang sudah diajarkan Arbi berulang kali tadi pada sang putra sebelum mereka masuk ke dapur menemui Sofia yang sedang menghapus air matanya yang tak ingin berhenti.Pernyataan Arbi tadi bila akan menikah, membuat hatinya nelangsa dan semakin hilang separuh rasanya.“Eh, Avka. Apa itu, Nak? Kembalikan sama papa.” Jujur hati Sofia sedikit tercubit, meli

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 81

    Arbi yang dulu selingkuh, Arbi pula yang merasa kecewa. Keputusan Sofia yang belum ingin membuka hatinya kembali, cukup membuat Arbi merasa kecewa, sekaligus takut. Mengapa kecewa?Sebab Arbi merasa Sofia bukan hanya sedang menghukum dirinya, tapi juga sedang menghukum Davka yang begitu ingin melihat mama papanya tinggal serumah.“Kamu nggak, kasihan sama Davka, kah?”“Nanti pasti akan mengerti, Mas.”Sofia selalu yakin bila suatu hari Davka akan mengerti tentang kondisi orang tuanya yang tak sudah tak bersama. Kelak pun akan diceritakannya pada putranya itu bila, papa mamanya sudah berpisah sebelum dirinya dilahirkan.“Kok, papa nggak pernah bobo sama kita, Ma?” Pertanyaan polos seperti itu bukan satu dua kali meluncur dari bocah tampan berhidung mangir mirip ayahnya. Namun Sofia menguatkan hati, selalu mencari jawaban yang tepat, agar sang putra tak merasa sedih.“Papa kan, kerja, Nak. Jadi tidak bisa tinggal disini.”“Papanya Nanda juga kerja, tapi selalu diantar ngaji sama papa m

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 80

    Masa sudah berlalu. Siang dan malam berkejaran laksana busur panah yang tak bisa dihentikan. Musim penghujan pun berganti dengan kemarau yang cukup panjang. Violetta menatap jauh kebawah sana. Pemadangan hijau nan asri begitu menyejukkan mata. Ia berdiri di balkon villa milik ibunya. Membelakangi Adam yang tampak begitu berharap padanya.“Mengapa menutup diri terlalu kuat, Vio. Apa tak ada cinta sedikit pun di hatimu untuk aku?”“Rasa mungkin bisa dipupuk kembali, Mas. tapi restu yang utama, kan? aku ini janda dan punya masa lalu yang cukup buruk. Menikah tanpa restu sudah pernah kurasakan. Dan akhirnya begitu sakit.”Violetta tersenyum kecut. Perasaannya untuk Arbi belum hilang sepenuhnya. Bukan hanya perasaan cinta, tapi juga ada dendam yang masih belum tuntas. Violetta cukup terharu, melihat kesungguhan di mata Adam. Namun Violetta juga tahu, jalannya bersama lelaki ini tidak akan semudah keinginan pria bermata tajam ini. Violetta mendekat mengelus cambang kasar yang tumbuh di s

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 79

    “Ya Allah, ya Allah!”Habis sudah bangunan dan isi ruko tempat Arbi menjalankan usahanya sehari-hari selama ini. usaha yang awalnya dirintis oleh ayahnya, setelah rujuk kembali bersama ibunya. Kini ludes terbakar. Semen, cat tembok, pipa dan bahan bangunan lainnya ikut terbakar. Mungkin paku dan bahan lainnya yang terbuat dari besi atau aluminium, tidak ikut terbakar tapi tentu sudah tak bisa di jual lagi.Dua buah mobil pemadam kebaran datang membantu berusaha memadamkan api. Sebab api yang makin besar, membuat warga yang tadi ikut membantu memdamkan api, sekarang tak berani mendekat.Arbi menangis! netranya memerah. Perasaannya semakin kacau. Entah. Apa ini hari pembalasan untuk Arbi mulai dari pagi tadi, rasanya tak ada satupun urusannya yang beres.Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Selain memandangi api yang melalap habis bangunan di depan matanya.Kehebohan bukan hanya terjadi di sini. Tapi juga tadi di rumah papa Gani. Sebab kabar kebakaran itu diterima Arbi saat ia duduk seba

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 78

    Pov. Author__Arbi begitu susah payah menelan makanan enak yang ada diatas piringnya. Tenggorokannya terasa kering dan sakit. Laksana ada duri yang tumbuh pada batang lehernya. Bahkan beberapa kali dia harus menelan air mineral yang tersedia di depannya. Bahkan Davka yang duduk di pangkuannya dan menanyakan banyak hal, tak terlalu digubrisnya. Fokusnya lebih banyak pada Sofia yang nampak begitu cantik hari ini. gamis biru muda dengan potongan brokat di bagian dada dan lengan berpadu dengan jilbab warna senada dan make up tipis di wajahnya. Semakin mempertegas kecantikan mantan istrinya.Di depan sana, Sofia nampak duduk di samping seorang gadis berhijab yang mengenakan kebaya brokat warna kuning gading. Di samping gadis itu ada Keenan yang menggunakan kemeja batik dan celana kain warna hitam.Sofia dan Keenan, meski lahir dari ibu yang berbeda, namun garis wajah keduanya cukup mirip. Sama-sama beralis tebal dan berhidung bangir.Rasanya separuh sukma Arbi hilang tadi, saat remaja ya

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 77

    Pov Arbi__Sengaja kudatangi penjara tempat Adam ditahan. Dari awal aku memang sedikit tak percaya saat mendengar pengakuan dirinya bila ia sudah mengintai dan merencanakan untuk mencelakai Sofia.Jika dibandingkan dengan Adam, mungkin aku jauh lebih pengecut dan brengsek dibanding dirinya. Lihatlah, bagaimana ia berusaha melindungi Violetta saat perempuan itu masih menjadi istriku.Peristiwa kecelakaan yang menimpa Sofia, menyadarkan diriku bila semua itu terjadi sebab kesalahan yang kubuat. Tak kusangka, walau aku dan Sofia sudah berpisah, tapi rupanya Violetta tak terima, saat kutuntut cerai dari dirinya.Dan kembali perempuan tersabar yang pernah kumiliki dalam hidupku yang menjadi korbannya.Satu kesalahan terbesar dalam hidupku saat mencoba bermain api bersama putri dari bos besar tempatku mencari nafkah.“Mas Arbi dewasa sekali. Aku nyaman sam mas Arbi.”Aku begitu terbuai saat mendengar kata-kata perempuan muda itu. sukses kedua orang tuanya ternyata membuat Violetta justru t

DMCA.com Protection Status